IBRAH
Mengepak Sayap Dakwah, agar Terbang di Setiap Paragraf Naskah
Oleh: Kartika Soetarjo
(Penulis dan Pengasuh Pengajian Anak-Anak Raudhatul Jannah)
TanahRibathMedia.Com—"Waktu adalah misteri yang tak pernah ingin berbagi rahasia. Ia mengalir tanpa henti, berjalan tanpa jeda".
Tak terasa, langkah di 2025 sebentar lagi akan tiba di garis finish. Sejatinya, sebuah perjalanan tidak selamanya akan lurus, atau berliku. Pasti semua itu berganti.
Kadang kita menapaki jalan yang lurus, kadang juga menanjak, atau mungkin menukik. Di tengah perjalanan pun kita acap kali menemui medan yang terjal dengan bebatuan, atau tanah-tanah yang belah, kering dan berdebu. Namun, semua itu harus kita lalui dengan sabar dan kuat. Karena kita ingin sampai di tujuan dengan selamat.
Begitu pula dengan perjalanan hidup saya di tahun 2025. Tahun di mana saya menerima kejutan dari Allah. Allah memberi anugerah yang tidak pernah ada dalam deretan tengadah.
Tak pernah menduga, tak pernah meminta. Tiba-tiba Allah takdirkan diri menjadi seorang penulis. Awalnya bingung, apa yang harus ditulis. Karena, walaupun sejak kecil hobi menulis, tapi hanya mampu menulis satu atau dua bait kalimat saja. Itu pun hanya sedikit kata-kata motivasi untuk ketenangan hati sendiri.
Namun, setelah lebih kurang satu tahun bergabung dengan TRM (Tanah Ribath Media), saya mulai memahami tentang menulis. Saya pun menganggap TRM sebagai sekolah dalam kepenulisan saya.
Sekarang, saya mulai menikmati dunia menulis ini. Setiap kejadian yang saya alami, selalu menjadi inspirasi. Setiap nasihat yang saya terima, selalu menjadi solusi, dan setiap naskah yang harus saya revisi, selalu menjadi motivasi agar ilmu terus dicari dan digali dengan semangat literasi. Semua itu menjadi bagian dari lelah sehari-hari. Walau lelah, hidup saya serasa penuh arti.
Setelah menjadi seorang penulis, setiap hari serasa berpacu dengan waktu. Sebagai seorang ibu rumah tangga, dan pengasuh pengajian anak-anak, tentu bukan perkara mudah untuk membagi waktu. Setiap jam, setiap menit, setiap detik menjadi sangat berharga untuk saya.
Rumah harus rapi. Kebutuhan suami harus selalu siap. Mengajar anak-anak tidak boleh terabaikan, juga beberapa agenda pengajian yang harus dihadiri. Ditambah pula dengan kegiatan menulis. Itu semua menjadikan saya serasa kekurangan waktu.
Di sela lelah dalam mengejar waktu, tiba-tiba nasihat guru saya melintas dalam ingatan. Bahwa segala sesuatu harus diniatkan hanya ingin ridha Allah. Awalnya mungkin saya menulis hanya karena hobi, dan merasa senang ketika tulisan sudah tayang. Tetapi, sekarang saya sadar, jika segala hal tidak diniatkan karena Allah, maka letih akan berbuah sedih, kebaikan tak akan pernah tumbuh di dalam tubuh. Pun, hasil yang nihil. Di dunia hanya mendapat raga yang ringkih. Di akhirat pun, Surga tak bisa diraih.
Sekarang saya mulai berbenah hati. Dengan memohon kepada Allah agar diberi kekuatan untuk meluruskan niat hanya karena ingin Ridha-Nya.
Jujur saja. Sebenarnya saya bukan penulis andal. Kemampuan saya dalam menulis sangat terbatas. Saya mandeg di rubrik Opini dan tulisan yang mencakup tentang kejurnalisan. Tulisan saya terpaku di nafsiah saja. Tulisan yang mencakup tentang peribadahan, ketakwaan, serta tentang menjalani kehidupan sehari-hari dalam beragama.
