Telusuri
  • Pedoman Media
  • Disclaimer
  • Info Iklan
  • Form Pengaduan
Tanah Ribath Media
Pasang Iklan Murah
  • Home
  • Berita
    • Nasional
    • Lensa Daerah
    • Internasional
  • Afkar
    • Opini Tokoh
    • Opini Anda
    • Editorial
  • Remaja
    • Video
  • Sejarah
  • Analisa
    • Tsaqofah
    • Hukum
  • Featured
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Pendidikan Anak
    • Pendidikan Remaja
    • FiksiBaru
Tanah Ribath Media
Telusuri
Beranda Opini Momentum Hari Guru Bukan Sekadar Seremonial
Opini

Momentum Hari Guru Bukan Sekadar Seremonial

Tanah Ribath Media
Tanah Ribath Media
01 Des, 2023 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp


Oleh: Sunaini, S.Pd, CTrQ. 

TanahRibathMedia.Com—Setiap tanggal 25 November adalah hari yang bahagia bagi guru di seluruh Indonesia. Pasalnya hari tersebut merupakan hari jadi PGRI sekaligus peringatan Hari Guru Nasional yang sudah ada sejak era kepemimpinan Presiden Soeharto. Peringatan tersebut lekat dengan adanya upacara di instansi pendidikan formal, serta diselingi beragam lagu peringatan untuk guru. 

Suasana haru biru pun tergambar dari wajah guru. Pun anak-anak murid mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan membawakan sekuntum mawar merah. Dirangkai dengan secarik kertas surat cinta yang indah dalam bait-bait kalimat. Tak kalah bahagianya hati para guru adalah ketika menerima bingkisan kado spesial dari anak-anak muridnya. Sungguh hari yang bahagia tentunya. 
Begitulah momentum hari guru ini terus berulang disetiap tahunnya. 

Keutamaan Ilmu dan Guru

Memuliakan, menghormati, mengindahkan apa yang telah disampaikannya tidak dilakukan pada momentum hari guru saja. Akan tetapi,  muliakan guru itu dilakukan setiap waktu. Memperhatikannya saat menjelaskan pelajaran. Menjaga adab ketika berada di kelasnya. Menyapa ketika bertemu di tempat mana saja adalah bukti memuliakannya. Apalagi mengamalkan ilmu yang telah disampaikannya tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi guru tersebut. 

Guru adalah cerminan ilmu yang melekat pada dirinya. Proses pendidikan dan latihan yang telah dilewatinya menjadikannya guru yang diakui kredibilitasnya sesuai cabang ilmu yang telah dikuasainya. Usaha dan kerja kerasnya dalam belajar yang pada akhirnya telah menjadikan dirinya layak berdiri untuk mengajar dan mendidik anak-anaknya. Cabang ilmu guru pun tentu beragam, seperti Ilmu umum, ilmu keterampilan dan keahlian, ilmu sains dan teknologi, serta ilmu agama yang menjadi porsi paling tinggi tentunya.

Pada realitas saat ini kehadiran guru telah disetting oleh sebuah sistem. Sistem itu adalah kapitalisme-sekulerisme yang mana menyekat atau mengelompokkan guru pada bidang tertentu saja. Misalnya, guru matematika fokus mengajar rumus dan hitungan, sedangkan nilai-nilai Islam jarang dikaitkan dengan pelajaran matematika. Karena hal ini sudah tersistem sejak dahulu kala. Begitupun guru yang mengajar agama misalnya, jarang ikut campur dalam pelajaran sains dan teknologi. Nampak sekali pengkotak-kotakan ini. Kondisi seperti ini tentu menjadikan sebuah kepemimpinan berpikir bagi generasi seterusnya. Lantas, apakah memang seperti ini profil seorang guru yang diharapkan oleh Rasulullah?

Guru dalam Sistem Islam

Islam adalah seperangkat aturan yang telah diberlakukan untuk umat Islam yang beriman. Melalui risalah yang turun kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alayhi wasallam, yang kemudian didakwahkan untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Aturan Islam itu tidak akan pernah berubah, meskipun zaman teknologi, generasi, ruang dan waktunya berubah. 

