NAFSIAH
Jika Sehat, Semoga Istikamah; Jika harus Pamit, Semoga Husnul Khatimah
Oleh: Kartika Soetarjo
(Penulis dan Pengasuh Pengajian Anak-Anak Raudhatul Jannah)
TanahRibathMedia.Com—Sesungguhnya, semua orang pasti menginginkan hidup sehat dan bahagia. Untaian kalimat "Jika sehat, semoga istikamah, dan jika harus pamit semoga husnul khatimah", adalah sepenggal doa yang sangat indah.
Siapa yang tidak ingin hidupnya selalu sehat, dan kesehatannya itu selalu diiringi dengan istikamah dalam ibadah, baik ibadah mahdah, ataupun ibadah ghair mahdah? Siapa pula yang tidak ingin ketika pamit untuk selamanya untuk menemui Sang Maha Pemilik Jiwa dan Raga, dalam keadaan husnul khatimah? Pasti, semua orang yang beriman akan menginginkannya.
Namun, untuk mencapai hidup yang istikamah serta wafat yang husnul khatimah itu bukanlah perkara mudah. Tidak cukup hanya dengan berdoa, tetapi harus dibarengi dengan pelaksanaan yang tak kenal lelah, tekad yang tak mudah kalah, serta niat yang lillah. Untuk melaksanakan ibadah yang sempurna dan istikamah, tentu harus ditopang dengan keadaan lahir dan batin yang sehat.
Apa itu sehat? Sehat dilihat dari segi medis adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit. Sedangkan sehat dari segi Agama berarti hati yang bersih, Iman yang kokoh, Takwa yang kuat, serta jiwa dan raga yang tidak tercampur dengan rezeki yang haram.
Kesehatan adalah nikmat ketiga setelah nikmat Iman dan nikmat Islam. Oleh karenanya, kita harus mensykuri dan menjaga kesehatan yang sebenarnya adalah nikmat dan amanah dari Allah. Rasulullah saw. telah bersabda:
"Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia (yaitu) kesehatan dan waktu." (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas)
Hadis ini menegaskan bahwa kita harus selalu menjaga dan mengisi kesehatan dengan beribadah dan selalu beramal baik. Namun sayangnya, sebagian dari kita tidak sedikit yang mengisi waktu dan menggunakan kesehatan ini untuk hal yang sia-sia. Main hand phone sampai lupa waktu, scroll-scroll yang tidak ada kemanfaatannya. Berlama-lama dalam tidur, banyak makan, banyak membicarakan hal yang kurang baik, dan hal-hal buruk lainnya.
Sedangkan, ada hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yang menyatakan gunakan lima perkara sebelum lima perkara:
1. Muda sebelum tua
2. Sehat sebelum sakit
3. Kaya sebelum miskin
4. Lapang sebelum sempit
5. Hidup sebelum mati.
Maka, gunakanlah kesehatan ini dengan hal-hal yang bermanfaat, sebelum didera sakit yang menghalangi aktivitas. Isil pula kehidupan ini dengan istikamah dalam beramal. Sedangkan istikamah berarti konsisten dan konsekwen dalam menjalankan ibadah, serta melakukan kebaikan. Orang yang senantiasa istikamah tidak akan goyah Imannya, walaupun menghadapi hinaan, pujian, atau godaan lainnya.
Seperti kisah Bilal bin Rabbah. Seorang budak pada zaman Rasulullah Saw. Beliau Istikamah dalam keimanannya walaupun didera oleh siksaan dari sang majikan, Ummayah bin Khalaf.
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahqaf ayat 13:
"Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan "Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istikamah, maka tidak ada lagi kekhawatiran terhadap mereka, dan mereka tidak pula berduka cita."
Dengan demikian, jika jiwa dan raga sehat, juga dibarengi dengan ibadah dan beramal baik yang istikamah, serta dibimbing oleh niat yang lillah, maka Insyaa Allah akan mendapatkan wafat yang husnul khatimah. Husnul khatimah adalah "akhir yang baik". Seseorang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah berarti dia telah mengakhiri hidupnya dalam keadaan baik, beriman serta bertakwa.
Husnul khatimah adalah kalimat yang indah sekaligus juga menakutkan. Siapa yang bisa menjamin akhir hidupnya? Banyak yang tampak shaleh di depan manusia, tetapi tergelincir di detik terakhir. Na'udzubillah. Ada pula yang hidupnya tampak berlumur dosa di mata manusia, tetapi mengakhiri hidupnya dengan kalimat "Laa ilaaha illallah" di ujung lidahnya.
Kita senua pasti tahu kisah viral tentang seorang ulama yang bernama Barsiso, dia mengisi kesehariannya dengan ibadah dan ketaatan kepada Allah Swt. tetapi dalam keadaan sekarat dia terbujuk rayuan syetan laknatullah, dan akhirnya dia mati dalam keadaan syirik.
Ada juga Abu Sufyan bin Harb, seorang pemimpin utama kaum Quraisy yang memusuhi Nabi Muhammada saw. Tapi dikemudian hari beliau beriman kepada Nabi, dan wafat dalam keadaan Husnul khatimah.
Maka dari itu, tidak heran jika Ibnu Rajab pernah berkata: "penutup hidup ditentukan oleh isi hati, bukan semata amal lahiriah"
Al-Qurtubi pun mengingatkan: "Husnul khatimah itu anugerah, bukan hasil dagang ibadah".
Karena itu, Umar bin Khatab selalu berdoa, agar sebaik-baiknya umur adalah di penghujungnya, dan sebaik-baiknya hari adalah saat bertemu dengan Allah Rabbul Izzati.
Namun, walaupun ibadah bukan seutuhnya menjadi penyebab husnul khatimah, tetap saja kita harus yakin, bahwa jika kita istikamah dalam beribadah, dalam berbuat kebaikan, menjauhi sifat berburuk sangka pada orang lain, serta meluruskan niat dalam segala perbuatan hanya karena ingin Rida-Nya, maka insyaaAllah kematian yang husnul khatimah akan kita raih.
Bismillah. Sebelum nyawa di kerongkongan tercekat, tidak akan ada kata terlambat untuk tobat.
Isi kesehatan dengan ibadah yang bagus, dakwah yang tak pernah putus, serta kendalikan niat agar selalu lurus, insyaa Allah wafat dalam keadaan husnul khatimah, dan bermuara di surga dengan mulus.
"Ya Allah, sehatkan lahir batin kami agar bisa menapaki jalan-Mu dengan istikamah, dan beri kami hadiah berupa kematian yang husnul khatimah"
Aamin ya Rabbal 'alamin
Wallahu'alam bissawwab
Via
NAFSIAH
Posting Komentar