Feature News
Semangkuk Mie untuk Sang Istri
Oleh: Kartika Soetarjo
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Aroma mie instan yang dimasak oleh Guna dari dapur menyeruak begitu harum menusuk hidung istrinya, Tika, yang sedang asik menulis di ruang tengah.
Ya, semenjak masuk sebuah group menulis, Tika menjadi lebih kreatif. Sekecil apapun kejadian dalam kehidupan sehari-harinya pasti akan jadi ide dalam tulisannya.
Baru 5 bulan Tika menjadi seorang penulis atas kebaikan seorang temannya, dan baru menyadari bahwa dia hobi menulis sejak di bangku Sekolah Dasar. Waktu kecil, kejadian apapun pasti dia akan menulisnya walau hanya di atas selembar kertas. Dia akan menyimpan tulisannya dengan sangat rapi dan hati-hati, agar tidak lupa jika dia ingin membacanya lagi satu hari nanti. Bahkan, tulisannya waktu dia kecil pun sampai sekarang masih ada yang tersisa. Memang, Tika orangnya sangat apik.
Makanya, ketika Tika masuk ke sebuah group menulis, dia begitu semangat dan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menyalurkan hobi menulisnya. Apalagi ketika naskah pertamanya bisa tayang di media, dia begitu bersyukur, ada setitik bahagia di hati yang tidak bisa ditukar dengan materi.
Namun, ternyata bukan perkara mudah untuk menjadi seorang penulis yang handal. Tika harus belajar menulis dengan benar, dari mulai peletakan huruf kapital, tanda petik, dan tanda baca yang lainnya serta kalimat-kalimat yang harus sesuai dengan KBBI, hemmm..., betapa rumitnya. Awalnya, dia mengira menulis adalah perkara mudah, ternyata menulis tidak semudah yang dia bayangkan.
Pernah terbesit Tika ingin berhenti menulis, karena dia merasa menulis itu begitu rumit dan sulit, dengan usia yang tidak muda lagi, ditambah pekerjaan rumah yang tidak pernah ada habisnya dan mengurus semua keperluan suami, serta mengajar santri-santri kecilnya, Tika harus belajar ilmu kepenulisan yang benar. Sungguh sangat melelahkan.
Namun, berkat dukungan suami, dan penyemangat dari sahabatnya, Tika akhirnya bertekad untuk terus mendalami ilmu kepenulisan.
Tika terus belajar cara menulis yang benar, kadang dia harus begadang demi ilmu kepenulisannya dengan dibantu teman-teman menulisnya melalui online.
Di sela pekerjaan rumah yang tidak pernah ada selesainya, juga di sela mengajar santri-santri kecilnya, Tika selalu menggunakan waktu luangnya yang hanya beberapa menit untuk menulis, walaupun sekedar menulis sebuah quote, atau sebuah puisi pendek.
Ada kepuasan tersendiri ketika tulisan-tulisannya bisa tayang di media. Walaupun tulisannya masih kerdil jika dibandingkan dengan teman-teman seniornya, tetapi Tika tidak berkecil hati, dia terus berkarya lewat tulisannya. Menurutnya, tulisan yang baik bukan tentang genre atau topik, tetapi tentang ide-ide yang bermanfaat dan menarik, dan tulisan itu bukan tentang unjuk kemampuan diri, tetapi tentang menyampaikan pesan Illahi bagi orang-orang yang mencari, dan meninggalkan jejak kebenaran yang hakiki.
Awalnya mungkin hanya hobi, tetapi sekarang Tika meluruskan niat di dalam hatinya, dia akan menjadikan tulisan-tulisannya sebagai dakwah di jalan Allah. Dibaca atau tidak oleh orang lain, berkenan atau tidak di hati pembacanya, itu bukan urusan dia, tetapi semua urusan-Nya. Hanya Allah yang menetukan semuanya. Karena, tulisan kita dibaca oleh orang lain itu bukan karena temanya yang istimewa, tetapi karena Allah yang menggerakan hati mereka untuk membaca tulisan kita.
Oleh karenanya, sebelum menulis sebuah naskah atau quote, perempuan yang akrab dipanggil Teteh oleh suaminya itu selalu memohon kepada Allah, agar diberi ide, ilmu, dan kemudahan serta kelancaran dalam menulisnya, juga agar tulisannya selalu bermanfaat untuk dirinya dan para pembacanya.
Di luar hujan gerimis tidak berhenti, membuat badan Tika sedikit kedinginan. Tiba-tiba, aroma mie instan yang dimasak suaminya, tercium begitu harum dan serasa mendekat ke hidungnya.
Dengan bahasa sunda yang kental, disertai gaya yang sedikit kocak seperti sang pangeran memberikan barang berharga untuk permaisurinya, Guna memberikan semangkuk mie pada istrinya.
"Teteeh, mangga gera tuang mie damelan chef Guna kanggo istri tercintana." ("Teteh, silahkan makan mie buatan chef Guna untuk istri tercintanya")
"Maasyaa Allah, He he he, nuhun pisan Akang, emmm..., meni seungit, pasti resepnya spesial nya?"
(Maasyaa Allah, he he he, terima kasih banget Akang, emmm..., wangi sekali, pasti resepnya spesial ya?")
"Atuh pasti etamah, resep chef Guna moal diragukeun deui. Sok liren heula nulisna, enggal gera tuang mie na bilih kabujeng tiis, raos nuang mie tiris-tiris kieumah."
(" Iya dong, resep chaf Guna sudah tidak diragukan lagi. Berhenti dulu menuliisnya, cepat makan mie nya nanti keburu dingin, enak mie dimakan sedang cuaca dingin kaya gini")
Mereka berdua tertawa.
Tanpa berkata-kata lagi, Tika langsung melahap mie buatan suaminya hingga tak tersisa, kecuali mangkuk dan sendoknya.
Semangkuk mie dari sang suami cukup menghangatkan badannya yg dingin, sedingin cuaca desa Limbangan - Garut saat itu.
"Raos?" ("Enak?")
Tika yang sedang menghabiskan mienya dikejutkan oleh pertanyaan Guna yang sedari tadi tidak beranjak menatap sang istri yang melahap semangkuk mie buatan suami.
"Terimakasih Akang, mie buatanmu memang nomor satu," pujinya.
Limbangan - Garut.
Salam hangat dari Tika dan Guna
Via
Feature News
Posting Komentar