Minder? Jangan ditanya!
Minder itu kadang hadir menyapa. Walau tidak besar tapi ada. Melihat teman-teman senior yang tulisannya hebat-hebat. Selalu membabat setiap kejadian yang hangat. Opini mereka sebar disetiap kejadian yang viral, fatwa Ulama, Hadits sahih, dalil Quran selalu lengkap menjadi penguat agar tulisan mereka tajam dan akurat. Sedangkan saya menulis dengan kemampuan yang terbatas, ilmu saya pun minim. Menjadikan tulisan saya tidak sehebat dan tidak setajam tulisan mereka.
Namun, ketika minder hadir menyapa, saya selalu ingat akan kisah Abu Hurairah. Sang perawi hadits terbanyak pada zaman Rasulullah saw. Seorang sahabat yang miskin, tidak punya rumah, tidak punya pekerjaan, makan seadanya dari Rasulullah, dan derma dari sahabat yang kaya. Tetapi berkat kegigihan serta ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. Abu Hurairah menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis. Dari situ, semangat saya dalam menuntut ilmu, dan meyebarkannya lewat tulisan pun kembali membara.
Dakwah Kewajiban Setiap Muslim
Bersandar pada sebuah hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
"Sampaikanlah dariku walau satu ayat.”
Semangat saya yang sempat rapuh, kembali tumbuh. Disertai pinta kepada Sang Maha Membolak balikkan hati, memohon agar diberi kekuatan dalam meluruskan niat. Saya mulai menggunakan kemampuan yang Allah titipkan, untuk berdakwah.
Karena, setiap Muslim mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan syariat Allah sesuai kemampuannya sekecil apapun itu. Tidak perlu menjadi Ulama besar. Satu ayat, satu hadis, atau satu nasihat yang dipahami dan disampaikan dengan baik, sudah bernilai besar. Meski hanya sedikit, sampaikanlah dengan ilmu yang dipahami dan pastikan kebenarannya.
Maka dari itu. Walau dengan ilmu yang minim, saya pun mulai menorehkan kata-kata bijak di ujung pena yang bergerak. Tak henti mengajak ummat agar memperkuat Iman, dalam setiap kalimat yang saya sulam, dan belajar menghias tulisan yang akan saya sebar dengan syair-syair Ulama besar. Dengan harapan tulisan saya bermanfaat untuk saya sendiri dan untuk ummat. Saya hanya ingin bergerak aktif di dunia, dengan dakwah. Semoga berdampak positif di akhirat dengan mendapat jannah.
Namun, perjalan dakwah melalui naskah ini tidaklah semulus yang saya kira. Ternyata berjalan di dunia dakwah tidak menjamin hati tidak patah. Terjalnya sindiran, kerikil cemoohan, serta debu hinaan acap kali menampar hati saya. Tidak dipungkiri, semua itu kadang membuat batin saya lelah, dan semangat dakwah kadang membeku seakan kehilangan arah.
Namun, sebuah kalimat bijak menjadi penguat.
"Tidak ada proses yang mudah untuk progres yang indah."
Kalimat itu, kembali menyulut semangat saya. Kejutan indah di 2025 dari Allah, tidak akan saya gunakan dengan percuma. Sang waktu yang sudah membocorkan sebagian rahasianya, tidak akan saya terima dengan hati yang hampa. Insyaa Allah. Kebahagiaan, senyuman, air mata, serta tenaga yang Allah titipkan. Akan saya gunakan untuk menolong Agama-Nya.
Walau si minder tersenyum sinis, saya ingin tetap menulis! Insyaa Allah, Saya akan terus berusaha mengepak sayap dakwah agar terbang di setiap paragraf naskah.
"Dan hendaklah ada di antara segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (TQS Ali-Imran: 104)
Wallahu 'alam bissawwab.
Via
IBRAH
Posting Komentar