Telusuri
  • Pedoman Media
  • Disclaimer
  • Info Iklan
  • Form Pengaduan
  • Home
  • Berita
    • Nasional
    • Lensa Daerah
    • Internasional
  • Afkar
    • Opini Tokoh
    • Opini Anda
    • Editorial
  • Remaja
    • Video
  • Sejarah
  • Analisa
    • Tsaqofah
    • Hukum
  • Featured
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Pendidikan Anak
    • Pendidikan Remaja
    • FiksiBaru
Tanah Ribath Media
Beranda Opini Seteru Dhani vs Maia: Yuk Belajar Jadi Netizen Bijaksana
Opini

Seteru Dhani vs Maia: Yuk Belajar Jadi Netizen Bijaksana

Tanah Ribath Media
Tanah Ribath Media
23 Jul, 2025 0 0
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi
(Pegiat Literasi)

TanahRibathMedia.Com—Netizen Indonesia tengah disibukkan oleh perseteruan panjang antara Ahmad Dhani dan Maia Estianty yang kembali mencuat ke publik. Lagi-lagi, urusan masa lalu mereka yang sudah berakhir secara hukum sejak 2008 diangkat dalam konten podcast, YouTube, hingga komentar media sosial. Yang menarik, bukan cuma soal isi konfliknya, tetapi bagaimana netizen turut memperkeruh suasana, yakni saling membela, menghina, menjadi hakim dadakan, dan bahkan saling bertengkar online antar netizen dengan segala spekulasinya masing-masing (Tvonenews.com, 1-7-2025).

Padahal, konflik rumah tangga, apalagi yang sudah lama selesai, bukan konsumsi wajib masyarakat, apalagi bahan perdebatan sengit di kolom komentar. Sayangnya, budaya fandom dan fanatisme membuat banyak orang terlalu larut, sampai-sampai kehilangan kendali dan lupa batas etika.

Berbagai platform media sosial kini dibanjiri oleh status, utas, video potongan, dan komentar-komentar yang bermunculan dari netizen. Masing-masing membawa persepsinya sendiri soal Ahmad Dhani, Maia Estianty, maupun Mulan Jameela. Tak sedikit yang tampil seolah paling tahu duduk perkara, mengutip potongan cerita masa lalu, lalu membentuk narasi yang menyudutkan salah satu pihak — biasanya Mulan — sebagai sosok paling bersalah, dan Maia sebagai wanita yang paling terzalimi.

Namun, alih-alih membela, banyak dari mereka justru tanpa sadar malah memperkeruh suasana. Dalih "pembelaan" yang dilontarkan terus-menerus berubah menjadi pembunuhan karakter. Saling hujat antar pendukung, adu komentar penuh emosi, hingga membuka aib lama yang bahkan sudah usang.

Padahal, tak satu pun dari mereka terlibat langsung dalam konflik itu. Sayangnya, rasa fanatik terhadap tokoh tertentu membuat sebagian netizen kehilangan kendali, hingga lupa bahwa yang mereka hadapi adalah kenyataan hidup orang lain — bukan sinetron maupun drama fiksi. Ketika komentar demi komentar itu ditumpahkan ke ruang publik, konflik yang seharusnya reda malah kembali membara. Yang semula urusan pribadi, akhirnya berubah jadi konsumsi nasional.

Seteru Dhani vs Maia: Cermin Buram Mental Netizen Sekuler

Dari fenomena ini, tampak jelas betapa memprihatinkannya mental netizen Indonesia hari ini. Tak hanya pada kasus Dhani dan Maia, dalam banyak konflik publik lainnya pun netizen kerap menjadi pihak yang paling ribut, penuh prasangka, mudah terpancing emosi, dan rajin menyebar spekulasi—padahal mereka tak terlibat langsung, apalagi tahu fakta yang sesungguhnya.

Yang lebih mengkhawatirkan, semua ini dianggap wajar. Bahkan dibalut dengan alasan “peduli”, “membela yang terzalimi”, atau “menegakkan kebenaran”. Padahal, justru komentar dan sikap itulah yang seringkali memperkeruh suasana, memperpanjang konflik, dan membuka kembali luka lama yang seharusnya sudah selesai.

Akar Masalah: Sekularisme Membentuk Kepribadian Kosong

Fenomena netizen yang mudah menghakimi, menyebar aib, dan nyinyir terhadap hidup orang lain tak bisa dilepaskan dari ideologi sekularisme yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya dianggap sebagai urusan ibadah pribadi—tak relevan dalam mengatur perilaku sosial, bermedia, atau bermasyarakat.

Pemikiran ini menjauhkan umat dari panduan hidup Islam yang menyeluruh. Mereka tumbuh tanpa arah moral yang jelas, tak punya kompas nilai yang membimbing saat jari jemari mereka mengetik komentar di media sosial. Akibatnya, lahirlah generasi yang ringan mencaci, mudah memfitnah, dan tak peduli dampak dari apa yang mereka sebarkan.

Berbeda halnya jika seseorang dibentuk oleh kepribadian Islam. Seorang muslim yang memiliki keterikatan yang kuat dengan Allah akan berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya, termasuk di ruang digital. Ia tidak akan asal berbicara, apalagi menzalimi orang lain dengan kata-kata, karena ia paham bahwa setiap ucapan akan dimintai pertanggungjawaban.

