Sastra
Kami Muak, Kami Rindu
Oleh: Nabila Zidane
TanahRibathMedia.Com—Kami muak
Pada wajah rakus yang tersenyum manis di layar kaca,
Menjual derita rakyat demi laba,
Mengukur hidup manusia dengan angka,
Dan menukar nurani dengan saham dan kuasa.
Kami muak
Saat petani menangis di ladang berserak,
Sementara para tengkulak menari di pabrik beras oplosan,
Merek palsu, berat kurang, harga melonjak
Namun hukum diam seolah tak berani bergerak.
Kami muak.
Melihat negeri subur berubah jadi pasar,
Segalanya dijual, dari tanah, air, hingga harga diri lebih murah dari dinar,
Kapitalis menanam modal besar
Bebas mengeruk sumber daya alam dengan bar-bar
Namun...
Di sela sesak dan debu keadilan yang tertelan,
Kami rindu
Rindu pada pemimpin yang tak bisa dibeli,
Yang menangis jika perut rakyat tak terisi,
Yang tak tidur sebelum keadilan diberi,
Yang memerintah bukan demi jabatan,
Tapi demi pertanggungjawaban di hari perhitungan.
Kami rindu...
Pada sistem yang menolak suap dengan tegas,
Yang menjadikan halal-haram sebagai batas,
Yang menempatkan qadhi pasar di tengah rakyat,
Dan hisbah berdiri tegak tanpa rasa berat.
Kami rindu...
Pemimpin seperti Umar bin Khattab yang memanggul gandum di malam hari,
Atau Muhammad al-Fatih yang peduli pada nasib rakyat dan tak pernah abai
Kami rindu hukum dari Ilahi
Yang tak bisa dinegosiasi oleh lobi dan korporasi.
Wahai dunia...
Cukuplah kau digenggam kaum serakah
Biarkan keadilan turun seperti hujan pembawa rahmah
Biarkan khilafah tegak, bukan sekadar utopia,
Tapi, ada sebagai jalan hidup yang membawa cahaya.
Via
Sastra
Posting Komentar