Opini
Malnutrisi Menjadi Ancaman Nyata bagi Anak- Anak Gaza
Oleh: Najah Ummu Salamah
(Komunitas Penulis Peduli Umat)
TanahRibathMedia.Com—Sepekan yang lalu, the Japan Times melansir berita kematian 21 anak-anak Gaza di rumah sakit Al-Shifa, Al-Aqsa Martyrs karena malnutrisi. Hal ini terjadi akibat Israel kembali memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025 setelah kesepakatan gencatan senjata berakhir. Bantuan kemanusiaan pun hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah kecil sebagai simbol saja. Akibatnya, stok pangan yang sempat menumpuk selama masa gencatan habis perlahan. Sejak Genosida bulan Oktober 2023 lalu, Gaza mengalami kekurangan bahan pangan terparah dalam sejarah konflik internasional.
WHO melaporkan lebih dari 50 anak meninggal karena malnutrisi sejak awal pengepungan oleh Israel. UNRWA badan PBB untuk pengungsi Palestina menyatakan bahwa satu dari sepuluh anak-anak Palestina dinyatakan malnutrisi. Sementara itu, dalam beberapa minggu terakhir, terhitung hampir 900 warga Gaza tewas saat mengantri untuk mendapatkan bantuan makanan dari pihak swasta. Pihak Israel sengaja membombardir masa yang sedang berkerumun di pusat bantuan kemanusiaan.
Pekan lalu, delapan anak yang tengah menunggu perawatan malnutrisi tewas seketika akibat serangan bom Israel. Sedangkan di luar Gaza, lebih dari 6.000 truk penuh makanan, obat, dan sabun menunggu izin masuk. Serta 1000 tenaga medis UNRWA sebenarnya sudah siap terjun di lapangan menangani kasus malnutrisi anak-anak Gaza belum mendapatkan izin memasuki wilayah Gaz (CNBCIndonesia.com, 23-7-2025).
Saatnya Genosida Dihentikan
Sejak genosida terjadi di Gaza, berbagai permasalahan seakan tak pernah reda. Dalam peperangan, anak-anak adalah yang paling rentan dan sulit bertahan. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan nutrisi dalam tumbuh kembang justru menjadi sasaran pemusnahan. Kalaupun tidak tewas karena pengeboman, meraka tewas karena kelaparan.
Kita melihat, hari ini umat Islam hanya sebagai kelinci percobaan senjata pemusnah masal kaum kafir. Umat Islam menjadi korban genosida yang dipertontonkan oleh dunia tanpa ada yang membela. Sungguh ironis, para penguasa negara-negara muslim membisu. Mereka hanya sekedar mengecam tanpa solusi nyata. Yang lebih menyedihkan lagi adalah saat para penguasa berjabat mesra dengan pemimpin zionis. Mereka membuktikan keberpihakan kepada musuh kaum muslimin. Sangat jelas pengkhianatan yang dilakukan para pemimpin negeri-negeri muslim. Bahkan mereka menyepakati solusi dua negara dan menyetujui normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.
Padahal, sejatinya para penguasa negeri-negeri muslim memiliki instrumen tentara dan senjata yang bisa diterjunkan langsung untuk mengusir penjajah zionis dari negeri para Nabi. Namun hal itu tidak mereka lakukan, karena mereka tidak lebih hanya sebagai antek (umala') kaum penjajah. Mereka lebih mementingkan urusan pribadi dan keselamatan kekuasaan saja.
Sudah saatnya umat Islam kembali menyadari bahwa hanya Sistem Islam yang akan memerdekakan Palestina. Khalifah akan mengomando pasukan untuk mengusir penjajah. Dengan ruh jihad pasukan kaum muslimin melakukan pembebasan ke Palestina. Sebagaimana yang pernah dilakukan Khalifah Umar bin Khattab dan Sholahuddin Al Ayyubi di waktu silam.
Oleh karenanya, umat Islam harus melakukan dakwah, penyadaran kepada umat tentang urgensi tegaknya sistem Islam (Khilafah).
Seluruh kaum muslimin harus mengadopsi thariqoh (metode) dakwah Rosulullah. Dimulai dari tasqif (pembinaan), dilanjutkan dengan Ittishol hayyi (interaksi ide-ide Islam), selanjutnya terbentuk opini dan kesadaran umum tentang kewajiban menegakkan syari'at Islam secara totalitas (kaffah) dalam bingkai Khilafah.
Atas izin Allah Swt., persatuan kaum muslimin seluruh dunia akan menjadi nyata. Bumi Palestina dan negeri-negeri muslim lain yang terjajah akan dibebaskan oleh para tentara dalam satu komando jihad fii Sabilillah oleh seorang Khalifah. Wallahu alam bishowab.
Via
Opini
Posting Komentar