SP
Insiden Kepsek dan Siswa Merokok: Cermin Krisis Moral Generasi Sekuler
TanahRibathMedia.Com—Masyarakat Indonesia dikejutkan oleh peristiwa di SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, ketika seorang kepala sekolah diduga menampar siswanya yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah. Video dan potongan informasi yang tersebar luas di media sosial memunculkan polemik: antara pembelaan terhadap tindakan disiplin kepala sekolah, dan tudingan kekerasan terhadap siswa. Kasus ini seolah menjadi potret kecil dari masalah besar yang tengah dihadapi dunia pendidikan kita.
Data dari World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 15 juta remaja di dunia menggunakan rokok elektrik atau vape. Di Indonesia, fenomena serupa kian mengkhawatirkan. Anak-anak usia sekolah kini dapat dengan mudah mendapatkan akses terhadap rokok elektrik atau vape, bahkan menganggapnya sebagai simbol gaya hidup modern (https://www.suara.com/2025/10/18).
Sistem Pendidikan Sekuler Mencetak Generasi Krisis Moral
Jika ditelaah lebih dalam, akar masalah dari insiden ini tidak hanya berhenti pada persoalan "siapa yang salah", melainkan mencerminkan adanya ruang abu-abu dalam penerapan disiplin siswa dan menurunnya wibawa pendidik. Di satu sisi, guru dan kepala sekolah dituntut untuk menegakkan kedisiplinan; namun di sisi lain, ketika upaya itu dilakukan dengan tegas, sering kali justru dituding melanggar hak asasi siswa. Akibatnya, pendidik menjadi serba salah.
Krisis ini tidak berdiri sendiri. Sistem pendidikan sekuler-liberal yang diadopsi negeri ini telah menanamkan nilai kebebasan tanpa batas pada generasi muda. Siswa merasa memiliki ruang untuk mengekspresikan diri sebebas-bebasnya, tanpa disertai tanggung jawab moral. Akibatnya, muncul generasi yang tidak taat aturan, tidak menghormati guru, dan mudah menganggap etika sebagai hal relatif. Selain itu, mudahnya akses terhadap rokok elektrik atau vape di pasaran menambah parah situasi. Banyak remaja melihat perilaku merokok sebagai “keren”, “dewasa”, atau “berani”, karena kurangnya pemahaman mendasar tentang nilai hidup dan tujuan keberadaannya di dunia. Padahal, mereka sedang menapaki masa pembentukan karakter masa yang seharusnya diarahkan untuk mengenali jati diri dan menanamkan nilai-nilai luhur. Semua ini menandakan krisis kesadaran spiritual dan moral di kalangan generasi muda. Mereka kehilangan arah karena pendidikan yang dijalani tidak memberi makna tentang siapa dirinya dan untuk apa hidupnya.
Sistem Pendidikan Islam Menyelamatkan Generasi
Sistem Pendidikan Islam, menjadikan guru sebagai pilar peradaban, sosok yang bukan hanya mengajar, tetapi mendidik, meneladani, dan membimbing murid menuju ketaatan kepada Allah. Dalam Islam, posisi guru sangat mulia.
Rasulullah ï·º bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Maka, tugas guru sejati bukan hanya mentransfer pengetahuan, tetapi menumbuhkan kesadaran moral dan spiritual agar peserta didik menjadi manusia bertakwa. Hanya dengan sistem pendidikan yang berpijak pada syariat Islam, setiap pelajar akan diarahkan memiliki pola pikir dan pola sikap yang tunduk pada aturan Allah, menyadari bahwa setiap perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Adapun soal merokok, hukum dasarnya memang mubah selama tidak menimbulkan bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Namun dalam konteks pendidikan dan generasi muda, jelas bahwa kebiasaan itu menjerumuskan pada kemudaratan dan bertentangan dengan nilai ihsan dalam menjaga diri. Maka, pendidikan Islam bukan hanya melarang secara verbal, tetapi membentuk kesadaran spiritual agar remaja menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat. Pendidikan bukan sekedar mengajarkan pengetahuan duniawi, tetapi menanamkan kesadaran bahwa tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah dan senantiasa menanam kebaikan di muka bumi. Hanya dengan landasan inilah, kita dapat melahirkan generasi yang berakhlak, beradab, dan memahami batas-batas kebebasan dalam bingkai tanggung jawab moral kepada Allah Swt.
Insiden di SMAN 1 Cimarga bukan sekadar persoalan disiplin antara kepala sekolah dan siswa. Ia adalah cermin krisis moral dan kegagalan sistem pendidikan sekuler yang diadopsi negeri ini dalam membentuk karakter generasi bangsa. Sudah saatnya kita berani melakukan refleksi mendalam dan kembali pada paradigma pendidikan yang menumbuhkan ketundukan kepada Sang Pencipta. Hanya dengan penerapan Sistem Pendidikan Islam dalam bingkai Negara hal ini dapat diwujudkan. Karena dari sanalah, akhlak mulia dan peradaban luhur akan terbentuk.
Dyah Alkhanza, S.Pd
(Pendidik, Aktivis Muslimah)
Via
SP
Posting Komentar