Telusuri
  • Pedoman Media
  • Disclaimer
  • Info Iklan
  • Form Pengaduan
Tanah Ribath Media
Pasang Iklan Murah
  • Home
  • Berita
    • Nasional
    • Lensa Daerah
    • Internasional
  • Afkar
    • Opini Tokoh
    • Opini Anda
    • Editorial
  • Remaja
    • Video
  • Sejarah
  • Analisa
    • Tsaqofah
    • Hukum
  • Featured
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Pendidikan Anak
    • Pendidikan Remaja
    • FiksiBaru
Tanah Ribath Media
Telusuri
Beranda Opini Jangan Sebut Macron ‘Yang Mulia’
Opini

Jangan Sebut Macron ‘Yang Mulia’

Tanah Ribath Media
Tanah Ribath Media
25 Jun, 2025 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp


Oleh: Muhammad Syafi’i
(Aktivis Dakwah)

TanahRibathMedia.Com—Semoga sikap Presiden Prabowo yang memuliakan Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak terulang lagi. Pasalnya, Macron tidak pantas dimuliakan apalagi disebut ‘Yang Mulia’ oleh seorang Muslim. 

Sebutan Yang Mulia disematkan Prabowo saat kunjungan Macron di Indonesia, Rabu (28 Mei 2025). "Terimakasih atas kehormatan besar diberikan kepada kami dengan kunjungan Yang Mulia," ungkap Prabowo sebagaimana dikutip metrotvnews.com, Rabu (28-5-2025).

Prabowo maupun Muslim lainnya harusnya tidak sembarangan memuliakan atau merendahkan seseorang. Status Macron sebagai tamu tidak otomatis membuatnya berhak disebut yang mulia. Sekalipun mendatangkan manfaat materi, tidak pula langsung mengangkat derajat Macron menjadi mulia.

Ada banyak alasan sehingga Macron tidak pantas dimuliakan bahkan lebih pantas direndahkan, antara lain:

Pertama, secara pribadi Macron bukanlah orang yang beriman dan termasuk golongan orang kafir. Dalam Al-Qur'an disebutkan orang kafir mendapatkan kehinaan di dunia (QS. al-Baqarah ayat 85). Memang benar, seorang Muslim tidak bisa seenaknya menghina orang kafir, namun tidak pantas bagi siapa saja yang mengaku beriman kepada Al-Qur'an memuliakan orang yang dihinakan oleh Al-Qur'an.

Dalam Al-Qur'an surat al-Hujurat ayat 13 Allah subhanahu wa ta'ala menegaskan bahwa sesungguhnya yang paling mulia di antara manusia adalah yang paling bertakwa.

Kedua, Macron telah menghina Islam sekaligus menghina Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam. Sikap Macron tersebut menimbulkan reaksi umat Islam di seluruh dunia pada akhir tahun 2020. Sebagaimana diberitakan banyak media, Macron telah memancing kemarahan umat Islam dengan mengajukan undang-undang Separatisme Islam pada awal September 2020. Tidak lama dari situ, Macron kembali mendapat kecaman akibat pernyataannya yang membela penghina nabi melalui karikatur yang disebut sebagai Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam.

Sangat disayangkan jika seorang yang mengaku umat Nabi Muhammad justru memuliakan penghina Islam sekaligus penghina nabi. Sebab, penghina Islam maupun penghina Nabi pantasnya mendapat hukuman yang berat bahkan hukuman mati. Jika penghina itu melibatkan negara sebagaimana Macron selaku Presiden Perancis, maka sikap yang pantas adalah memeranginya bukan malah menjalin kerjasama baik dengannya.

Ketiga, Macron adalah pendukung Israel. Meskipun ia sering mengungkapkan mendukung gencatan senjata di Gaza, namun aslinya ia merupakan pendukung Israel. Dukungan kepada Israel disampaikan Macron dalam beberapa kesempatan, salah satunya setelah serangan udara yang dilancarkan Israel terhadap Iran. Sebagaimana dikutip Kompas.com, Jumat (13-6-2025), Macron menegaskan kembali hak Israel untuk membela diri dan memastikan keamanannya.

Dengan dukungannya kepada Israel tersebut, Macron sangat tidak pantas disebut Yang Mulia karena seorang yang disebut mulia tidak akan mendukung pelaku kejahatan yang dengan sangat keji membantai kaum yang paling lemah seperti anak-anak dan wanita. 

Keempat, Perancis merupakan negara yang terlibat dalam konspirasi meruntuhkan Khilafah. Padahal Khilafah adalah institusi yang melindungi kaum Muslimin dari penjajahan negara lain serta mengurusi seluruh urusan kaum Muslimin berdasarkan Syariat Islam. Akibat runtuhnya Khilafah, kaum Muslimin saat ini terpecah menjadi negara kecil yang mudah dijajah oleh negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris termasuk Perancis. 

