Opini
Kelaparan Sistemik: Cara Baru Genosida Gaza, Umat Harus Suarakan Solusi Hakiki
Oleh: Prayudisti S P
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Ketika dunia masih bergulat dengan berbagai krisis, tragedi kemanusiaan terbesar di abad ini sedang berlangsung di Gaza. Dalam diam yang mencekam, penderitaan dua juta warga Gaza memburuk, bukan karena perang konvensional, tetapi melalui strategi kelaparan sistemik yang dilakukan secara terstruktur dan disengaja. Dunia menyaksikan, namun sedikit yang bersuara tegas.
Sejak blokade penuh diberlakukan kembali oleh Israel pada 2 Maret 2025, situasi kemanusiaan di Gaza mencapai titik nadir. Data dari CNBC Indonesia (23-7-2025) menunjukkan bahwa ribuan anak Gaza telah tewas karena kurang gizi. Tak hanya itu, menurut BBC Indonesia, lebih dari 1.000 truk bantuan dihancurkan Israel, mengakibatkan sebagian besar warga tidak bisa mengakses makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Pernyataan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, dalam Republika.co.id (22-7-2025), menambah luka: “Saya tidak peduli dengan bencana kelaparan. Gaza harus menjadi Yahudi sepenuhnya.” Ucapan ini bukan sekadar retorika kosong, melainkan cerminan dari ideologi genosida yang sistematis, menjadikan kelaparan sebagai senjata pemusnah massal terhadap rakyat Palestina.
PBB menyatakan bahwa 71% wilayah Gaza diblokade total oleh Israel (Antara News, 22-7-2025). Di sisi lain, 34 mantan duta besar Uni Eropa menyerukan tindakan tegas terhadap Israel, menunjukkan adanya kesadaran sebagian kalangan internasional akan kekejian ini. Namun, tindakan nyata tak kunjung terlihat.
Resolusi Dewan Keamanan PBB lumpuh karena veto Amerika Serikat yang selalu membela Israel. Mandulnya lembaga-lembaga internasional telah membuka topeng kemunafikan politik global dalam menghadapi kejahatan kemanusiaan di Palestina.
Umat Islam, sayangnya, turut terjerat propaganda yang membuat mereka ragu terhadap kekuatan mereka sendiri. Mereka seolah melupakan sejarah kejayaan Islam yang mampu mengguncang dunia dengan kekuatan akidah dan persatuan. Para penguasa negeri-negeri Islam pun abai, lebih sibuk mempertahankan kursi kekuasaan daripada menolong saudara-saudara mereka di Gaza. Seruan jihad dan solidaritas hanyalah gema kosong yang tak pernah diwujudkan dalam aksi nyata.
Sungguh, tragedi Gaza adalah panggilan nurani dan keimanan. Sudah saatnya umat Islam melihat kenyataan ini bukan sekadar dari sudut kemanusiaan, tetapi dari perspektif ideologis. Solusi parsial seperti bantuan kemanusiaan atau diplomasi tidak lagi memadai. Solusi hakiki untuk membebaskan Palestina adalah dengan menegakkan sistem Islam yang menyatukan umat dalam satu kepemimpinan, yakni Khilafah. Sebagaimana dalam sejarah, hanya Khilafah-lah yang mampu memobilisasi kekuatan umat secara global untuk membebaskan negeri-negeri Muslim dari penjajahan dan penindasan.
Jamaah dakwah ideologis harus mengambil peran utama dalam menyadarkan umat. Mereka harus terus menggugah hati umat dengan fakta-fakta nyata kejahatan Zionis, memperkuat keyakinan pada solusi syar’i, serta menumbuhkan semangat jihad dan perjuangan. Mereka harus meneladani metode dakwah Rasulullah saw., menghadapi tekanan dengan sabar, menyampaikan kebenaran dengan hikmah, dan membangun kekuatan politik dan intelektual umat sebagai langkah menuju kebangkitan.
Para pengemban dakwah harus meningkatkan keterampilan dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Mereka harus mampu berbicara dengan hati, menggugah perasaan umat yang mulai tumpul, dan menghidupkan kembali semangat ukhuwah dan keberanian. Mereka juga harus menjadi teladan dalam amal, istikamah dalam jalan dakwah, dan terus bermunajat kepada Allah agar diberi pertolongan dan kemenangan.
Kini, Gaza menanti. Bukan sekadar bantuan makanan atau kecaman internasional. Gaza menanti hadirnya satu umat yang bangkit, bersatu di bawah satu kepemimpinan Islam, yang menjadikan perjuangan membebaskan Palestina sebagai bagian dari kewajiban iman. Inilah saatnya umat bangkit, bukan hanya untuk Gaza, tetapi untuk mengembalikan kemuliaan Islam secara global.
Via
Opini
Posting Komentar