Motivasi
Bergerak, Tetapi Tidak Berdampak
Oleh: Maman El Hakiem
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Kadang kita merasa sudah berjalan jauh dalam dakwah. Sibuk ke sana-kemari, hadir di banyak agenda, aktif di berbagai grup, tak henti membuat konten dan diskusi.
Namun, pernahkah kita jujur bertanya pada diri sendiri: Apakah dakwah ini benar-benar bergerak, atau hanya terlihat sibuk? Apakah ada perubahan nyata, atau hanya sekadar mengisi waktu?
Seperti orang yang berjalan di atas treadmill—langkahnya banyak, keringatnya keluar, tapi tetap di tempat. Hari berganti, tetapi posisi tak berubah. Ada aktivitas, tetapi tak berdampak. Ada gerakan, tetapi tak menumbuhkan. Dakwahnya ramai, tetapi tak membumi. Sibuk, tetapi tak memandirikan umat.
Bukan karena kurang semangat, tetapi karena kehilangan arah. Terjebak rutinitas yang nyaman. Fokus pada acara, lupa pada perubahan. Padahal, dakwah bukan hanya soal hadir dan aktif, tetapi tentang membawa perubahan nyata. Menyentuh hati, menggugah pikiran, dan mengajak pada kebenaran.
Lalu, bagaimana agar dakwah ini melejit, menggerakkan, dan berdampak?
Pertama, jaga keikhlasan. Dakwah bukan untuk eksistensi diri. Dakwah adalah aktivitas mulia seruan dari pemilik alam semesta, bukan sekadar panggung dunia.
Allah berfirman:
“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama...” (TQS. Al-Bayyinah: 5)
Kedua, sadari bahwa dakwah bukan sekadar pengembangan diri, tetapi jalan untuk memberdayakan umat. Bukan hanya membuat kita lebih baik, tetapi menjadikan umat ini lebih kuat dalam iman, ilmu, dan perjuangan. Dakwah harus hadir di tengah masalah umat, bukan sekadar menjadi rutinitas mingguan yang terputus dari realita.
Ketiga, ambil ibrah dari dakwahnya para Nabi. Misalnya, dakwahnya Nabi Nuh yang tak kenal lelah selama 950 tahun, meskipun hanya sedikit yang mengikuti. Pun dakwahnya Nabi Muhammad ï·º yang membangun peradaban hanya dalam waktu 23 tahun, bukan karena beliau sekadar aktif, tapi karena dakwahnya punya arah, strategi, dan tujuan yang jelas: menegakkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Sabda Rasulullah ï·º: “Sungguh, satu orang mendapatkan hidayah melalui dirimu lebih baik bagimu daripada unta merah (harta terbaik saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keempat, kembalikan arah dakwah pada tujuan hakiki: menolong agama Allah, membebaskan umat dari kezaliman sistem, melanjutkan kehidupan Islam, dan membangun kehidupan yang diridai-Nya.
Jangan sampai kita terjebak jadi aktivis yang lelah, tetapi tidak kontributif. Sibuk, tetapi tidak menumbuhkan. Aktif, tetapi tidak menguatkan perjuangan.
Saatnya dakwah kita punya arah.
Punya tujuan yang jelas.
Bukan sekadar banyak kegiatan, tapi banyak kebaikan yang tumbuh.
Bukan sekadar ramai, tapi benar-benar menggugah dan mengubah.
Sebabnya, dakwah bukan soal terlihat bergerak, tapi seberapa jauh kita membawa umat mendekat pada Allah dan syariat-Nya.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Motivasi
Posting Komentar