Opini
Wajah Pendidikan Generasi dalam Sistem Destruksi
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Ramainya kasus kecurangan UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer) untuk SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes) kian mengemuka. Dugaan kebocoran soal-soal di sejumlah platform media sosial ramai diperbincangkan. Kecurangan oknum peserta yang merekam melalui kamera di behel, kuku, ikat pinggang hingga kancing baju telah menimbulkan keresahan (beritasatu.com, 25-4-2025).
Refleksi Pendidikan Sekular
Ketua umum penanggung jawab SNPMB, Prof Eduart Wolok mengungkapkan jika ditilik dari total peserta yang hadir pada sesi 1 hingga 4 yaitu sebesar 196. 328 ditemukan kasus kecurangan sebesar 0,0071 persen kasus (kompas.com, 25-4-2025). Walaupun tampak kecil, kasus kecurangan tentu menimbulkan berbagai kerugian. Terutama bagi para peserta ujian yang telah jujur menyiapkan segalanya dengan prima. Tentu saja, hal ini pun tidak bisa ditoleransi begitu saja.
Kejadian ini pun disayangkan oleh panitia SNPMB (Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru). Meskipun demikian, panitia menjamin setiap sesi UTBK masih aman, karena setiap sesinya disiapkan soal-soal yang berbeda.
Panitia SNPMB menyoroti setiap kecurangan yang terus terjadi dari tahun ke tahun. Modus baru terus berkembang dan semakin "canggih". Pihak SNPMB pun berkomitmen untuk bekerjasama dengan pihak lain yang kompeten untuk menginvestasi setiap kecurangan yang terjadi hingga tuntas.
Fenomena kecurangan ini pun berhubungan langsung dengan sikap pelajar yang masih suka berbuat curang dan mencontek saat ujian. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merilis data terkait Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024. Kasus mencontek masih terjadi dan terus berulang di sekolah dan kampus. Tidak tanggung-tanggung, angkanya mencapai 78 persen di sekolah dan 98 persen di kampus (detiknews.com, 25-4-2025).
Pemanfaatan teknologi modern untuk mengakali test UTBK merefleksikan buruknya akhlak calon mahasiswa. Sistem pendidikan yang kini diadopsi telah gagal mencetak generasi gemilang. Sistem pendidikan yang hanya fokus pada nilai kuantitatif tidak memperhatikan akhlak dan adab yang terbentuk di dalam jiwa setiap individu. Predikat sukses dan berhasil pun hanya disematkan kepada mereka yang lolos memasuki perguruan tinggi idaman. Konsep benar salah dan halal haram sama sekali tidak diperhatikan. Wajar saja, setiap jalan rusak dilalui tanpa memperhatikan dampak yang terjadi.
Pendidikan saat ini pun tidak berfokus pada keahlian tertentu. Setiap mata pelajaran diajarkan tanpa mengindahkan minat dan keterampilan siswa. Siswa dipaksa dengan kurikulum yang terlalu luas dan berat. Parahnya lagi, nilai-nilai esensi agama dilalaikan dalam setiap konsep pembelajaran. Nilai-nilai agama hanya digunakan dalam pelaksanaan ibadah saja. Sementara pola sikap dan perbuatan jauh dari aturan agama. Inilah konsep pendidikan ala sistem sekularisme kapitalistik. Konsep yang memisahkan nilai agama dari kehidupan. Kapitalisme menjadikan nilai materi sebagai satu-satunya tujuan. Dengan konsep demikian, wajar saja setiap individu menjadi buta dengan aturan agama.
Sistem Pendidikan dalam Islam
Berdasarkan sudut pandang Islam, pendidikan merupakan kebutuhan asasi setiap individu. Dalam hal ini, negara memiliki peran penting dalam menetapkan kebijakan dan mekanisme penerapan sistem pendidikan di tengah masyarakat. Dengan kata lain, pendidikan menjadi tanggung jawab negara sepenuhnya yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Rasulullah saw. bersabda dalam hadits riwayat Bukhari:
“Imam adalah pemimpin yang mengurus rakyat, dan ia bertanggung jawab atas mereka.”
Sistem pendidikan Islam didasarkan pada akidah Islam. Model pendidikan demikian memposisikan strategi cerdas dengan arah, tujuan, dan fokus yang jelas. Kurikulumnya dirancang untuk membentuk generasi dengan kepribadian Islam yang kuat. Ilmu yang diajarkan tidak menjadikan materi sebagai prioritas utama tetapi ditujukan untuk menumbuhkan ketaatan dan ketundukan pada hukum-hukum yang ditetapkan Allah Swt. Demikianlah kunci rahasia kekuatan dan kejayaan generasi gemilang ala Islam.
Iman menjadi pondasi utama yang menjaga generasi. Konsep ini hanya bisa terwujud dalam sistem Islam yang dijalankan oleh institusi khilafah, satu-satunya bentuk pemerintahan yang menerapkan syariah Islam secara menyeluruh. Dalam khilafah, sistem pendidikan ditetapkan dengan metode sederhana dan berfokus pada minat dan keterampilan individu, dengan menetapkan akidah Islam sebagai satu-satunya poros pembelajaran.
Terkait kasus kecurangan seperti menyontek atau yang serupa itu, sistem Islam menetapkan sanksi yang tegas. Mulai dari peringatan hingga sanksi hukuman penjara sesuai dengan tingkat kejahatannya. Dengan sistem yang amanah dan bijaksana, kecurangan dan aksi menyontek pun dapat diminimalisir atau bahkan dinolkan. Selain itu, sistem Islam juga menjamin kualitas iman dan pendidikan setiap individu. Sehingga setiap individu enggan berbuat curang karena ketundukannya pada aturan Allah Swt. Sempurnanya lagi, setiap individu pun menyadari bahwa setiap ilmu yang dipelajari ditempatkan sebagai sarana memahami kebesaran Allah Swt. bukan untuk orientasi harta duniawi, kekuasaan atau hanya untuk kebanggaan pribadi.
Kekuatan sistem pendidikan Islam menjadi salah satu syarat gemilangnya peradaban. Hanya dengan penataan sistem Islam, terlahirlah generasi emas anti cemas. Pengaturannya yang bijaksana menciptakan keberkahan bagi seluruh umat.
Wallahu'alam bisshowwab.
Via
Opini
Posting Komentar