Opini
Kebangkitan Islam melalui Pesantren: Mengembalikan Identitas dan Peran Umat Islam
Oleh: Amanah Andriani, S.Pd
(Aktivis Muslimah Dompu)
TanahRibathMedia.Com—Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya peran pesantren dalam mengembalikan kejayaan peradaban Islam. Melalui Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK), pesantren dapat menjadi langkah awal untuk mencapai kejayaan tersebut. Integrasi ilmu agama dan ilmu umum juga dianggap penting dalam mencapai tujuan ini. Pesantren diharapkan menjadi pelopor kebangkitan dengan mempertahankan lima unsur sejatinya, yaitu masjid, kiai, santri, kuat membaca Kitab Turats, dan memelihara habit sebagai pesantren (Kemenag.go.id, 02-10-2025).
Sejalan dengan itu, tema besar Hari Santri 2025, "Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia", perlu dicermati dengan kaca mata syariat. Apakah perkataan Menteri Agama dan tema ini benar-benar bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam, ataukah hanya sekadar retorika untuk menenangkan umat?
Sekularisme Membajak Peran Pesantren
Sayangnya, realitas di lapangan menunjukkan bahwa harapan untuk mengembalikan kejayaan Islam melalui peran pesantren dan santri masih jauh dari kenyataan. Persoalan di pesantren merupakan bagian dari masalah global yang lebih luas, yaitu sekularisme yang mendunia. Dalam sistem seperti ini, negara sering kali lemah dalam menjaga akidah dan akhlak masyarakat. Selain itu, meningkatnya individualisme menyebabkan kontrol sosial melemah, dan keluarga cenderung menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah, sehingga pesantren sering kali menjadi sasaran ketika masalah terjadi.
Adanya upaya pengokohan sekularisme di dunia pesantren sudah dapat dilihat dari beberapa program yang dijalankan, seperti program kewirausahaan yang lebih fokus pada aspek ekonomi daripada penanaman nilai-nilai agama. Selain itu, program-program lain seperti pendidikan karakter yang lebih menekankan pada aspek humanisme dan toleransi tanpa mempertimbangkan nilai-nilai Islam juga dapat menjadi contoh dari upaya pengokohan sekulerisme di pesantren.
Posisi strategis pesantren sebagai pusat pencetak ulama dan pemimpin peradaban Islam sedang didistorsi. Fokus santri dialihkan dari tujuan aslinya sebagai calon warosatul anbiya, menjadi duta budaya, dan motor kemandirian ekonomi. Hal ini jelas-jelas kontraproduktif dengan peran strategis santri sebagai penerus perjuangan Nabi dan Rasul.
Lebih jauh lagi, ada upaya membelokkan arah perjuangan santri menjadi agen perdamaian dan perubahan sosial versi sekularisme, serta mengarahkan santri sebagai duta Islam moderat (wasathiyah) yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Islam tidak mengenal konsep moderat atau liberal, karena Islam adalah agama yang sempurna dan tidak perlu ditafsirkan ulang sesuai dengan kepentingan manusia.
Islam Mewujudkan Peradaban Mulia
Pesantren memiliki peran penting dalam mencetak generasi Islam yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal ini, ada tiga konsep dasar yang perlu ditanamkan sejak awal di pesantren. Pertama, menanamkan akidah yang kuat sehingga santri menyadari bahwa mereka adalah hamba Allah. Kedua, menerapkan syariat sebagai konsekuensi dari akidah yang kuat. Ketiga, membentuk akhlak mulia sebagai hasil dari penerapan syariat. Dengan demikian, pesantren dapat membentuk generasi Islam yang berkepribadian dan berakhlak mulia.
Oleh karena itu, menjadikan pesantren sebagai pelopor kebangkitan Islam memerlukan komitmen dan kerja keras yang sungguh-sungguh. Umat Islam perlu memastikan bahwa pendidikan di pesantren tetap berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah yang bertujuan untuk mencetak generasi yang beriman dan berakhlak mulia. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang beradab, berilmu, dan berakhlak mulia, yang merupakan identitas Islam serta mewujudkan kembali peradaban Islam yang mulia.
Selanjutnya, butuh perjuangan dakwah politik Islam yang terarah pada hadirnya peradaban Islam yang hakiki. Kita perlu membangun kesadaran politik dan keislaman yang kuat di tengah-tengah masyarakat, sehingga mereka dapat memahami pentingnya menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Peradaban Islam sejati hanya akan terwujud dalam sistem khilafah. Sistem ini memungkinkan penerapan syariat Islam secara menyeluruh, serta mewujudkan umat Islam untuk bersatu dan bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sama, yaitu Ridha Allaah subhanahuwata'ala.
Wallahu'alam bishshowab.
Via
Opini
Posting Komentar