SP
Kejamnya Rahim Sekularisme
TanahRibathMedia.Com—Perempuan saat ini mempunyai tugas ganda bukan hanya sebagai "ummun warabbatul bait" sebagaimana fitrahnya menjadi ibu penjaga bagi anak-anaknya dan penjaga rumah suaminya. Di mata kapitalisme perempuan adalah mesin pencetak uang, salah satu komoditas dagang yang tak tersirat serta sebagai penggerak utama sektor ekonomi global.
Feminisme adalah point penting yang menjadi awal dari hancurnya peran utama ibu dan perempuan. Ideologi ini di usung oleh para kaum liberal untuk melancarkan tujuan para kapitalis dengan jerat awalnya melindungi perempuan dari segala tindakan brutal (KDRT), memiliki hak atau posisi bahkan membangun keprofesionalan yang setara dengan lelaki.
Titik terendah saat ini adalah di kala kata feminisme menjadi tipu daya dari jerat sistem kapitalisme, para perempuan dipaksa keluar rumah meninggalkan fitrah dan anak-anaknya. Dipaksa menjadi tulang punggung untuk pergerakan ekonomi rumah tangga bahkan negara yang menjadikan para tenaga kerja wanita sebagai sumber devisa terbesar negara. Tidak sampai di situ, bahkan dipersempit dan diperkecilnya kesempatan para lelaki untuk mendapatkan pekerjaan dengan berbagai dalih dan alibi.
Teramatlah jelas dengan mematikan figur seorang lelaki atau ayah, perlahan tapi pasti banyak memunculkan krisis dalam kehidupan baik berkeluarga, kerusakan masyarakat ataupun kehancuran bangsa. Tak salah, di salah satu buku karya Prof Dr Hamka disebutkan "Jika perempuannya baik, baiklah Negara.." begitu juga sebaliknya.
Kalimat sederhana ini harusnya menjadi tamparan dan renungan bagi kita pribadi, terutamanya untuk semua pihak. Tidaklah satu peran maupun fungsi seorang perempuan yang tidak sesuai nantinya akan banyak menimbulkan kekacauan yang signifikan dan hanya menunggu seperti bom waktu.
Sudah banyak realita yang bisa kita lihat dari lingkungan terdekat beberapa di antaranya adalah meningkatnya angka perceraian dengan alasan terbanyak adalah ekonomi yaitu dengan dilemahkan fungsi seorang ayah atau laki-laki sebagai tulang punggung dan pelindung keluarga. Meningkatnya korban kejahatan anak yang menjadikan para ibu keluar dari rumahnya untuk menambah penghasilan, peningkatan kenakalan remaja dari tahun ke tahun akibat anak- anak yang broken home kehilangan peran orangtua menjadikan mereka motherless/fatherless. Yang paling menjadi headline news di beberapa bulan ini adalah meningkatnya kasus HIV/AIDS yang menjadikan remaja/ ibu rumahtangga menjadi pekerja seks dalam memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan hedonisme.
Hal ini berbanding terbalik dengan pandangan Islam terhadap perempuan di dalam QS An Nisa ayat 34 Allah menyiratkan bahwa seorang wanita adalah perhiasan. Layaknya perhiasan yang harus dirawat dan dijaga begitulah sebaiknya diperlakukan sebagaimana mestinya. Begitu juga di QS An Nur ayat 31 yang memerintahkan perempuan untuk menutup auratnya dengan sempurna sehingga tidak terlihat oleh laki laki ajnabi dan tidak menimbulkan fitnah. Hal ini sangatlah jauh dengan kondisi di zaman sekarang.
Dari realita yang terjadi saat ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa racun berbalut madu dari feminisme ini adalah senjata massal yang membrangus generasi. Diburamkan bahkan dimatikannya fitrah wanita sebagai seorang ibu dengan limpahan kasih sayang untuk mencetak generasi harus berganti dengan predikat yang lebih keren dan modern sebagai "wanita independent" yang bisa melakukan apapun itu tanpa figur dari seorang ayah atau suaminya. Wallahua'lam bisshowab.
Faidah Alfiyah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
Via
SP
Posting Komentar