OPINI
Generasi Lemah, Imbas Konten Digital Unfaedah
Oleh: Astuti Rahayu Putri
(Pegiat Literasi Islam)
TanahRibathMedia.Com—Tak dimungkiri, dunia digital sangat dekat dengan kehidupan generasi muda saat ini. Sehingga mereka pun gampang dipengaruhi oleh banyak konten yang disuguhkan dunia digital. Sayangnya tak semua konten-konten yang disuguhkan berfaedah. Ada banyak juga konten unfaedah yang merusak. Seperti video viral, gosip, dan konten-konten yang tidak edukatif lainnya. Bahkan dalam periode 20 Oktober 2024 hingga 8 Maret 2025, sebanyak 1.352.401 konten negatif berhasil ditangani, berkat peran aktif masyarakat yang melaporkan melalui aduankonten.id (sumber: komdigi.go.id, 10-04-2025). Itu baru konten negatif yang ditangani karena adanya pengaduan. Lalu apa kabarnya dengan konten-konten negatif lainnya yang tidak diadukan?
Ironis memang. Apa lagi, banyak dari generasi muda yang meanganggap enteng dampak buruk dari mengkonsumsi konten digital yang unfaedah. Padahal jika ini dibiarkan terus-menerus tanpa adanya solusi yang jelas, tentu dapat melemahkan generasi dalam banyak aspek. Lalu bagaimana agar generasi muda terhindar dari keburukan akibat banyak mengkonsumsi konten digital yang unfaedah?
Konten Unfaedah, Hiburan yang Melemahkan
Siapa pun tentu sudah merasakan bagaimana kebermanfaatan dari kemajuan teknologi di tengah-tengah kehidupan manusia. Banyak pekerjaan manusia yang menjadi mudah dengan teknologi. Namun bak pisau bermata dua, di samping segudang manfaatnya, teknologi bisa menjadi sumber bencana bagi manusia. Seperti paparan konten negatif dan tidak bermanfaat, cyber bullying, judi online, dan lainnya.
Generasi muda yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentu merupakan golongan paling rentan mendapatkan dampak buruk dari kemajuan teknologi. Salah satunya adalah paparan konten unfaedah yang berlebihan. Setiap hari selama berjam-jam mereka terus terpapar dengan informasi-informasi yang tidak sehat, tidak edukatif, dan tidak inspiratif. Apa lagi konten-konten unfaedah yang dibalut dengan hiburan sukses membuat candu para penontonnya. Sehingga membuat generasi muda betah untuk mengkonsumsinya terus-menerus, tanpa menyadari apa efek buruk dibalik itu semua.
Padahal, konten yang rusak akan memengaruhi cara berpikir, cara bersikap, bahkan memengaruhi cara beragama seseorang. Maka dari itu hiburan dari konten unfaedah yang berlebihan justru malah melemahkan generasi muda dalam berbagai aspek. Seperti aspek kecerdasan, kesejahteraan mental, dan kemampuan berpikir kritis.
Melalui infomarsi yang secara instan diperoleh oleh generasi muda lewat konten-konten, justru malah melemahkan daya berpikir mereka. Kadang kala mereka menyerap informasi tersebut secara mentah tanpa berpikir terlebih dahulu benar atau tidaknya informasi tersebut. Tentu ini menumpulkan cara berpikir kritis mereka. Menerima informasi tanpa mempertanyakan kebenarannya, akan membuat mereka mudah terpengaruh oleh opini-opini yang tidak sehat.
Selain itu, dunia digital juga dapat mempengaruhi kesejahteraan mental generasi. Seperti mengkonsumsi konten unfaedah sampai lupa waktu. Sehingga meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya di dunia nyata. Hal ini malah akan meningkatkan stres, depresi, dan kecemasan. Mereka menjadikan dunia digital sebagai pelarian dari masalah hidup. Walhasil, lahirlah generasi yang rapuh dan split personality.
Sejatinya untuk mengatasi masalah ini perlu kerja sama banyak pihak yaitu orang tua, pendidik, masyarakat dan juga negara untuk memberikan edukasi tentang literasi digital dan pentingnya konten yang bermanfaat. Namun tak cukup hanya sekedar edukasi saja. Penting juga untuk menciptakan ruang aman di dunia digital, dan yang bisa menciptakannya adalah melalui negara.
Namun sayangnya negara yang hari ini masih mempertahankan sistem kapitalisme di tengah kehidupan, nyatanya belum berhasil menciptakan ruang digital yang aman bagi generasi muda. Bagaimana tidak, dalam sistem kapitalisme negara hanya sebagai regulator semata. Walhasil, kebijakan yang dikeluarkan para penguasa akan kental oleh kepentingan ekonomi atau materi khususnya bagi para kaum oligarki. Terrmasuk kebijakan yang menyangkut keamanan di dunia digital, bisa terpinggirkan oleh kepentingan bisnis. Neraca pertimbangan bukan lagi bersifat moral, nilai kemanusiaan, apalagi nilai ruhiah, akan tetapi adalah keuntungan para pemilik modal. Tak heran jika sampai saat ini belum tercipta rasa aman di dunia digital.
Selain itu adanya sekularisme yang telah meracuni kehidupan generasi muda. Semakin melemahkan mereka. Bagaimana tidak, sekularisme membuat generasi semakin jauh dari pondasi agama. Walhasil benteng agama menjadi lemah, sehingga apapun informasi dari konten- konten yang mereka lihat akan diterima mentah-mentah. Tanpa mempedulikan apakah informasi tersebut dibolehkan atau dilarang di dalam agama.
Maka wajar saja jika saat ini konten-konten unfaedah yang merusak masih mewarnai kehidupan generasi. Salah satunya karena sistem kehidupan yang rusak masih saja dipakai. Penting untuk segera dicarikan solusi. Agar hiburan dari konten unfaedah yang melemahkan tak berlarut-larut merusak generasi.
Islam Menjaga Kualitas Generasi
Islam sangat menjaga betul kualitas generasinya. Karena di pundak mereka lah masa depan sebuah peradaban berada. Walhasil banyak generasi pada masa peradaban Islam yang berprestasi di usia mudanya. Seperti Muhammad AlFatih, yang di usia mudanya telah berhasil menaklukan Kota Konstantinopel.
Pemimpin dalam sistem Islam (Khilafah) juga akan memastikan semua kebijakannya mampu memberikan perlindungan kepada rakyat baik di dunia nyata maupun dunia digital. Khilafah bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan generasi. Hal ini bisa terwujud karena seorang pemimpin dalam sistem Islam tugasnya adalah sebagai pengurus rakyat (raa'in) dan ia akan benar-benar akan bertanggung jawab atas tugasnya tersebut. Karena ia tahu bahwa tugas tersebut adalah amanah yang akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak.
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, Khilafah juga akan ketat menyaring masuknya konten-konten negatif dengan menerapkan teknologi canggih. Karena negara dalam naungan Islam akan memaksimalkan pemgembangan ilmu dan teknologi. Sehingga generasi muda tak lagi dikelilingi oleh konten merusak, dan bisa memanfaatkan dunia digital dengan aman.
Negara dalam naungan islam juga akan memaksimalkan fungsi dunia digital sebagai sarana pendidikan dan penguat dakwah. Generasi akan terus diisi dengan hal-hal yang positif. Sehingga tak ada lagi peluang untuk terjerumus dalam hal yang tidak bermanfaat.
Rasulullah bersabda, "Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat." (HR. Tirmidzi)
Terbukti bahwa negara yang menerapkan syariat Islam kafah mampu mengeliminasi berkembangnya praktek rusak di dunia digital. Maka dari itu hal yang bisa kita usahakan saat ini adalah terus memperjuangkan tegaknya syariat Islam di tengah-tengah kehidupan. Demi terwujudnya keselamatan generasi dan terjaminnya masa depan bangsa.
Wallahu a'lam bishawab.
Via
OPINI
Posting Komentar