Mengingat sejarah yang menyakitkan itu, bekerjasama apalagi memuliakan penguasa Perancis adalah sebuah kebodohan sekaligus menunjukkan mental kaum yang terjajah.

Kelima, ideologi yang diusung Perancis dan tentunya Macron adalah ideologi Kapitalisme. Sementara ideologi Kapitalisme maupun sekularisme sebagai akidahnya serta berbagai pemikiran yang terlahir darinya merupakan ideologi dan pemikiran yang merusak kehidupan manusia. Kapitalismelah yang menyebabkan kesengsaraan bagi banyak manusia di belahan dunia demi melayani nafsu segelintir orang yang memiliki modal besar. Sekularisme serta berbagai pemikiran yang lahir darinya telah menjauhkan manusia dari penciptanya sekaligus menjadikan manusia layaknya hewan yang hanya mengikuti hawa nafsunya atas nama kebebasan.

Melihat rusaknya ideologi yang diusungnya, memuliakan Macron sangatlah tidak pantas dilakukan oleh seorang Muslim yang memiliki ideologi yang mulia yaitu ideologi Islam. Sudah seharusnya kita mencontoh sikap Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam maupun Khulafaur Rasyidin dan para khalifah sesudahnya dalam menghadapi penguasa kafir. 

Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam pernah menyurati Heraklius penguasa Romawi selaku negara adikuasa saat itu tanpa penghormatan yang berlebihan. Justru dalam surat Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, Heraklius didakwahi untuk memeluk Islam. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Heraklius dibuat tidak berkutik dalam mempertahankan Yerussalem. Sementara Khalifah Sultan Abdul Hamid II pada Kekhalifahan Utsmaniyah pernah mengancam Perancis untuk menghentikan pertunjukan drama yang menghina nabi.

Demikianlah, Rasulullah dan para Khalifah tidak pernah tunduk apalagi memuliakan penguasa kafir. Itulah kepemimpinan Islam yang menjaga kemuliaan Islam dan kaum Muslimin dengan diterapkannya syariat Islam secara menyeluruh dalam aspek kehidupan. Jika kaum Muslimin ingin kembali meraih kemuliaannya di dunia hingga akhirat, maka mengembalikan kepemimpinan Islam sebagaimana dahulu adalah sebuah keniscayaan.
Via Opini
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

- Advertisment -
Pasang Iklan Murah
- Advertisment -
Pasang Iklan Murah

Featured Post

Pengutusan atas Rasul Telah Usai, Wajib Mengikuti Risalah yang Terakhir(Part 2)

Tanah Ribath Media- Juni 26, 2025 0
Pengutusan atas Rasul Telah Usai, Wajib Mengikuti Risalah yang Terakhir(Part 2)
Oleh: Arif Widodo  (Pengasuh Komunitas Hijrah)   TanahRibathMedia.Com— Rasul adalah orang yang diperintahkan menyampaikan syariatnya sendiri. Sedan…

Most Popular

Mengantarkan Kalian Berdua ke Dua Gerbang yang Berbeda

Mengantarkan Kalian Berdua ke Dua Gerbang yang Berbeda

Juni 24, 2025
Sistem Islam, Akhiri Kekerasan terhadap Anak

Sistem Islam, Akhiri Kekerasan terhadap Anak

Juni 24, 2025
Bergerak, Tetapi Tidak Berdampak

Bergerak, Tetapi Tidak Berdampak

Juni 24, 2025

Editor Post

Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Agustus 06, 2024
Lebih dari 70 Muslimah Hadiri Talk Show Kajian Risalah Akhir Tahun 2023

Lebih dari 70 Muslimah Hadiri Talk Show Kajian Risalah Akhir Tahun 2023

Januari 01, 2024
Tak Habis Pikir

Tak Habis Pikir

Juni 11, 2023

Popular Post

Mengantarkan Kalian Berdua ke Dua Gerbang yang Berbeda

Mengantarkan Kalian Berdua ke Dua Gerbang yang Berbeda

Juni 24, 2025
Sistem Islam, Akhiri Kekerasan terhadap Anak

Sistem Islam, Akhiri Kekerasan terhadap Anak

Juni 24, 2025
Bergerak, Tetapi Tidak Berdampak

Bergerak, Tetapi Tidak Berdampak

Juni 24, 2025

Populart Categoris

Tanah Ribath Media

Tentang Kami

Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Contact us: contact@gmail.com

Follow Us

Copyright © 2023 Tanah Ribath Media All Right Reserved
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Advertisement
  • Contact Us