Opini
Gaza Kelaparan, Pemimpin Muslim hanya Figuran
Oleh: Keysa Neva
(Mahasiswi)
TanahRibathMedia.Com—Agresi Israel terus berjalan bahkan makin bertubi. Dilansir dari Tempo.co (02-07-2025) sejak Taufan Al-Aqsa 7 Oktober 2023, korban syahid di Gaza mencapai 56.647 jiwa. Jika koban tersebut digabung dengan angka korban luka, jumlahnya mencapai 134.105 jiwa. Angka tersebut belum mewakilkan korban yang terperangkap di bawah reruntuhan yang belum dievakuasi.
Jumlah tersebut bukan sekadar angka. Jumlah tersebut adalah jiwa-jiwa suci yang kehilangan nyawanya. Akan tetapi, Israel tak pernah menghentikan serangannya meski di masa gencatan senjata. Mereka hanya sedikit teralihkan ketika Iran menyerang Israel karena serangan balasan yang sebelumnya telah diluncurkan, mereka bertengkar hanya sebentar, hingga akhirnya Israel kembali massif menyerang Gaza.
Israel tak pernah mengindahkan gencatan senjata maupun aturan perang. Dilansir dari BBC.com (03-07-2025), seorang dokter yang juga menjabat sebagai direktur di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Marwan Al-Sultan syahid dalam serangan udara yang dilakukan Israel pada Rabu (02/07). Menurut penuturan putrinya, Lubna, ayahnya ditargetkan pesawat tempur F-16 tepat di kamarnya dan membiarkan bagian rumah lainnya tetap utuh. Seorang warga sipil, apalagi seorang dokter tentunya tidak boleh menjadi target perang. Namun, hal itu tak berlaku bagi Israel. Mereka selalu mengelak dan mencari alasan demi membenarkan perilakunya. Otoritas militer Israel, IDF (Israel Defence Forces) mengklaim serangan udara tersebut ditujukan untuk “teroris utama” Hamas di jalur Gaza, tetapi malah salah sasaran dan merasa prihatin atas warga sipil tersebut yang menjadi korban. Padahal kenyataanya, Al-Sultan tidak dalam bergabung pada kelompok militan apapun. Bahkan ia tidak lagi menjadi direktur di Rumah Sakit Indonesia karena infrastruktur yang telah rusak akibat serangan bertubi dari Israel. Saat dimintai keterangan, Israel dengan santai mengatakan bahwa mereka menduga Rumah Sakit tersebut adalah markas dari Hamas.
Penderitaan warga Gaza tak hanya karena serangan dari Israel. Mereka harus menahan lapar dan haus karena akses bantuan makanan yang sangat terbatas bahkan tidak ada akses sama sekali. Mereka bertahan hidup dengan memakan tumbuhan apapun yang ada. Rachel Cummings, seorang relawan yang menjaga anak-anak Gaza menuturkan bahwa, banyak anak-anak Gaza yang “berharap untuk mati” karena ingin tetap bersama orangtua mereka yang telah syahid lebih dulu. Mereka juga berharap seperti itu karena sulitnya mendapat makanan, mereka seakan dibiarkan mati kelaparan dan kehausan apalagi di suhu esktrem saat musim panas. Warga Gaza banyak yang tak lagi memiliki rumah untuk berteduh dibawah suhu 30 derajat celcius. Anak-anak menangis sepanjang hari karena kepanasan. Mereka baru berhenti menangis dan tertidur saat matahari mulai tenggelam (BBC.com, 03-07-2025).
Zionis memblokade total jalur bantuan logistik untuk jalur Gaza. Kelaparan dijadikan senjata ampuh baru oleh Israel untuk membunuh Warga Gaza. Mereka seakan diantarkan untuk mati kelaparan. 2,3 juta warga Gaza yang hendak mendapatkan bantuan makanan harus bertaruh nyawa untuk mengambil bantuan yang disediakan pusat distribusi makanan yang dikelola Yayasan Kemanusian Gaza (Gaza Humanitarian Foundation). Seluruh bantuan yang ada dikelola oleh GHF yang melewati jalur Israel untuk bisa mencapai Gaza. Yayasan ini ternyata didanai oleh Amerika yang sejatinya sekutu Israel. Sungguh kompleks permasalahan ini. Selain itu, truk bantuan yang sangat sedikit tersebut saat masuk ke jalur Gaza banyak yang dijarah oleh warga Israel. Belum sampai di situ, Warga Gaza yang mengambil bantuan tersebut malah menjadi sasaran serangan Zionis saat mengambil bantuan dari sisa truk yang sampai ke mereka.
Kementrian Kesehatan di Gaza, melaporkan bahwa lebih dari 500 orang syahid dalam sepekan terakhir akibat berbagai serangan dari Israel, mulai dari serangan udara, tembakan, bom, dll. Pejabat kesehatan menuturkan bahwa sebagian besar korban tersebut tewas saat mengambil bantuan di truk-truk makanan. Padahal banyak dari mereka yang harus berjalan berjam-jam di cuaca yang sangat panas demi mencapai titik-titik truk bantuan (DW.Com, 04-07-2025).
Dikutip dari Aljzaeera (07-07-2025): “Berapa banyak lagi penderitaan yang harus ditanggung Gaza sebelum dunia akhirnya melihat kita dan kita akhirnya memperoleh gencatan senjata yang langgeng?”. Maka sebagai orang yang mengetahui kompleksnya persoalan ini, tidak akan ada perjanjian maupun gencatan senjata yang bisa menghentikan Israel. Semua negara diam. Pemimpin dunia muslim diam. Lebih menjijikan lagi mereka menormalisasi hubungan dengan pemerintah ilegal Israel. Mereka melakukan perjanjian dagang, kunjungan, dan lain-lain. Hanya ada masyarakat dunia yang masih memiliki rasa kemnuasian menangis darah melihat penderitaan warga Gaza. Mereka yang bergerak dalam aksi #WorldMarchToGaza, mereka yang selalu berisik soal Gaza, mereka yang tertatih-tatih melakukan Gerakan BDS (Boycott, Divestment, Sanctions).
Maka ketahuilah, gerakan parsial ini belum mampu membawa perubahan. Memang benar usaha inilah yang bisa dilakukan. Namun, gerakan ini masih di lingkup masyarakat, sedangkan lawan yang dihadapi adalah aliansi negara adidaya. Tak ada harapan pada pemimpin Muslim dunia hari ini. Kemenangan itu akan hadir ketika negara yang mengemban ideologi Islam lahir dan siap menghadapi negara adidaya yaitu Daulah Khilafah Islamiyah. Negara yang mengharuskan persatuan umat. Dimulai dari kita, Muslim yang tak hanya memiliki rasa kemanusian, tapi juga keimanan tentang kesucian Baitul maqdis dan yakin akan janji Allah. Ini soal pemahaman, soal kemauan, untuk memperjuangkan berdirinya Khilafah ‘ala minhajin Nubuwwah.
Khilafah adalah institusi penerap syariat Islam kaffah. Mengemban dakwah di dalam maupun luar negeri termasuk melakukan jihad dan futuhat. Jika melihat akar permasalahan, maka hanya Khilafah dan jihad solusi fundamental untuk membebaskan Palestina. Semoga Allah Swt. menyegerakan pertolongan tersebut.
وَأَعِدُّوا۟ لَهُم مَّا ٱسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ ٱلْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (TQS Al-Anfal: 60)
Via
Opini
Posting Komentar