OPINI
Rentannya Generasi Akibat Himpitan Ekonomi
Oleh: Irohima
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Kehidupan generasi muda saat ini tak lepas dari internet, banyak urusan yang bisa diselesaikan dengan menggunakan internet, termasuk urusan keuangan. Dengan hanya menggunakan jari, mereka bisa meminjam uang, membeli barang, bahkan membayar gaya hidup tanpa prosedur yang rumit, tanpa perlu jaminan, selesai dengan cepat dan instan. Namun di balik semua kemudahan terdapat sebuah jebakan yaitu budaya hidup dengan utang digital. Selain itu, judi digital atau yang lebih dikenal dengan nama judi online juga kian merebak karena aksesnya begitu mudah dan kerap dikemas dalam bentuk yang menarik seperti game dan mampu mendorong orang untuk mencobanya hingga membuat ketagihan.
Banyak yang terjerat pinjol dan judol, mereka umumnya adalah generasi muda dengan berbagai latar belakang dan secara finansial belum cukup matang. Maraknya generasi muda yang melakukan pinjol awalnya terkadang terdesak oleh keadaan ekonomi yang sulit hingga mendorong sebagian anak muda menempuh pinjol dan judol sebagai jalan pintas. Namun kemudahan dan cepatnya proses pinjol membuat banyak generasi muda mulai ketagihan hingga terus menerus mengajukan pinjaman meski bukan untuk kebutuhan melainkan gaya hidup dan hiburan.
Himpitan ekonomi pada akhirnya membuat kaum muda menjadi sasaran empuk iklan judol dan pinjol di sosial media karena keakraban mereka dengan internet. Studi telah menunjukkan bahwa kaum muda dengan sumber daya finansial terbatas terutama laki-laki kerap menjadi target iklan berisiko seperti pinjol, investasi kripto hingga judi online di platform Tiktok dan Instagram. Dari riset yang dilakukan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, ditemukan bahwa 58% Gen Z melakukan Pinjol untuk kebutuhan hidup serta hiburan dan 54% milenial melakukan hal serupa untuk membiayai kebutuhan rumah tangga. Situasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih sulit untuk mendapatkan kesejahteraan (Kompas.com, 28-11-2025).
Sesungguhnya kondisi perekonomian yang kini semakin sulit adalah salah satu pemicu maraknya pinjol dan judol. Himpitan ekonomi yang lahir dari sistem kapitalisme saat ini telah mendorong sebagian generasi muda terjerat judol dan pinjol sebagai jalan pintas. Sulitnya memperoleh penghasilan karena minimnya lahan pekerjaan ditambah harga kebutuhan hidup yang semakin mahal serta jauh dari pemahaman agama, membuat banyak orang frustasi dan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang meski dengan jalan yang diharamkan.
Dari sini terbukti betapa negara telah gagal melindungi generasi. Nilai-nilai sekuler dan materialis yang diterapkan dalam sistem pendidikan ala kapitalisme dan lingkungan masyarakat yang tak mendukung membuat generasi rentan pada tindakan spekulatif dan berisiko seperti melakukan pinjaman secara terus menerus tanpa memikirkan dampak yang lebih serius, bergaya hidup hedonis, dan tidak mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan serta tak memiliki perencanaan matang akan masa depan.
Platform lewat algoritmanya dalam ruang digital yang dikuasai logika kapitalisme, turut memperkeruh keadaan karena hanya berfokus pada kebiasaan bukan pada keselamatan pengguna, inilah bobroknya kapitalisme yang menjadikan keuntungan sebagai prioritas utama, demi meraih profit, tak segan menjadikan generasi sebagai korban. Padahal di tangan generasi inilah kita tumpukan harapan, masa depan peradaban.
Berbeda dengan sistem Islam, negara dalam Islam akan menjamin kesejahteraan seluruh rakyat termasuk generasi dengan menerapkan sistem ekonomi Islam. Kesejahteraan akan bisa diwujudkan karena sistem ekonomi Islam dilandasi pada keadilan serta distribusi kekayaan yang merata. Tidak seperti kapitalisme yang meniscayakan kekayaan hanya terkonsentrasi pada individu atau kelompok.
Dalam aspek pendidikan, negara akan menerapkan kurikulum pendidikan yang akan membentuk generasi dengan kepribadian Islam dan hanya menyandarkan perbuatannya pada halal-haram bukan pada manfaat materi belaka. Infrastruktur digital dalam Islam akan dibangun di atas paradigma Islam hingga mampu melindungi masyarakat khususnya generasi dari konten merusak, normalisasi maksiat dan kriminalitas.
Generasi yang tumbuh dalam sistem Islam merupakan generasi yang tangguh tidak rapuh, bertindak dengan penuh perhitungan yang tepat, serta memiliki perencanaan cemerlang bagi masa depan. Seyogianya generasi muda khususnya generasi muslim memahami identitasnya sebagai muslim dan pembangun peradaban. Dan sebagai generasi muslim, mereka juga harus menyadari bahwa pembangun peradaban hanya bisa dilahirkan melalui pembinaan Islam dan aktivitas dakwah bersama kelompok dakwah Islam ideologis, karena dengan aktivitas bersama, kehidupan di bawah naungan Islam akan segera terlaksana dan kesejahteraan akan ada di depan mata.
Wallahualam bish shawab.
Via
OPINI
Posting Komentar