IBRAH
Menangis Yuk!
Oleh: Kartika Soetarjo
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—"Jika menangis karena teriris lisan manusia, maka air matamu tak berguna.
Jika menangis karena terkikis jahatnya dunia, maka air matamu tak ada artinya.
Namun, jika menangis karena segunung dosa, maka air matamu akan jadi penghalang dahsyatnya api neraka.
Pun, jika menangis karena beryukur atas semua limpahan anugerah Allah ta'ala, maka air matamu akan menjadi surga".
Saudaraku, masih ingatkah kapan terakhir menangis?
Menangis itu, bukan berarti cengeng. Menangis bukan berarti lemah, dan menangis pun bukan tanda kalah.
Menangis adalah luapan emosi, baik itu kebahagiaan, atau bisa dari penyesalan. Menangis juga dapat melepaskan hormon stres yang dapat memberikan efek menenangkan bagi jiwa yang sedang terguncang.
Menangis juga bisa menjadi sinyal bagi orang lain, bahwa seseorang membutuhkan dukungan dan perhatian.
Jangan malu atau marah disebut tukang menangis.
"Sedikit-sedikit menangis," "sedikiti-sedikit menangis".
Karena mata yang mudah menangis, adalah tanda dari hati yang mudah tersentuh, dan tanda hati yang lembut. Sedangkan hati yang lembut, biasanya mudah peka dengan apa yang orang lain rasa. Hati yang lembut mudah menerima nasihat, mudah menerima kebaikan, mudah menyadari kesalahan, dan sangat mudah memaafkan.
Saudaraku, jika kita bertafakur dengan sangat mendalam, maka air mata ini tak akan bisa kita tahan. Berpikir disela-sela zikir. Memikirkan kuasa Allah Swt. Kita, yang siangnya mungkin bermaksiat, tetapi Allah beri kesempatan membasahi sajadah dalam heningnya sepertiga malam. Padahal ada kabar, bahwa maksiat adalah penghalang shalat tahajud. Namun, kita tetap dipeluk oleh kehangatan cinta Sang Maujud.
Saudaraku, pernah menghitung berapa kali kita berkedip dalam sehari? Jangankan sehari, sedetik saja, tahukah kita jumlah kedipan mata? Pasti jawabannya "tidak tahu" dan untuk menghitungnya pun tidak akan mampu.
Coba berhenti berkedip satu menit saja, apa yg kita rasakan? Pasti perih kan? Sudahkah mensyukuri setiap kedipan? Andai syaraf mata ini Allah ambil fungsinya, apa yang akan terjadi dengan mata kita?
"Ya Alalh, nikmat satu bola mata saja sulit untuk kami syukuri. Mata ini, mata yang kadang melihat yang halal, tetapi juga tak jarang melihat kejelekan orang lalu disebarkan lewat mulut dan jari. Namun, Engkau tetap beri kami penglihatan dan kedipan yang sempurna".
Saudaraku, mentafakuri satu bola mata saja memerlukan waktu yang lama, dan tafakur adalah satu ibadah yang benar-benar khusyuk. Pantas saja, ada keterangan bahwa tafakur satu jam itu lebih baik daripada beribadah enam puluh tahun.
Selanjutnya, mari kita renungkan! Kadang mulut ini mencaci, tetapi Allah terus memberi rezeqi. Kadang diri pun bermaksiat, tetapi Allah tetap beri kita sehat. Kadang raga ini abai dan lalai, tetapi Kasih Sayang Allah tetap membelai.
Betapa Mahabaiknya Allah.
Cinta-Nya tetap menyebar sekalipun pada makhluknya yang ingkar. Kasihnya tetap tercurah walaupun makhluknya tidak sepenuhnya berserah.
Saudaraku, tidak bersedihkah dengan apa yang selalu Allah limpahkan? Jika belum bisa menangis, coba, paksa! Paksa air mata ini agar jatuh, agar menjadi saksi bahwa sewaktu di dunia kita pernah menyesal dan bersyukur.
Allah suka kepada makhluk yang matanya senantiasa basah karena takut akan ancaman-Nya, serta berharap akan Ampunan dan Rahmat-Nya.
Imam Bukhari dan Muslim memberi bocoran dari langit. Bahwa, "dua mata yang terjaga dari api neraka, adalah dua mata yang senantiasa menangis karena takut kepada Allah Ta'ala".
Oleh karenanya, jangan menangis karena kejamnya dunia, karena airmata akan sia-sia. menangislah karena dosa, dan takut oleh ancaman-Nya, maka air mata akan berharga, dan dua mata akan terjaga dari neraka.
Syekh Jalaludin Rumi pun membelai kita dalam syairnya. "Takut kepada Allah bukan rasa takut yang mengerikan, tetapi rasa hormat dan kagum yang mendalam. Menangislah! Karena menangis adalah cara pembersihan jiwa, dan menangis karena takut kepada Allah, dapat membersihkan diri dari noda dan dosa, serta mendekatkan diri kepada-Nya".
Saudaraku, menangis yuk!
Wallahu 'alam bissawwab.
Via
IBRAH
Posting Komentar