Opini
Generasi Sadis Buah Sistem Kapitalis Pragmatis
Oleh: Rosmiyati Siregar
Aktivis Muslimah
TanahRibathMedia.Com—Sepertinya generasi muda makin ke sini, semakin jauh dari kebaikan. Mereka menjadi generasi yang dekat dengan tindak kriminal, sadis, lagi bengis. Terjadi sebuah tragedi yang menggegerkan warga kota Medan. Seorang ibu (42) diduga meninggal dunia dengan tragis di tangan putrinya sendiri (12) (Detik.com, 10-12-2025).
Fenomena anak membunuh orang tua hanya karena sakit hati atau emosi, bukanlah kasus yang baru. Sebelumnya kasus yang sama pernah terjadi dan terus berulang. Adanya kasus ini menambah daftar Panjang kasus Tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja. fenomena anak membunuh orang tua, sungguh di luar akal sehat. bagaimana mungkin anak yang dilahirkan, dirawat dan dibesarkan sepenuh hati dengan pengorbanan waktu, tenaga dan material tapi justru menghilangkan nyawa orang tua kandungnya sendiri. Sudah demikian rusaknya masyarakat hari ini, akal sehat dan naluri seorang anak seolah tertutup oleh hawa nafsunya, aturan agama diabaikan begitu saja. Naluri kasih sayang kepada orang tua yang dimiliki anak seolah pupus atau tertutup karena nilai yang salah di Tengah Tengah Masyarakat.
Adanya fenomena generasi yang berperilaku sadis yang tidak manusiawi dan kehilangan nurani serta akal sehatnya ini tidaklah muncul secara tiba tiba. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mengapa kasus serupa seringkali berulang, di antaranya:
Pertama, pola asuh keluarga. Hari ini, Pola asuh keluarga muslim tidak lagi dibangun berdasarkan takwa sebagaimana mestinya. keluarga muslim kini menjadikan sekuler kapitalisme sebagai asas dalam pandangan keluarganya, dimana orang tua hanya cukup sekedar memenuhi kebutuhan materi anak tanpa diimbangi pendidikan dan pemahaman Islam dari kedua orang tuanya.
Pandangan hidup yang memisahkan agama dari kehidupan ini menjadikan orang tua terjebak dalam standar kebahagian dan kesuksesan adalah materi. Maka wajar jika akhirnya orang tua menuntut anak untuk memiliki nilai akademik yang tinggi dan berprestasi agar bisa sukses secara materi. Kondisi ini membuat anak mengalami tertekan yang luar biasa, stress, frustasi bahkan depresi yang dapat mengganggu kesehatan mentalnya ditambah lemahnya iman. Alhasil akhirnya anak pun berani melakukan kekerasan, bahkan tega membunuh orang tua. Belum lagi kehidupan yang serba sempit serta Beratnya biaya hidup dan pendidikan yang membuat para orang tua stres dan pelampiasannya melakukan kekerasan terhadap anak.
Kedua, lingkungan sekolah dan masyarakat. Sekolah sebagai institusi pendidikan yang katanya mampu mencetak generasi berkepribadian islam, andal dan berakhlak mulia justru melahirkan peserta didik yang banyak masalah dan tidak mampu bersikap baik atau beradab. penerapan sistem sekuler yang mengajarkan nilai-nilai kebebasan.dalam pendidikan yang menjauhkan agama dalam kehidupan memberi dampak dan pengaruh pada pendidikan hari ini. Anak cerdas secara intelektual, tetapi minim akhlak dan pemahaman ilmu agamanya.
Pada akhirnya, anak mudah terpengaruh hal-hal negatif di sekitarnya yang menyalahi aturan Islam, seperti pergaulan bebas, budaya hedonis dan permisif, pacaran, hingga perzinaan. Lingkungan sekolah dan masyarakat sangat berperan dalam membentuk kesalehan pada generasi. lingkungan masyarakat memiliki andil besar dalam maraknya kasus kejahatan yang dilakukan anak. Kebiasaan di masyarakat untuk saling peduli, menasihati dalam kebaikan, dan mencegah berbuat buruk, kini telah hilang karena nilai-nilai sekuler. Sistem sekuler telah membentuk masyarakat menjadi masa bodoh dan hanya fokus mengurus diri sendiri. Kebiasaan game online dan tontonan yang mengandung kekerasan juga mempengaruhi pembentukan karakter individu Masyarakat yang terbiasa melihat sesuatu dengan kekerasan. Sering kita lihat kekerasan dijadikan sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah.
Ketiga, kurangnya peran dan kontrol negara. Sistem sekuler kapitalisme yang menjunjung tinggi kebebasan, manfaat dan keuntungan materi melahirlahirkan kebijakan sekuler yang menjauhkan generasi dari aturan agama dan hukum-hukumnya. telah menjadikan konten-konten negatif seperti konten porno, kekerasan, perundungan, penyimpangan seksual, seks bebas, dan sebagainya. yang telah nyata merusak generasi terus diproduksi bahkan dijadikan sebagai pemasukan negara (pajak) yang cukup tinggi. Sehingga akan menyulitkan untuk memberantasnya.
Selama sistem kapitalisme sekuler yang dijadikan asas dalam mengatur negara ini negara tidak akan pernah mampu melakukan pengawasan dan kontrol atau bahkan memberangus konten konten yang jelas jelas memberikan dampak negatif dan kerukunan bagi generasi. Perilaku kriminal sadis yang sudah berulang kali terjadi membuktikan bahwa kerusakan generasi bukan hanya kesalahan satu aspek, tetapi sudah menjadi problem sistemis yang membutuhkan solusi tersistem dan mendasar, yakni menjadikan aturan Islam sebagai rujukan dan kerangka berfikir dalam memfungsikan tiga pilar pembentuk generasi, yaitu keluarga bertakwa, masyarakat peduli, dan pengurusan negara.
Aturan sekuler telah menjadikan generasi yang semakin jauh dari Islam. Sebaliknya, aturan Islam mendidik generasi yang memiliki kepribadian Islam serta taat syariat, berbakti dan hormat pada orang tuanya. Juga memiliki kemampuan yang baik dalam mengendalikan emosi sehingga tidak mudah terjerumus dalam lingkaran hawa nafsu yang merugikan. Membangun generasi cerdas dan bertakwa adalah kewajiban dan tanggung jawab negara sebagai penyelenggara aturan dan pengurus rakyat. pelayanan dan pengurusan negara sangat berpengaruh pada pembentukan karakter generasi.
Kisah Luqman di dalam Al-Qur’an saat menasehati anaknya adalah contoh terbaik. Hal tersebut serupa dengan sabda Rasulullah saw., “Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR At-Tirmidzi).
Bukan hanya itu, Islam juga memiliki cara untuk menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal, baik secara individu, keluarga, masyarakat, dan negara, sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam ayat:
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (TQS An-Nisa [4]: 14).
Sistem Islam akan terlaksana jika kepemimpinan Islam berfungsi dengan sempurna, dengan tegaknya negara Islam menjalankan seluruh aturan islam secara menyeluruh yang akan mampu menuntaskan segala permasalahan yang ada. termasuk kekerasan anak kepada orang tuanya.
Wallahualam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar