IBRAH
Mengantarkan Kalian Berdua ke Dua Gerbang yang Berbeda
Oleh: Kartika Soetarjo
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—"Kakaak..., lihat ada pelangi Kak, dua pelanginya. Semoga ini pertanda baik untuk kakak sama almarhum Abah”. Sebuah chat dari putriku untuk kakak misannya yang sedang dirias, masuk ke group WhatsApp keluarga.
Ya, pagi itu, Ahad 15 juni 2025 adalah tanggal yang sangat bersejarah bagi keluarga besar Bani Soetarjo. Tanggal yang ditentukan jauh-jauh hari untuk melaksanakan pernikahan putri semata wayangnya kakakku.
Undangan telah disebar, rumah sudah di dekorasi sedemikian cantik dan rapi, kursi pelaminan dan kursi para tamu undangan telah berjajar. Para sesepuh telah berdatangan, pun semua saudara, dan handai tolan tak ketinggalan. Semua dipastikan akan hadir dalam acara bersejarah keluarga kakakku ini.
Namun, siapa sangka tanggal yang didaulat akan menjadi tanggal kebahagiaan itu, akan menjadi tanggal yang menyimpan duka mendalam. Dua hari sebelum hari H, sang ayah calon mempelai wanita mendadak sakit keras dan harus segera dilarikan ke Rumah Sakit.
Kami keluarga besar, menunggu kabar dengan harap-harap cemas, orang-orang yang sudah punya tugas masing-masing dalam acara pernikahan, berubah tugas seketika, menjadi bergantian menjaga pasien di Rumah Sakit.
Acara menjadi tidak karuan, sang calon pengantin moodnya menjadi jelek, kadang menangis, kadang juga marah-marah, dikarenakan kekhawatiran yang sangat mendalam pada ayah tercintanya yang diharapkan esok menjadi wali di hari istimewanya.
Takdir telah terukir, garis kehidupan telah ditentukan. Tidak seorang pun manusia dapat menghidar dari ketetapan Sang Maha Pencipta Alam.
Dalam keadaan harap-harap cemas itu, kekhawatiran keluarga pun akhirnya terjadi. Sabtu malam datang kabar dari pihak Rumah Sakit secara diam-diam ke whatsApp salah satu saudara kami, bahwa kakak iparku, ayah pengantin wanita, telah menghembuskan napas terakhirnya. Semula kami keluarga inti, disuruh diam dulu di lantai dua rumah kakak oleh salah satu saudara kami. Tahan dulu air mata kalian, di bawah banyak sesepuh, nanti kalau langsung diberi tahu khawatir suasana menjadi kacau.
Satu-persatu, anak-anak dari kakakku diberi tahu secara lembut. Tak ayal tangis mereka, apalagi tangis sang calon pengantin pecah tak bisa dibendung. Suasana menjadi tidak karuan, kami berbagi tugas. Aku dan suami bertugas mendampingi kakakku menjemput jenazah ke Rumah Sakit sekalian menyelesaikan administrasi. Kakakku yang laki-laki bertugas menjaga sang calon pengantin serta kedua adik laki-lakinya agar tenang.
Keluarga kami banjir air mata. Tak menyangka jodoh dan maut yang menjadi rahasia Illahi, diberikan langsung oleh Allah secara bersamaan kepada keluarga kami. Jeritan seorang istri ditinggal selamanya oleh suami tercinta. Teriakan seorang putri yang esok hari akan menikah, tetapi harus berpisah dengan ayah, dan tangisan dua putra belahan jiwa yang semasa hidup ayahnya sangat dekat dengan mereka. Seharusnya mereka berkumpul bersuka ria menyambut pernikahan dengan rasa bahagia. Namun kini mereka dipisahkan oleh maut yang tidak mungkin akan berjumpa lagi, kecuali di surga-Nya nanti.
Keesokan harinya, acara pernikahan pun di undur beberapa jam, karena harus menyelesaikan dulu prosesi pemakaman jenazah. Setelah semua selesai barulah acara sakral itu digelar.
Semua diganti, penyambutan keluarga calon mempelai pria digantikan oleh kakak laki-lakiku serta istrinya, wali diganti oleh adik laki-laki pengantin wanita, dan pendamping mempelai wanita digantikan olehku bersama suami.
Kulantunkan Al-Quran satu ayat, bersama salawat dengan suara yang tersendat diiringi airmata yang tak kunjung reda, mengantarkan kalian berdua ke dua gerbang yang berbeda.
Seminggu telah berlalu, tetapi kejadian itu masih terbayang dalam ingatanku, ada banyak pelajaran dari kejadian tersebut:
Pertama, manusia punya rencana, tetapi Allah punya kuasa. Kedua, yang ditentukan adalah tanggal pernikahan, tetapi siapa tahu tanggal itupun adalah tanggal kematian. Ketiga, pernikahan seharusnya menjadi pusat perhatian, tetapi Allah belokkan semua perhatian tertuju pada kematian. Agar manusia tidak lalai, karena kematian bisa datang kapan saja, dan dimana saja, tidak tahu waktu, tetapi sudah tentu.
Selamat jalan kakak, semoga kakak husnul khatimah, dan kakak selalu ada dalam rahmat dan ampunan-Nya.
Selamat menempuh hidup baru keponakanku, semoga rumah tangga kalian sakinah mawaddah dan rahmah.
Semoga pelangi di Ahad pagi, adalah pertanda baik bagi kalian berdua.
Aamiin ya Rabbal Alamin.
Sahabat, aku menulis cerita ini, bukan bertujuan agar mendapat empati, tetapi hanya ingin menjadi sebuah kenangan untukku dan keluargaku. Semoga tulisan ini menjadi ibrah atau pelajaran serta menjadi pengingat kita pada sebuah kematian.
Kersamanah – Garut, Ahad, 15 Juni 2025
Via
IBRAH
Posting Komentar