Opini
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi
Momentum Maulid Nabi: Meneladani Rasulullah ﷺ dari Seremonial Menuju Pengamalan Islam Kaffah
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ setiap tahun selalu disambut meriah oleh umat Islam di manapun berada, baik di Indonesia maupun mancanegara. Ragam kegiatan digelar, mulai dari pembacaan shalawat, pengajian, tausiyah, hingga acara bernuansa budaya. Semua ini mencerminkan rasa cinta umat kepada Rasulullah ﷺ.
Akan tetapi, perlu dicatat bahwa bentuk cinta tersebut tidak boleh sebatas ritual seremonial. Justru, Maulid harus menjadikan saat yang tepat untuk memperbarui tekad meneladani beliau dengan mengamalkan Islam secara menyeluruh.
Seremonial Bukanlah Puncak
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa perayaan Maulid sering kali lebih menekankan pada acara-acara lahiriah. Jamaah hadir berbondong-bondong ke masjid atau majelis, tetapi setelah itu mereka kembali pada aktivitas sehari-hari tanpa ada perubahan berarti. Padahal, Rasulullah ﷺ hadir bukan hanya sebagai teladan akhlak, tetapi juga sebagai pembawa risalah yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Allah Swt. berfirman:
“Sungguh, pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, serta banyak mengingat Allah.” (TQS. Al-Ahzab: 21)
Ayat ini menegaskan bahwa suri teladan Rasulullah bersifat total, yakni mencakup ibadah, muamalah, tata sosial, ekonomi, hukum, politik, hingga bagaimana mendirikan negara serta mengatur segala urusannya.
Hakikat Cinta adalah Ketaatan
Cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ tidak cukup diwujudkan dengan bershalawat atau mengagungkan beliau semata. Cinta sejati justru tampak dalam kesediaan mengikuti jejak ajaran beliau.
Allah Swt. berfirman:
“Katakanlah (Muhammad), jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (TQS. Ali Imran: 31)
Ayat ini memberi pesan jelas: mengaku cinta tanpa diikuti ketaatan hanyalah klaim kosong. Maka, peringatan Maulid semestinya menjadi dorongan kuat untuk menegakkan sunnah beliau dalam seluruh sendi kehidupan.
Islam Kaffah: Amanah Rasulullah ﷺ
Warisan terbesar yang ditinggalkan Rasulullah ﷺ adalah risalah Islam yang sempurna. Syariat yang beliau bawa tidak hanya mengatur urusan ibadah personal, tetapi juga membangun tatanan masyarakat yang adil.
Allah Swt. menegaskan:
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 208)
Ayat ini menuntut umat Islam untuk mengamalkan Islam secara total, tidak sepotong-sepotong. Rasulullah ﷺ mencontohkannya dengan mendirikan masyarakat Madinah, menegakkan hukum, menata ekonomi, hingga memimpin pasukan. Dari sini jelas bahwa Islam bukan hanya agama ritual, melainkan sistem hidup yang paripurna.
Menjadikan Maulid sebagai Titik Perubahan
Oleh karena itu, Maulid Nabi semestinya dimaknai sebagai titik balik perubahan. Inilah saat-saat terbaik untuk bermuhasabah: sejauh mana kita benar-benar meneladani beliau? Apakah Maulid hanya menjadi rutinitas tahunan, ataukah sebuah momentum untuk memperkokoh tekad menjalani Islam kaffah?
Meneladani Rasulullah ﷺ berarti menolak sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan publik. Membuang jauh-jauh kapitalisme dan mencampakkan sistem demokrasi yang sangat jauh dari ajaran Islam. Meneladani beliau juga berarti berjuang menghidupkan kembali aturan Allah dalam mengatur masyarakat, agar keadilan dan rahmat Islam dapat dirasakan seluruh umat manusia.
Dengan demikian, Maulid Nabi bukan tujuan akhir, melainkan sarana menuju perubahan hakiki. Perayaan secara lahiriah boleh saja, tetapi jangan sampai berhenti di sana. Kecintaan sejati kepada Rasulullah ﷺ adalah dengan meneladani beliau secara menyeluruh, yakni melalui penerapan Islam kaffah dalam semua aspek kehidupan. Karena hanya dengan itulah kita dapat membuktikan cinta kepada beliau dan meraih keberkahan serta pertolongan dari Allah Swt. atas segala persoalan hidup kita dan masyarakat kita yang makin pelik akhir-akhir ini.
Via
Opini
Posting Komentar