OPINI
Sudan, Perang Saudara yang Diciptakan untuk Kepentingan Global
Oleh: Zahra Tenia
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Dunia merasa sangat melelahkan. Belum habis derita dunia Islam di Palestina pasca gencatan senjata, kini mata dunia teralihkan dengan konflik berkepanjangan di Sudan, Afrika Utara. Konflik perang terjadi antara kelompok bersenjata Rapid Support Forces (RSF) dengan tentara militer Sudan. Konflik telah berlangsung semenjak April 2023 hingga hari ini. Warga korban kejahatan kelompok bersenjata RSF mengalami berbagai tindak penyiksaan yang tidak manusiawi. Mereka dibantai, digantung, para perempuannya diperkosa, bahkan tidak sedikit yang dibunuh dan dikubur secara massal. Situasi yang sangat mengerikan ini membuat mereka terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah demi menjaga kelangsungan hidup.
Dikutip dari MinaNews.net (8-11-2025), sudah terdapat jutaan warga yang telah mengungsi semenjak konflik ini meletus. Terbaru, bahkan hanya dalam waktu empat hari, sejak 26 Oktober hingga 29 Oktober 2025 terdapat lebih dari 60 ribu orang sudah meninggalkan El‑Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara pasca kota ini direbut oleh RSF. Jumlah korban jiwa akibat serangan milisi RSF mencapai 1.500 orang (Republik.co.id, 30-10-2025).
Sudan merupakan negara terbesar ketiga Afrika yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan berbahasa arab serta memiliki latar belakang peradaban yang tinggi dan kaya akan budaya. Hal ini tampak dari banyak ditemukannya piramida di sana. Selain itu, Sudan juga memiliki potensi emas yang luar biasa besar. Produksinya mencapai 80 ton per tahun dan menjadi produsen emas terbesar di wilayah Arab (Republika.co.id, 01-11-2025).
Fakta ini tentu saja meninggalkan sejumlah tanda tanya besar. Mengapa terjadi krisis kemanusiaan yang berkepanjangan di Sudan?
Campur Tangan Kekuatan Global
Konflik di Sudah tidaklah murni perebutan kekuasaan militer. Konflik sengaja diciptakan dan dipelihara demi kepentingan negara-negara kapitalis global. Ada campur tangan Amerika dan juga Inggris yang sengaja memecah kekuatan umat Islam. Tujuannya jelas, yakni agar umat Islam tidak bersatu.
Mereka sibuk dengan konflik yang ada sehingga penjajah kafir dapat melanggengkan hegemoninya dan mengambil kekayaan berlimpah yang ada di Sudan. Hal ini tampak jelas ketika Amerika bersama Mesir memberikan dukungan senjata kepada militer
Sudan.bDi lain pihak ada Rusia dan UEA yang juga memberikan dukungan kepada RSF melalui bantuan senjata.
Fenomena ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi di Sudan merupakan pertarungan ideologi di dunia, yakni Islam, Kapitalis dan Sosislis.
Sudan merupakan bekas jajahan Inggris sejak runtuhnya kekhilafahan Islam pada perang dunia yang pertama. Melihat karakter penduduk Sudan yang mayoritas Islam dan menguasai bahasa Arab, Inggris tidak ingin umat Islam kembali sadar dan bersatu untuk menerapkan Islam secara Kaffah dalam bingkai negara Khilafah. Begitu pun dengan Rusia sebagai negara yang hari ini mengusung ideologi sosialis, tidak akan membiarkan ideologi lain bangkit dan menguasai dunia.
Khilafah, Jawaban Krisis Kemanusiaan di Sudan
Konflik berkepanjangan yang terjadi di Sudan hanya bisa diselesaikan ketika hadir khilafah sebagai kekuatan baru dalam dunia Islam. Khilafah menjadi satu-satunya institusi yang akan menerapkan Ideologi Islam secara kaffah di didunia.
Islam sebagai sebuah ideologi, memberikan cara pandang kehidupan yang menyeluruh, bagaimana harus menjalani kehidupan, tidak bisa bebas namun harus terikat pada aturan Sang Pencipta, yakni Allah Swt. Islam memberikan pengaturan yang lengkap baik pada ranah individu, masyarakat maupun bernegara.
Islam melarang adanya pemecahan dan permusuhan diantara umat Islam, mereka diibaratkan seperti satu tubuh dan satu bangunan yang akan saling menjaga dan menguatkan. Konflik di Sudan terjadi di antara sesama muslim, padahal jelas di dalam Al-Quran Allah Swt berfirman,
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌۙ
Artinya:
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (QS. Al Imran :105)
Islam juga melarang menjadikan orang-orang kafir sebagai teman, pemimpin atau penolong bagi umat Islam. Namun apa yang terjadi di Sudan jelas umat Islam di sana mengabaikan hukum Allah. Mereka bersekutu dengan negara-negara kafir, padahal Allah Swt. berfirman:
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi auliya dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS. Al Imran: 28).
Khilafah akan hadir sebagai kekuatan global yang akan menghilang berbagai krisis dan penderitaan manusia dengan diterapkannya seluruh hukum Allah, meniadakan sekularisme agama.
Khatimah
Berbagai krisis di dunia hari ini muncul karena ideologi Islam sebagai satu-satunya ideologi yang shahih tidak diemban oleh sebuah negara. Islam sebagai ideologi masih ada hanya pada level individu dan kelompok/ partai. Oleh karena itu, ideologi ini harus segera diperjuangkan agar diemban oleh sebuah negara Islam dalam satu kepemimpinan global yang disebut khilafah. Inilah sistem yang diwariskan oleh Nabi dan telah terbukti mewujudkan peradaban yang mulia dalam kurun waktu 13 abad lamanya.
Wallahu alam bishowab.
Via
OPINI
Posting Komentar