Orang yang berideologi Islam tahu mana urusan yang patut diperhatikan dan mana yang sia-sia. Ia tahu bahwa mengurusi urusan pribadi orang lain tanpa hak, terlebih dengan cara mencela atau menyebarkan aib, termasuk dalam perkara haram. Ia sadar bahwa waktu dan lisannya lebih baik digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, yang mendatangkan pahala dan ridha Allah, bukan sekadar ikut arus viral.

Lalu, bagaimana menjadi netizen waras dan islami?

1. Ngaji dan gali Islam lebih dalam
Islam bukan sekadar ajaran sholat dan puasa, tapi panduan hidup yang sempurna. Pelajari kembali hakikat Islam, mengapa kita berislam, siapa diri kita, dan apa tujuan hidup kita. Pemahaman mendalam ini akan membentuk kepribadian Islam yang utuh.


2. Pahami hukum-hukum Islam
Ketahui mana yang wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Menyebar aib, memfitnah, dan mencela jelas masuk kategori dosa besar. Dengan pemahaman ini, kita akan lebih terjaga dari perbuatan sia-sia.


3. Sibukkan diri dengan ilmu dan aktivitas positif
Isi waktu luang dengan hobi, belajar, atau kegiatan yang bermanfaat agar tak mudah tergoda untuk ikut drama di media sosial. Orang yang sibuk memperbaiki dirinya tak akan punya waktu untuk mengurusi hidup artis.


4. Sadari bahwa netizen julid adalah produk sistem
Budaya nyinyir dan julid ini bukan muncul begitu saja, tapi lahir dari sistem sekuler-kapitalisme yang tak menanamkan nilai Islam. Sistem ini menjauhkan umat dari agamanya, memompa kesenangan instan, dan menjadikan kehidupan publik penuh kemaksiatan.

Solusi Hakiki: Tegaknya Sistem Islam

Konflik selebritas memang bukan hal baru. Tapi cara kita menyikapinya mencerminkan kedewasaan dan arah hidup kita. Sayangnya, seruan agar netizen lebih waras tidak akan efektif jika hanya dilakukan secara personal. Perubahan sejati hanya akan terjadi jika sistem yang membentuk masyarakat juga berubah.

Kita butuh sistem Islam—yang bukan hanya mengatur ibadah pribadi, tapi juga membentuk kepribadian umat lewat pendidikan, media, dan aturan sosial. Sistem yang menjaga masyarakat dari kemaksiatan, sekaligus menanamkan kesadaran bahwa hidup bukan sekadar viral, tetapi perjalanan menuju akhirat.

Maka, jika kita ingin melihat Indonesia dipenuhi oleh netizen yang cerdas, waras, dan bijaksana, bukan hanya akhlak individunya yang harus dibenahi, tetapi sistemnya harus diganti. Dari sistem rusak buatan manusia, menuju sistem ilahi yang membawa rahmat bagi semesta.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Via Opini
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar

- Advertisment -
Pasang Iklan Murah
- Advertisment -
Pasang Iklan Murah

Featured Post

Maraknya Kasus Kekerasan, Negara Justru Berlepas Tangan

Tanah Ribath Media- Juli 24, 2025 0
Maraknya Kasus Kekerasan, Negara Justru Berlepas Tangan
Oleh: Najjah Athiya  (Aktivis Muslimah) TanahRibathMedia.Com— Dilansir dari tempo.co (11-07-2025), mengenai kekerasan terhadap perempuan dan anak y…

Most Popular

Penghinaan Nabi Berulang, Bukti Pemerintah Gagal Membuat Jera Para Pelaku

Penghinaan Nabi Berulang, Bukti Pemerintah Gagal Membuat Jera Para Pelaku

Juli 18, 2025
Inilah Dakwahku

Inilah Dakwahku

Juli 22, 2025
Menggapai Keadilan dan Kesejahteraan Guru, Melangkah Menuju Sistem Islam

Menggapai Keadilan dan Kesejahteraan Guru, Melangkah Menuju Sistem Islam

Juli 22, 2025

Editor Post

Tak Habis Pikir

Tak Habis Pikir

Juni 11, 2023
Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Anak Terjerat Prostitusi Online, Dimana Perlindungan Negara?

Agustus 06, 2024
Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Untuk Engkau yang Merindu Bahagia

Juni 09, 2023

Popular Post

Penghinaan Nabi Berulang, Bukti Pemerintah Gagal Membuat Jera Para Pelaku

Penghinaan Nabi Berulang, Bukti Pemerintah Gagal Membuat Jera Para Pelaku

Juli 18, 2025
Inilah Dakwahku

Inilah Dakwahku

Juli 22, 2025
Menggapai Keadilan dan Kesejahteraan Guru, Melangkah Menuju Sistem Islam

Menggapai Keadilan dan Kesejahteraan Guru, Melangkah Menuju Sistem Islam

Juli 22, 2025

Populart Categoris

Tanah Ribath Media

Tentang Kami

Menebar opini Islam di tengah-tengah umat yang terkungkung sistem kehidupan sekuler.

Contact us: contact@gmail.com

Follow Us

Copyright © 2023 Tanah Ribath Media All Right Reserved
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Advertisement
  • Contact Us