Opini
Fitrah Ibu di tengah Badai Kapitalisme
Oleh: Devita Putri Utami, S.Ds.
(Pemerhati Generasi)
TanahRibathMedia.Com—Perempuan memiliki peran penting dalam membangun peradaban manusia. Dalam Islam, ibu dianggap sebagai pilar utama keluarga sekaligus tokoh sentral dalam dakwah dan pendidikan. Hal ini menggambarkan betapa mulianya kedudukan perempuan dalam Islam. Dalam Islam, perempuan memiliki kedudukan sosial yang setara dengan laki-laki. Seorang ibu adalah sebagai pendidik generasi, perempuan memiliki kemampuan untuk menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak-anak, yang kelak menjadi penerus umat.
Di zaman sekarang faktanya perempuan bisa di bilang banyak yang beralih profesi ada juga yang menjalankan dua peran sekaligus. Sebagai mana dilansir dari Liputan6.com (Senin, 26-05-2025) menyatakan bahwa menyeimbangkan antara keluarga dan karier adalah tantangan besar yang sering dihadapi oleh ibu yang bekerja.
Sebagai seorang ibu, tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan anak-anak adalah prioritas yang paling utama. Karena persoalan ekonomi menuntut seorang ibu harus ikut terlibat dalam menanggung nafkah keluarga dengan cara bekerja.
Dalam menjalani dua peran ini, ada dilema yang memerlukan sikap dan keputusan yang bijaksana. Tidak jarang, seorang ibu yang bekerja harus mengorbankan waktu bersama keluarga demi memenuhi tuntutan pekerjaan.
Akan ada saat pekerjaan harus dikesampingkan demi kepentingan keluarga. Sehingga di dalam situasi ini memerlukan kemampuan untuk menyeimbangkan kedua peran tersebut tanpa mengabaikan salah satunya.
Problem Sistemik
Di era digitalisasi hari ini, peran perempuan semakin penting karena mereka menghadapi tantangan globalisasi yang dapat mempengaruhi nilai-nilai moral dan agama. Dengan keimanan yang kuat, seorang perempuan tidak hanya mampu menjaga keluarganya, tetapi juga memberikan dampak positif kepada komunitas yang lebih luas. Dakwah seorang ibu atau perempuan, baik dalam lingkup keluarga maupun masyarakat, menjadi salah satu cara untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.
Secara psikologi anak yang ditinggal ibu bekerja akan berbeda dengan anak lainnya. Dalam proses perkembangannya, anak membutuhkan bantuan serta bimbingan orang tua atau orang yang dewasa di sekitarnya. Banyak dampak dan persoalan yang terjadi ketika anak ditinggal ibunya bekerja seperti merasa kurang kasih sayang karena waktu untuk bersama menjadi terbatas.
Tentu hal ini bisa terjadi dikarenakan diterapkannya ide sekularisme-kapitalisme. Sekularisme dengan pemisahan agama dari kehidupannya mampu membuat seseorang untuk bertindak sesuka hati dan bebas memilih jalan yang mana, tak peduli apakah jalan yang ditempuh halal atau haram.
Di sisi lain dengan diterapkannya kapitalisme saat ini, tentu membuat tujuan orang pun bergeser yaitu bagaimana caranya mengumpulkan pundi-pundi uang, karena dibenak kaum muslim hari ini bahagia itu ketika memiliki uang.
Maka sangatlah penting pendidikan yang diberikan oleh seorang ibu atau perempuan yang sering kali menjadi pondasi dasar bagi kepribadian anak. Rasulullah saw. bahkan menegaskan bahwa ibu adalah "madrasah pertama" bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, ketika seorang perempuan berilmu dan beriman, maka generasi yang dihasilkan pun akan menjadi generasi yang berkualitas, berakhlak mulia, dan mampu membawa perubahan positif bagi umat.
Islam Menyolusi Permasalahan Ekonomi dalam Keluarga
Semua orang pasti menginginkan hidup yang sejahtera, kebutuhan hidup yang terpenuhi sehingga bisa hidup dengan bahagia. Kenyataan yang terjadi sekarang masih banyak keluarga yang belum bisa merasakan hidup sejahtera dengan kebutuhan hidup yang tercukupi karena pendapatan keluarga atau suami yang rendah. Ketika jalan, aturan, dan hukum yang diciptakan Allah Swt. sudah dilakukan oleh manusia, artinya kita telah melaksanakan sistem Islam.
Seperti yang kita tahu bahwa sistem ekonomi Islam adalah cabang dari sistem Islam itu sendiri. Maka dari itu, untuk menjalankan ekonomi Islam perlu yang namanya daulah (negara) Islam, yang menjadikan semua aturan bernilai islami dalam setiap penerapannya.
Di dalam sistem ekonomi Islam semuanya berlandaskan pada syariat Islam, yang mencakup prinsip-prinsip yang diambil dari Al-Qur'an dan Hadis. Contohnya di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah: 275 padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Kemudian diharamkannya mengundi nasib dan judi di dalam quran surat Al-Baqarah: 219 dan keseimbangan hak individu dan sosial islam memberikan perintah mengeluarkan zakat 2,5% pada harta yang dimiliki agar diberikan kepada yang berhak.
Islam hanya mewajibkan 2,5% sedangkan sisanya Allah memotivasi dan memberikan pahala lebih pada mereka yang mau memberikan hartanya sebanyak-banyaknya sesuai kebutuhan pengembangan islam saat itu.
Sistem ekonomi Islam tidak bisa diterapkan jika tidak menggunakan sistem pemerintahan Islam (khilafah). Jelas sistem pemerintahan Islam tidak akan bisa terwujud jika pemikiran masyarakatnya masih bergantung pada sistem saat ini.
Dengan diterapkannya Islam di segala lini kehidupan, insyaa Allah kesejahteraan akan dirasakan masyarakat. Dengan adanya jaminan seperti ini perempuan tidak perlu keluar rumah untuk mencari nafkah karena khalifah (pemimpin negara Islam) akan menjamin kesejahteraan masyarakatnya.
Maka solusi dari semua permasalahan saat ini adalah dengan menjalankan syariat Islam dan menjadikan Islam sebagai pemecah bagi semua masalah di seluruh aspek kehidupan dari bidang ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan.
Wallahu’alambisshowab.
Via
Opini
Posting Komentar