Opini
Modus Baru Narkoba dalam Vape: Menyingkap Akar Kerusakan di Balik Kejahatan Terorganisir
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Kasus pengungkapan ratusan vape berisi zat berbahaya Etomidate di Batam kembali membuka mata kita bahwa jaringan narkoba tak pernah berhenti mencari celah baru. Pada 25 November 2025 lalu, Unit 1 Subdit 3 Ditresnarkoba Polda Kepri menangkap seorang pengedar di kawasan Harbour Bay, Batam. Pelaku yang merupakan warga Jodoh itu kedapatan menyembunyikan 150 vape merek Yakuza yang diduga mengandung zat Etomidate, yakni zat yang penggunaannya seharusnya sangat ketat karena bersifat anestetik dan berbahaya bagi tubuh (Batamnews.coid, 26 November 2025).
Kasus ini menunjukkan adanya modus baru peredaran narkoba dengan menyamarkan barang haram tersebut dalam bentuk vape. Sebuah produk rokok modern yang belakangan akrab di tangan generasi muda. Namun lebih dari itu, kasus ini juga menunjukkan bahwa peredaran narkoba bukan sekadar persoalan oknum atau kurangnya pengawasan aparat, namun ada akar kerusakan yang jauh lebih dalam dari sekadar tindakan kriminal individual. Yakni persoalan sistem yang diterapkan oleh negara ini.
Peredaran narkoba yang semakin canggih tak bisa dilepaskan dari sistem sekuler kapitalisme yang menjadi fondasi kehidupan maupun diterapkan dalam sistem pemerintahan saat ini. Dalam sistem tersebut, negara menjalankan peran minimalis, yaknk hanya menindak kasus di permukaannya saja tetapi tidak mencegahnya dari akar.
Ada beberapa karakter khas sistem sekuler kapitalisme yang membuat narkoba begitu mudah masuk dan berkembang, yaitu:
1. Negara terikat pada kepentingan ekonomi, bukan perlindungan moral masyarakat.
Selama suatu barang memberikan keuntungan, pasar akan selalu membuka jalan. Merosotnya moral, kerusakan keluarga, hingga degradasi generasi tidak pernah menjadi prioritas.
2. Batas halal–haram digantikan dengan batas legal–ilegal.
Apa yang tidak dilarang secara hukum dianggap sah untuk diedarkan, dipromosikan, atau dikonsumsi. Vape, misalnya, dilihat sebagai produk “lifestyle”, sehingga membuka celah bagi para pelaku untuk menyusupkan zat terlarang ke dalamnya. Termasuk juga adanya club-club malam atau diskotik. Selama dianggap legal dan boleh karena dianggap bagian dari lifestyle, maka selama itu pula narkoba sangat mudah disisipkan.
3. Keamanan berbasis pengawasan, bukan preventif.
Masuknya ratusan vape berisi zat berbahaya menunjukkan bahwa pengawasan di pelabuhan, distribusi barang, dan jalur perdagangan begitu mudah ditembus. Selama orientasinya adalah ekonomi, mobilitas barang yang cepat dianggap lebih penting daripada ketatnya proteksi.
4. Kesenjangan ekonomi memaksa sebagian orang mengambil jalan pintas.
Di tengah tekanan hidup, tak sedikit yang terjerumus menjadi pengedar atau kurir narkoba untuk mendapatkan penghasilan instan. Dalam kapitalisme, rakyat dituntut bertahan sendiri tanpa jaminan pemenuhan kebutuhan dasar.
Akibatnya, jaringan narkoba terus berevolusi, semakin licin, semakin kreatif, dan semakin berani. Dan yang menjadi korban utama adalah generasi muda, yang harusnya menjadi aset bangsa, namun justru menjadi target pasar.
Lantas, bagaimana cara membasminya?
Di dalam sistem Islam, Islam tidak hanya menindak pelaku narkoba, tetapi juga menghentikan seluruh mata rantai yang memungkinkan narkoba beredar. Hal tersebut sangatlah berbeda jauh dengan sistem sekuler-kapitalisme yang seringkali parsial dalam menangani segala masalah rakyat.
Islam bekerja dari tiga lapis perlindungan, yakni: individu, masyarakat, dan negara.
1. Individu dibentengi dengan iman dan takwa.
Dalam sistem Islam, pendidikan membentuk kesadaran bahwa setiap tindakan diawasi Allah. Rasa takut terhadap dosa menjadi benteng pertama sebelum hukum negara turun tangan. Inilah yang membentuk masyarakat Islam pada masa lalu jauh dari kriminalitas meski tanpa pengawasan ketat.
2. Masyarakat berfungsi sebagai pengontrol sosial.
Amar makruf nahi mungkar membuat masyarakat peka terhadap penyimpangan. Laporan warga akan cepat muncul karena masyarakat memiliki tanggung jawab sosial, bukan bersikap apatis dan individualis seperti dalam sistem sekuler.
3. Negara menjalankan peran total, bukan minimalis.
Dalam sistem Islam, negara menjaga ketat perbatasan dari masuknya barang berbahaya,
mengawasi seluruh jalur perdagangan,
memastikan rakyat terpenuhi kebutuhan dasarnya agar tidak terdorong menjadi pelaku kriminal, serta menjatuhkan hukuman tegas untuk menimbulkan efek jera.
Dengan pendekatan menyeluruh ini, Islam tidak hanya memutus rantai distribusi narkoba, tetapi juga menutup semua celah yang membuatnya tumbuh.
Kasus vape berisi Etomidate di Batam bukan sekadar kejahatan biasa, karena ini merupakan potret betapa rapuhnya pertahanan moral dan sistem negara dalam melindungi generasi muda. Selama kita masih hidup dalam sistem sekuler kapitalisme, kasus-kasus seperti ini akan selalu muncul dengan modus yang semakin kreatif. Hanya sistem Islam yang mampu menghentikan kerusakan ini dari akarnya, dengan membangun manusia yang bertakwa, masyarakat yang peduli, dan negara yang benar-benar melindungi rakyatnya.
Melihat perbedaan keduanya yang begitu besar, maka sudah sepatutnya kaum muslimin sadar akan pentingnya penegakan syariat Islam di muka bumi, serta memperjuangkan penegakannya. Bukan hanya demi kesejahteraan rakyat hari ini, tetapi juga demi kesejahteraan dan keselamatan generasi berikutnya.
Wallahu 'alam bissowab.
Via
Opini
Posting Komentar