Puisi
Luka Tanpa Suara
Oleh: Maman El Hakiem
TanahRibathMedia.Com—Di sudut sepi malam yang hening,
ia duduk diam, memeluk bayang.
Tak ada suara,
hanya sesak yang menjalar perlahan dari dada,
menyusup hingga ke kelopak mata.
Semua yang ada di sampingnya—
pernah ia percaya,
pernah ia harap bisa jadi pelipur luka,
namun berulang kali,
mereka justru menusuk
dengan kata yang tak diucap,
dengan sikap yang dingin dan tajam.
Ia tak lagi bertanya,
mengapa manusia sering tak mampu setia.
Ia hanya diam,
mencatat luka-luka yang tak tampak
oleh mata dunia.
Tapi ketika ia mendongak ke atas,
ada langit yang luas tak bertepi,
ada Allah yang Maha Mengerti.
Tak perlu suara untuk mengadu,
tak perlu air mata untuk dipahami.
Cukuplah hening itu menjadi bahasa,
dan doanya menjadi jembatan,
menuju tempat di mana kecewa tak pernah tinggal.
"Hasbiyallahu, laa ilaaha illa Huwa…"
bisiknya dalam lirih yang tegas.
(Cukuplah Allah menjadi penolongku…)
Ia memilih percaya,
bukan pada yang berdiri di samping,
tapi pada Yang Maha Menopang dari atas langit.
Ia tahu,
tak ada sandaran lebih kuat dari Dia.
Tak ada cinta lebih utuh dari cinta-Nya.
Dan meski luka itu belum sembuh,
meski kata maaf tak kunjung datang,
ia tetap berdiri,
dengan dada penuh pasrah,
dengan jiwa penuh yakin:
bahwa Allah tak akan pernah mengecewakan,
meski semua yang lain telah pergi.
"Dan cukuplah Allah menjadi penolongmu dan Allah adalah sebaik-baik pelindung." (TQS. Al-Anfal: 40)
Kota Angin, 29.7.2025
Via
Puisi
Posting Komentar