Opini
Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), Proyek Deradikalisasi Kemenag Sejak Dini
Oleh: Pudji Arijanti
(Pegiat Literasi untuk Peradaban)
TanahRibathMedia.Com—Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) Kemenag resmi diluncurkan sebagai pendidikan Islam yang lebih humanis non konservatif terhadap pendidikan keagamaan di Indonesia. Penerapannya dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Harapannya, pendidikan di Indonesia tidak dicukupkan hanya menyampaikan ilmu semata tetapi ada yang lebih utama yakni menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan dan rasa mencintai terhadap sesama.
Kurikulum ini hadir sebagai jawaban dari kegelisaan terhadap peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Sesama manusia saling menghujat, intoleransi, dan degradasi akhlak yang semakin mengkhawatirkan. Harapannya dengan menghadirkan kurikulum tersebut dapat melahirkan perubahan sosial dari akar (SindoNews 24 Juli 2025).
Seolah KBC penuh dengan keramahan, peduli terhadap sesama manusia. Tetapi cobalah dicermati secara mendalam kurikulum cinta tersebut terdapat bahaya mengancam bagi generasi muslim yakni deradikalisasi sejak dini, dengan segala macam bentuknya.
Kurikulum ini juga mengajarkan generasi muslim untuk bersikap keras kepada saudaranya sesama muslim dan lemah lembut kepada nonmuslim. Sementara untuk nonmuslim, mereka diperlakukan begitu hormat, sangat lembut dan santun, rumah ibadahnya dijaga, bahkan ikut merayakan hari raya bersama sama dan sebagainya.
Bahkan yang lebih miris kurikulum ini menjadikan pandangan buruk terhadap muslim yang hendak menerapkan Syariat Islam kaffah. Seolah pantas diberi label radikal dan ekstrim, sehingga layak dimusuhi, dipersekusi, pengajiannya dibubarkan, dan lain-lain. Dengan demikian generasi muslim sulit menggegam agamanya dengan benar, karena ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya adalah bukti keradikalan.
Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang diluncurkan Kemenag melalui dunia pendididkan bersumber dari pemikiran sekuler. Sekuler meniadakan Tuhan yang dijadikan landasan sebagai pijakan membuat aturan. Tentu saja kebijakan yang diambil bersumber dari akal manusia yang terbatas. Justru hal inilah yang menjauhkan generasi dari aturan Allah Swt. Padahal dalam Islam pemikiran sekularisme adalah ide yang salah dan batil.
Mengapa tidak kita sadari, beberapa kali kurikulum diganti namun tak menghasilkan generasi berkepribadian mulia seperti yang kita harapkan. Justru yang terjadi saat ini generasi semakin liar, degradasi akhlak, zina merebak di antara pelajar, perundungan makin mencuat dan lain-lain. Mau bukti apa lagi, jika kurikulum pendidikan masih berasas sekuler pastilah akan menghasilkan output yang tidak berkualitas.
Bagaimana bisa menjadi generasi berkualitas jika pendidikan sekuler masih menjadi arah pandangan kurikulum. Pelajara Agama (Islam) disejajarkan dengan pelajaran-pelajaran yang lain, porsinya juga sangat minim. Bahkan generasi dicukupkan dengan peringatan hari-hari besar Islam. Islam tidak dikenalkan sebagaimana menjadi problem solving dalam nilai-nilai politik ataupun kondisi-kondisi yang merebak di tengah masyarakat akhir-akhir ini. Inilah sumber kerusakan bagi penerapan pendidikan sekuler.
Jika demikian, mampukah Kurikulum Cinta milik Kemenag menghadirkan nilai-nilai yang agama yang diinginkan?
Mampukah berharap pada generasi yang taat kepada Tuhan, mulia akhlaknya, kreatif, warrior mentality tetapi masih mempertahankan sistem pendidikan sekuler?
Sejatinya akar persoalan generasi saat ini bersumber dari kurikulum pendidikan sekuler yang menghilangkan nilai-nilai ruh ketuhanan. Sehingga nihil jika berharap pada generasi berbudi luhur pada sistem saat ini.
Hanya Islam yang bersumber dari Allah Swt. Harusnya menjadi akar kehidupan setiap muslim. Oleh sebab itu harus ada negara yang berkewajiban sebagai penjaga akidah umat, menjadikan akidah islam sebagai asas, serta menempatkan pendidikan sebagai sektor strategis bagi masa depan bangsa. Sehingga sektor pendidikan berbasis akidah Islam penerapannya melalui negara. Karena hanya negara Islam/Khilafah yang dapat menerapkan pendidikan dengan kurikulum berbasis akidah Islam
Dengan demikian terbentuklah kepribadian Islam yang khas. Hingga munculah kesadaran terikat kepada syariat Islam dan melaksanakan seluruh kewajiban sebagai seorang muslim, serta mampu menghindari segala bentuk kemaksiatan kepada Allah sehingga mampu menyelesaikan semua permasalahan dalam kehidupannya.
Hanya saja kurikulum berbasis akidah Islam tidak akan terealisasi jika sistem yang mengaturnya adalah sistem demokrasi. Kita butuh negara/Khilafah sebagai sebuah sistem yang dapat mewujudkan sistem pendidikan yang berbasis Islam hakiki.
Wallahu'alam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar