Opini
Meraih Kemerdekaan yang Seutuhnya dengan Islam Kaffah
Oleh: Irohima
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Tanggal 17 Agustus telah tiba, banyak masyarakat yang mempersiapkan segala rupa untuk menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia, dari mengibarkan bendera hingga mengadakan berbagai lomba, mulai dari rumah-rumah, gedung perkantoran sampai ke sekolah-sekolah, bersuka cita, semua seperti menenggelamkan diri dalam euforia, tanpa memahami makna merdeka sesungguhnya.
Peringatan 80 tahun kemerdekaan RI tahun ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya, penuh dengan ironi dan dilema. Ada banyak persoalan di berbagai aspek kehidupan terutama perekonomian. Saat ini, banyak pekerja di bidang industri, tekstil, teknologi dan lain sebagainya terkena PHK massal. Hal ini memberi dampak besar pada kehidupan masyarakat, mereka dengan sangat terpaksa akhirnya menjadi pengangguran dan pendapatan mereka menjadi stagnan bahkan menurun. Keadaan masyarakat pun makin memburuk tatkala biaya kehidupan turut mengalami kenaikan dan berbagai varian pajak mulai bermunculan.
Ketidakstabilan keuangan yang dialami masyarakat makin membuat mereka rentan akan kemiskinan. Jangankan berbicara terkait kondisi masyarakat yang sudah termasuk dalam kategori miskin atau kelas bawah, masyarakat yang tergolong kelas menengah pun terpantau mengalami kesulitan. Daya beli mereka menurun, dan cenderung habis hanya untuk sekadar memenuhi kebutuhan sandang dan operasional sehari-hari.
Seperti yang dialami oleh Aris (31). Aris sudah berganti pekerjaan selama dua kali karena kondisi keuangannya yang terus terjepit. Padahal, selama ini kelas menengah merupakan penyumbang perekonomian yang cukup besar.
Tidak mengherankan jika kemudian fenomena warga makan tabungan masih tetap eksis di negeri ini. Menurut Lembaga Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, telah terjadi penurunan simpanan nasabah perorangan di Perbankan pada triwulan I-2025. Simpanan individu turun 1,09% secara tahunan. Indonesia Economic Outlook Q3-2025, LPEM UI juga menyebutkan bahwa dana yang ditarik nasabah umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, transport, listrik dan lain sebagainya (CNBC Indonesia, 8-8-2025).
Di tengah karut-marut perekonomian, terdapat persoalan lain yang tak kalah bisingnya yaitu pembajakan potensi generasi untuk mengokohkan kapitalisme dan penanaman pemikiran rusak. Program deradikalisasi terorisme, Islam moderat, serta dialog lintas agama semakin disosialisasikan saat menjelang HUT RI. Seperti yang dilakukan oleh para tokoh lintas agama yang menyampaikan deklarasi damai sebagai wujud komitmen bersama dalam menjaga kebinekaan dan persatuan.
Saat ini masyarakat tengah menyambut hari kemerdekaan namun sebagian dari mereka tak memahami makna kemerdekaan sesungguhnya. “Merdeka” dalam bahasa Indonesia secara umum berarti bebas dari penjajahan, penindasan atau kontrol asing. Kata merdeka bisa juga diartikan sebagai kebebasan untuk memilih, menentukan nasib sendiri dan hidup tanpa pengekangan. Sementara itu kita di sini, apakah bisa dikatakan telah merdeka? Ataukah masih terjajah?
Sesungguhnya penjajahan itu terdiri dari dua bagian: penjajahan fisik dan penjajahan nonfisik. Penjajahan secara fisik dilakukan dengan menduduki sebuah wilayah, kemudian menguasai sumber daya alamnya, sumber daya manusianya, mengontrol pemerintahan, militer, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Adapun penjajahan nonfisik dilakukan dengan menanamkan pemikiran, mindset dan cara pandang penjajah kepada negeri jajahannya.
Saat ini, secara fisik mungkin benar kita sudah merdeka karena tidak ada lagi pasukan luar yang menduduki wilayah kita, namun dari pemikiran dan cara pandang kita tentang aturan hidup sayangnya masih mengadopsi milik penjajah, yaitu pemikiran sekuler dan aturan kapitalisme, yang bahkan hampir semua negeri-negeri muslim menerapkannya.
Sistem sekuler kapitalisme adalah biang dari semua masalah. Tingginya angka pengangguran akibat PHK, dan tingginya biaya hidup adalah salah satu dampak dari sistem kapitalisme dan membuat negeri ini semakin terdorong ke jurang kemiskinan, sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) membuat pemikiran rusak mudah tertanam dalam benak kita, hingga menjadikan umat makin jatuh dalam keterpurukan dan kebodohan.
Fakta menjelaskan dengan gamblang bahwa sebenarnya kita masih hidup dalam genggaman penjajah, karena hampir semua aspek kehidupan kita diatur dan disetir oleh sistem sekuler kapitalisme yang notabene berasal dari penjajah.
Kemerdekaan yang benar dapat dicerminkan dari kondisi rakyat, kita dapat dikatakan merdeka jika telah terbebas dari segala belenggu kemiskinan dan kebodohan serta memiliki pemikiran yang shahih. Dan kemerdekaan yang sejati tidak akan pernah kita dapatkan dalam sistem sekuler kapitalisme saat ini, karena sistem ini tidak pernah berpihak pada kesejahteraan rakyat, sistem ini justru melayani kepentingan para kapitalis, akibatnya yang kaya makin kaya, yang melarat makin sekarat.
Kemerdekaan yang hakiki hanya ada dalam sistem Islam kaffah. Dalam Islam, masyarakat akan merasakan makna merdeka seutuhnya, yakni terbebas dari kemiskinan, kebodohan, tekanan dan kontrol asing. Negara dalam Islam akan menjamin kesejahteraan rakyat dengan memenuhi kebutuhan dasar rakyat seperti sandang, pangan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Negara juga akan melakukan berbagai industrialisasi agar bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Sistem Islam kaffah juga akan menjaga pemahaman umat agar tetap berada dalam koridor syariat Islam dan hidup dalam ketaatan. Maka dari itu jika ingin merdeka seutuhnya, terapkanlah Islam kaffah. Wallahualam bisshawab
Via
Opini
Posting Komentar