Opini
Tahun Baru Hijriah, Bukan Sekadar Momen Mengenang Sejarah
Oleh: Najah Ummu Salamah
(Komunitas Penulis Peduli Umat)
TanahRibathMedia.Com—Dalam kitab Tarikh Khulafa' karya Imam As Suyuthi disebutkan penetapan Tahun Baru Hijriyah pertama kali dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab RA pada tahun 17 Hijriyah. Sejarahnya berawal ketika khalifah Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa Al-Asy'ari ra. Surat tersebut tanpa disertai tanggal, bulan, dan tahun. Hal itu membuat Khalifah Umar kesulitan menentukan mana surat yang harus direspon terlebih dahulu.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Khalifah Umar mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah (berijma'). Sebagian mengusulkan penanggalan Islam dimulai sejak tahun lahirnya Rasulullah saw. Namun pendapat ini ditolak karena dikhawatirkan terjadi pengkultusan terhadap sosok Baginda Nabi Muhammad saw. sebagaimana yang dilakukan umat Nasrani atas nabi Isa as.
Lalu usulan kedua, menggunakan patokan tahun wafatnya Rasulullah saw. Ini pun ditolak mayoritas sahabat, karena akan menimbulkan duka dan kesedihan setiap tahun baru tiba. Hingga akhirnya para sahabat sepakat menetapkan tahun pertama kalender Islam dimulai sejak Nabi Muhammad saw. berhijrah dari Mekah ke Madinah.
Hijrah, Momen Kebangkitan Umat Islam
Tahun baru Islam, selain untuk mengenang peristiwa hijrah Rasulullah saw., kaum Muslimin seharusnya memahaminya sebagai momen kemajuan fase dakwah Islam. Dari fase tasqif (pembinaan) dan tafa'ul ma'al ummah (dakwah secara langsung) di Mekkah kepada fase istilamul hukmi (penerapan hukum Islam secara totalitas) di Madinah.
Di awali dengan masuk Islamnya para tokoh Aus dan Khajraj di Madinah, hingga penyerahan kekuasaan Madinah kepada Baginda Nabi Muhammad saw. pada Baiat Aqobah kedua. Sambutan dan kesiapan masyarakat Madinah untuk penerapan syari'at Islam sungguh luar biasa. Sehingga tidak ada satu rumah pun yang tidak mengenal ajaran Islam dan Nabi Muhammad saw.
Momen hijrah adalah momen ketika Rosulullah saw. meletakan dasar-dasar negara sesuai syari'at Allah swt. Penerapan Islam terjadi dalam segala aspek kehidupan, mulai dari akidah, ibadah, muamalah, uqubat, dan sebagainya. Dari Madinah-lah tersebar ajaran Islam dengan dakwah dan jihad ke seluruh alam. Yang kemudian selepas wafatnya Rasulullah Saw dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin dan Khalifah lainnya.
Hijrah menjadi titik awal terbentuknya peradaban Islam yang mulia dengan ilmu dan tsaqofah. Saat itu kesejahteraan masyarakat tercapai penuh berkah dari segenap penjuru. Kepemimpinan Islam terus berlanjut dalam sistem kekhilafan hingga kurang lebih 14 abad lamanya.
Saatnya Berhijrah pada Islam Kaffah
Seiring runtuhnya institusi politik Islam (khilafah) di Turki Utsmani pada 3 Maret 1924 M, umat yang dulunya bangkit dan memimpin dunia kini mengalami kezaliman di mana-mana. Palestina hingga saat ini terus dijajah Israel, kondisi Muslim Uighur masih dalam cengkeraman rezim Cina, dan Muslim Rohingya terlunta-lunta.
Di berbagai wilayah negri Muslim lainnya juga mengalami penjajahan militer, ekonomi, dan budaya. Bahkan, beberapa negeri Muslim seperti Turki yang pernah menjadi pusat khilafah Utsmaniyah sudah kehilangan karakteristik keislaman masyarakatnya.
Sekularisme menggejala hampir menyeluruh di kota-kota metropolis yang dulu pernah menjadi pusat peradaban Islam. Kairo, Damaskus, Baghdad, dan Istambul sudah berkembang menjadi kota yang jauh dari kehidupan Islam. Para wanita membuka auratnya di tempat publik, ekonomi ribawi telah diadopsi, pendidikan bernuansa liberalisme menjadi tren kekinian, pergaulan bebas, dan kriminalitas telah berkembang pesat.
Kerusakan dan keterpurukan telah menghancurkan umat Islam. Hal ini tidak lain karena akibat runtuhnya institusi Khilafah. Penjajah Barat memecah belah negeri-negeri Muslim menjadi ‘nation state’, lalu mengangkat antek-anteknya sebagai penguasa. Mereka menerapkan sistem kufur demokrasi dan menerapkan undang-undang ala Barat. Syari'at Islam dijauhkan dari kaum Muslimin. Akibatnya umat Islam hari ini memahami Islam sebatas masalah ibadah spiritual saja.
Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam memaknai momen tahun baru Hijriah sebagai momen kembali kepada ajaran Islam komprehensif (kaffah) dalam sistem khilafah. Sehingga Islam terasa sebagai ajaran rahmat untuk seluruh alam.
Wallahu a'lam bi ash-showab.
Via
Opini
Posting Komentar