PUISI
Ketika Tanah Berbicara dan Langit Mengingatkan
Oleh: Ilma Nafiah
Di lereng yang retak dan sungai yang meluap sendu,
bumi berbisik tentang luka yang kita abaikan
pohon yang tumbang, tanah yang dipaksa rapuh,
hingga rumah-rumah terseret tanpa sempat berpamitan.
Namun kita masih saja bertanya,
mengapa bencana datang tanpa jeda?
Di tengah sirene yang meraung dan cuaca yang muram,
rakyat menunggu tangan yang seharusnya sigap menyapa.
Evakuasi tertatih, harapan menipis di balik reruntuhan,
sementara negara seolah terjaga hanya setelah derita datang.
Adakah mitigasi selain doa yang kita langitkan
ketika keterlambatan kembali menjadi berita?
Alam terus menyampaikan pesannya dengan getir,
bahwa kerusakan ini bukan sekadar takdir.
Ia adalah cermin yang memantulkan kelalaian kita sendiri
tata ruang yang diabaikan, hutan yang digadaikan,
dan keseriusan yang tak pernah benar-benar hadir.
Hingga kapan kita menunda berubah,
sementara bumi terus menagih pertanggungjawaban?
30 November 2025
(Terinspirasi dari bencana yang terjadi pada saat ini)
Via
PUISI
Posting Komentar