SP
Kapitalisme Digital Media Perusak Mental Generasi Indonesia
TanahRibathMedia.Com—Indonesia menjadi negara dengan masyarakat yang semakin tak bisa lepas dari ponsel. Laporan digital 2025 Global Overview (29-11-2025) mencatat, sebanyak 98,7 persen penduduk berusia 16 tahun ke atas menggunakan ponsel untuk online. Dengan waktu online 7 jam 22 menit melampaui waktu online harian rata-rata global 6 jam 38 menit.
Dengan demografi, perempuan usia 16-24 tahun tercatat sebagai pengguna ponsel paling aktif dengan durasi 4 jam 44 menit/hari. Sementara laki-laki usia 25-44 tahun cenderung lebih menggunakan komputer, meski tak selama pengguna ponsel. Kebiasan ini diprediksi akan terus meningkat seiring makin cepatnya adopsi teknoogi digital di tanah air.
Dengan demikian, Indonesia justru merupakan sasaran pangsa pasar ekonomi digital itu sendiri, alih-alih jadi pengendali. Digitalisasi dalam peradaban kapitalisme sangat rentan menyibukkan untuk sekadar mengejar kepentingan materi. Promosi ide-ide kebebasan gaya hidup hedonis begitu mudah kita dapati melalui arus digitalisasi. Ada beberapa faktor penyebabnya, yaitu mekanisme pembangunan infrastruktur digital di negeri ini masih mengandalkan investor yang bersedia mendanainya. Tentu sebagai pemodal akan mengambil keuntungan dari investasinya, melakukan privatisasi dan liberalisasi sda yang memosisikan negara tidak lagi sebagai pemilik tunggal atas BUMN, melainkan pihak lain bebas berinvestasi di dalamnya.
Selain itu, kemunculan islamofobia sikap kontra terhadap narasi Islam kafah hingga antipati terhadap dakwah syariat dan khilafah, mengakibatkan berbagai media mainstream acapkali mencitraburukkan ide-ide tersebut. Berbagai platform media sosial juga acapkali memblokir konten-konten dakwah Islam dengan berbagai tuduhan tidak mendasar, hasilnya masyarakat jauh dari ajaran Islam hingga teralienasi dari Islam itu sendiri.
Di sisi lain, invasi pemikiran dan budaya asing makin tidak terhindarkan, gaya hidup permisif ala Barat, perilaku konsumtif yang berlebihan, kerap dicitrakan sebagai tren yang menarik nan estetik dan menjadi hal yang tidak asing lagi dan bergerak dekat dengan masyarakat. Tidak heran jika berbagai perangkat digital hanya digunakan untuk mencari keuntungan dan kesenangan tanpa ada unsur keimanan.
Dalam Islam, digitalisasi juga akan dipandang sebagai nikmat Allah Ta'ala untuk mengumpulkan pundi-pundi amal demi meraih rida-Nya. Pemanfaatannya pun akan senantiasa terikat dengan syariatnya. Oleh karenanya, bentuk peran negara dalam sistem sahih untuk memastikan arus digitalisasi berjalan tanpa merusak fitrah dan identitas masyarakat. Sudah saatnya umat muslim menyadari hal ini dan segera melepaskan diri dari jebakan digitalisasi yang membajak potensi dan merusak identitas diri mereka dan terlibat dalam perjuangan menghadirkan sistem Islam kafah.
Wallahu'alam.
Sadawa
(Sahabat Tanah Ribath Media)
Via
SP
Posting Komentar