Opini
Arah Perjuangan Umat Islam dalam Membebaskan Al Aqsha
Oleh: Ummu Saibah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Gerakan kemanusiaan bertaraf internasional Global March To Gaza (GMTA) merupakan bentuk kemarahan masyarakat dunia terhadap blokade Israel yang masih terus berlangsung di Jalur Gaza hingga saat ini. Masyarakat dunia berkumpul atas nama kemanusiaan mengesampingkan perbedaan negara, etnis maupun agama mempertaruhkan nyawa demi keadilan bagi masyarakat Gaza.
Namun di tengah viralnya aksi pada aktivis kemanusiaan di perbatasan Rafah, sikap mengecewakan ditunjukkan oleh otoritas Pemerintahan Mesir. Mereka segera mendeportasi puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di Jalur Gaza (Kompas.tv.com 12-6-2025).
Nasionalisme Penghalang Persatuan Umat Islam
Munculnya gerakan Global March to Gaza menunjukkan bahwa masyarakat dunia menyadari bahwa tidak berguna menyandarkan harapan mereka pada para penguasa saat ini dan juga lembaga-lembaga internasional seperti PBB dalam mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan kemanusiaan di jalur Gaza. Usaha keras yang dilakukan para aktivis kemanusiaan dari 80 negara tanpa perlindungan dari pihak manapun sangat membanggakan dan mengharukan, sekaligus menjadi tamparan bagi umat Islam sedunia yang seharusnya berusaha lebih keras untuk saudara-saudara seiman mereka di Jalur Gaza.
Umat Islam juga dibuat malu oleh sepak terjang otoritas Mesir yang melakukan penahanan juga deportasi terhadap para aktivis kemanusiaan termasuk kontingen dari Indonesia sehingga tidak bisa bergabung di perbatasan Rafah.
Namun sayang, usaha yang dilakukan ribuan para aktivis kemanusiaan tersebut tetap tidak mampu menembus pintu blokade Israel atas palestina di Rafah. Tertahannya para aktivis di depan pintu Rafah memperjelas bahwa segala upaya yang telah dilakukan hingga saat ini untuk mengakhiri genosida di Palestina belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu umat Islam tidak boleh terus terbuai oleh harapan-harapan palsu yang digaungkan musuh-musuh Islam seperti gencatan senjata ataupun ‘two state solution'. Umat Islam harus bersatu dalam satu kepemimpinaan untuk menggemakan jihad fisabilillah mengusir penjajah dari bumi Al Aqsa. Walaupun banyak pihak yang memandang bahwa persatuan umat Islam dalam satu kepemimpinan adalah sesuatu yang sulit dicapai, namun umat Islam harus ingat bahwa persatuan itu pernah terjadi di masa kekhalifahan, jadi bukan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
Penjajah berhasil menanamkan di negeri-negeri kaum Muslimin penghalang terwujudnya persatuan umat Islam yakni nasionalisme atau konsep negara bangsa. Nasionalisme merupakan faham yang mengikat individu dengan tujuan dan kebanggaan berdasarkan persamaan wilayah, bangsa, dan negara saja. Konsep ini memaksa individu untuk berfikir bahwa kepentingan nasional harus didahulukan di atas kepentingan individu ataupun agama.
Faham ini merupakan ancaman bagi persatuan umat Islam karena mempersempit cara pandang umat terhadap persatuan. Padahal hakikat persatuan umat Islam hanya didasarkan pada satu yaitu akidah, mengesampingkan perbedaan suku, bangsa, etnis, bahasa maupun negara.
Bahaya Nasionalisme telah terbukti mampu memecah persatuan kaum muslimin. Hal ini terjadi pada akhir masa kekhalifahan Ustmaniyah. Ketika faham nasionalisme mulai meracuni pemikiran kaum muslimin menimbulkan perpecahan hingga terjadi kegoncangan di dalam kekhalifahan Utsmaniyah sampai akhirnya runtuh pada 3 Maret 1924. Pengukuhan Nasionalisme semakin diperjelas oleh para musuh-musuh Islam yaitu dengan membagi wilayah kekuasaan Kekhalifahan Utsmaniyah menjadi berapa negara, dengan dalih diberikan kemerdekaan, kebebasan untuk mengadakan pemerintahan sendiri dan simbol kenegaraan masing-masing. Namun sejatinya semua itu hanyalah tipu daya musuh Islam untuk memecah kekuatan kaum muslimin. Kuatnya pengaruh nasionalisme masih bisa kita rasakan sampai sekarang. Seperti yang kita lihat nasionalisme telah memupus hati nurani para penguasa Muslim, hingga rela membiarkan saudara mereka dibantai di hadapan mata, bahkan mereka lebih memilih mengkhianati saudara se-akidah dan bekerja sama dengan kaum kafir yakni Amerika dan sekutunya.
Umat Islam harus menyadari betapa bahayanya paham nasionalisme dan konsep negara bangsa, dilihat dari sisi pemikiran maupun sejarahnya. Karena keduanya justru digunakan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan kekhalifahan dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri Islam.
Satu Kepemimpinaan Islam sebagai Arah Perjuangan Umat untuk Pembebasan Palestina
Sejarah mencatat pembebasan Palestina pernah terjadi pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab Ra juga pada masa kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi. Ketika itu umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan yaitu kepemimpinan seorang khalifah. Fakta sejarah ini seharusnya menyadarkan umat Islam bahwa arah perjuangan untuk membebaskan Palestina harus bersifat politik yaitu dengan membongkar sekat negara bangsa dan menghapus faham nasionalisme untuk mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia. Seperti yang dulu terjadi pada masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin dan masa kekhalifahan setelahnya. Untuk itu sangat mendesak untuk mendukung dan bergabung dengan gerakan yang berjuang tanpa kenal sekat dan terbukti konsisten memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam tersebut diberbagai tempat.
Hal ini karena kembalinya kekhalifahan dan kejayaan umat Islam adalah janji Allah Swt. Dari Hudzaifah ra, Rasulullah saw. bersabda:
"Akan ada di tengah-tengah kalian zaman kenabian, dan ia akan tetap ada atas izin Allah. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, dan ia akan tetap ada atas izin Allah. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim, dan ia juga akan tetap ada atas izin Allah. Kemudian Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan, dan ia juga akan tetap ada atas izin Allah. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian". (HR Imam Ahmad)
Kebangkitan umat Islam hingga bersatu dalam satu kepemimpinan inilah yang ditakutkan musuh-musuh Islam. Dengan segala cara mereka mencegah agar kebangkitan itu tidak terjadi, banyak propaganda yang telah dilancarkan barat di antaranya memecah umat Islam dalam sekat nasionalisme, menebarkan islamofobia, ‘war on terorism’ pasca tragedi WTC 9/11, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu umat Islam harus sadar akan pentingnya perjuangan menyatukan umat Islam dalam satu kepemimpinan Islam untuk mengusir penjajah Israel laknatullah dari bumi Al Aqsa.
Wallahu a'lam bishawab.
Via
Opini
Posting Komentar