Islam mengajarkan bahwa memuliakan guru itu merupakan suatu adab yang dapat menghantarkan kepada keberkahan ilmu. Di antara ilmu yang berkah itu misalnya, mudah memahami pelajaran, tidak mengantuk saat belajar, hati yang tenang dan nyaman. Begitupun seorang guru harus memperhatikan adab memulai pelajaran dan menutup pelajaran, menjaga dirinya dari perbuatan yang dibenci serta diharamkan oleh Allah dan Rasulullah, sehingga dari lisannya keluar kalimat yang mudah dipahami oleh peserta didiknya. Sehingga kemuliaan dalam majlis belajar itu akan senantiasa hadir, baik dalam cabang ilmu agama maupun ilmu kehidupan dunia.

Di dalam sistem Islam guru itu sangat dimuliakan di antaranya adalah perhatian pada kesejahteraan hidupnya. Misalnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khatthab memberikan gaji pada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas). Jika dikalkulasikan, itu artinya gaji guru sekitar Rp 30.000.000. Tentunya ini tidak memandang status guru tersebut ASN atau pun honorer. Artinya, kehidupan guru itu sangat mapan. Sangat berbeda dengan nasib guru hidup di zaman kapitalisme saat ini. Disamping tugas guru itu berat, ditambah lagi dengan setumpuk administrasi yang harus dikejar. Ada juga ancaman naik atau tidaknya pangkat dan lain sebagainya yang menjadikan banyak potongan gaji. Walhasil guru itu mencari pekerjaan sampingan lainnya.  Tentu kondisi ini membuat prihatin, apalagi status nya guru honorer atau guru yang tidak tersentuh oleh perhatian pemerintah. Sehingga momentum hari guru yang mana guru menerima bingkisan menjadi suatu kebahagiaan tersendiri tentunya.

Oleh sebab itu, menjadi guru harus senantiasa mendekatkan diri kepada aturan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena aturan Islam letaknya paling tinggi. Terwujud dalam pakaian, sikap dan ucapan yang dijadikan teladan oleh peserta didiknya. Guru dan murid harus lebih mencintai Islam sebagai rahmat meraih kemuliaan Ilmu. Sehingga pengabdian, hidupnya dan waktunya yang habis tercatat sebagai amal jariyah yang bernilai pahala. 

Wallahu 'alam bisshawab.
Via Opini
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

- Advertisment -
Pasang Iklan Murah
- Advertisment -
Pasang Iklan Murah

Featured Post

Brutalitas Zionis Semakin Menjadi, Saatnya Perjuangkan Khilafah sebagai Solusi

Tanah Ribath Media- Agustus 07, 2025 0
Brutalitas Zionis Semakin Menjadi, Saatnya Perjuangkan Khilafah sebagai Solusi
Oleh: Leihana (Ibu Pemerhati Umat) TanahRibathMedia.Com— Kengerian itu semakin menggila, mimpi buruk panjang yang tiada akhir terus menghantui kaum…

Most Popular

Kurikulum Cinta Kemenag: Proyek Deradikalisasi Sejak Dini

Kurikulum Cinta Kemenag: Proyek Deradikalisasi Sejak Dini

Agustus 02, 2025
Krisis Thailand-Kamboja dan Ilusi Perdamaian Nasionalisme

Krisis Thailand-Kamboja dan Ilusi Perdamaian Nasionalisme

Juli 31, 2025
Marak Sindikat Penjualan Bayi, Apa yang Terjadi?

Marak Sindikat Penjualan Bayi, Apa yang Terjadi?

Juli 31, 2025

Editor Post

Tak Habis Pikir

Tak Habis Pikir

Juni 11, 2023
Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Agustus 06, 2024
Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Juni 09, 2023

Popular Post

Kurikulum Cinta Kemenag: Proyek Deradikalisasi Sejak Dini

Kurikulum Cinta Kemenag: Proyek Deradikalisasi Sejak Dini

Agustus 02, 2025
Krisis Thailand-Kamboja dan Ilusi Perdamaian Nasionalisme

Krisis Thailand-Kamboja dan Ilusi Perdamaian Nasionalisme

Juli 31, 2025
Marak Sindikat Penjualan Bayi, Apa yang Terjadi?

Marak Sindikat Penjualan Bayi, Apa yang Terjadi?

Juli 31, 2025

Populart Categoris

Tanah Ribath Media

Tentang Kami

Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Contact us: contact@gmail.com

Follow Us

Copyright © 2023 Tanah Ribath Media All Right Reserved
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Advertisement
  • Contact Us