Puisi
Ibu, Sang Ruh Rumah Tangga
Oleh: Nabila Zidane
TanahRibathMedia.Com—Ibu, bukan patung di ruang tamu,
Bukan tukang duduk manis sambil nunggu,
Tapi ruh di balik rumah yang tak roboh,
Penjaga cinta, pelindung arah, penjaga amanah.
Dia bangun sebelum ayam teriak,
Tidur setelah bintang padam dan lampu mulai gerak.
Tangannya memasak, hatinya mengaji,
Otaknya mikir PR anak, bibirnya berzikir tak henti.
Katanya cuma ngurus anak dan dapur,
Tapi coba aja sehari tukeran, dijamin langsung kabur
Daster bukan simbol lemah,
Tapi baju zirah di medan sabar dan susah.
Sekolah tinggi bukan sia-sia,
Karena dia cerdas membesarkan jiwa.
Calon pemimpin lahir dari pelukannya,
Peradaban tegak dari doanya.
Dia manajer tanpa gaji tetap,
Psikolog, guru, tukang sapu dan chef yang mantap.
Mau nyinyir? Silakan, tapi satu hari aja gantiin jadwalnya,
Nanti juga paham kenapa kadang ibumu suka lupa namamu sendiri saking sibuknya
Ibu itu pahlawan tanpa medali,
Penuh strategi walau sering dianggap sepi.
Kalau dia minta uang, itu untuk rumah tangga,
Bukan buat beli lipstik warna saga
Tak usah direndahkan hanya karena ibu tak pergi ke kantor
Surga bahkan berada di bawah kaki ibu, bukan di bawah kaki komparador
Dia bukan pelengkap, tapi pusat semesta keluarga,
Tanpa ibu, rumah hanyalah bangunan tanpa makna.
Jadi, kalau ada yang masih nyinyir,
Suruh dia buka Al-Qur’an, baca dan mikir
Kajian itu dipahami dan diamalkan
Bukan sekedar kumpul-kumpul, foto-foto dan makan-makan
Via
Puisi
Posting Komentar