Opini
Miris, Subang Menjadi Target Investasi Para Kapitalis
Oleh: Ratna Sari, SE
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Raja Lembaga Adat Karatwan (LAK) Galuh Pakuan Rahyang Mandalajati Evi Silviadi Sanggabuana, melalui Girang Harta Galuh Pakuan, Penggagas LinkHub Dewi Kandiati Paramesty Tine Yowargana menyebutkan, akan segera menghadirkan 50 perusahaan raksasa di bidang kendaraan listrik dan energi terbarukan yang berasal dari Tiongkok, untuk berinvestasi di Subang. Hal ini dilakukan dalam rangka percepatan investasi di kabupaten Subang. Selain itu, akan hadir dalam waktu dekat, Bapak Kendaraan Listrik Dunia Prof. Chen Qing Quan (RRI.co.id, 25-04-2025).
50 perusahaan raksasa ini digadang-gadang akan menjadi moment yang penting bagi kemajuan industri kendaraan listrik di Subang, Jawa Barat bahkan sampai tingkat nasional. Selain itu, 50 perusahaan ini bukan hanya bergerak di bidang kendaraan listriknya saja. Ada perusahaan yang memproduksi baterai listrik, energi terbarukan, perusahaan AI, perakit kendaraan, dan suku cadang kendaraan listrik. Alhasil, menurut Tingting, di Subang inilah yang akan menjadi perusahaan kendaraan listrik dan energi terbarukan yang terlengkap di dunia.
Atas dasar inilah, pemerintah mengharapkan kehadiran Prof. Chen dan 50 pimpinan perusahaan raksasa ini sebagai langkah konkret dalam memperkuat industri kendaraan listrik di Indonesia, juga mempercepat transfer teknologi dan investasi.
Dengan dalih percepatan investasi di Kabupaten Subang, 50 Perusahaan raksasa di bidang kendaraan listrik dan energi terbarukan asal Tiongkok, siap dihadirkan untuk berinvestasi di Subang. Namun perlu untuk dipahami bahwa investasi dalam sistem kapitalisme hakikatnya merupakan suatu cara bagi negara-negara kapitalis sebagai alat penjajahan ekonomi.
Maka mengundang puluhan investor seperti ini sebenarnya sama saja dengan mengundang para kapitalis untuk membantu menancapkan cengkraman mereka atas negeri kita.
Kita lihat saja untuk penyediaan lahan industri yang mereka bangun tentu akan mengorbankan lahan kepemilikan milik umum. Secara tidak langsung para investor atau para kapitalis lebih banyak menikmati SDA kita, sementara rakyat secara umum hanya dapat limbahnya. Belum lagi seperti yang sudah-sudah, mereka (para korporasi asal Cina) ini memang membangun pabrik di berbagai tempat, namun semua alat, perlengkapan, hingga tenaga kerjanya dibawa dari negara mereka.
Mereka juga mengeruk SDA kita dengan harga yang sangat murah, setelah menghasilkan produk kemudian diekspor ke negaranya, sehingga nilai tambah yang diharapkan diperoleh pemerintah Indonesia sangat rendah dibandingkan nilai tambah yang didapat negara Cina. Inilah yang dimaksud dengan penjajahan yang tersistematis.
Inilah salah satu bukti jeratan kapitalisme yang berpihak pada para pemilik modal, bahkan Indonesia sendiri telah menyatakan sebagai salah satu negara yang tunduk pada kapitalisme. Kondisi inilah yang menjadikan negeri ini secara umumnya sebagai primadona para kapitalis global yang serakah, termasuk negeri Tiongkok.
Islam memiliki prinsip-prinsip yang mendasar dalam menyelesaikan berbagai problematika kehidupan, termasuk dalam masalah investasi asing. Target yang digadang-gadang akan menjadikan Subang sebagai pusat produksi kendaraan listrik adalah salah satu hal yang membuka jalan asing untuk menguasai dan mengeksploitasi berbagai wilayah.
Kaum Muslim berhak untuk mempunyai negara yang berdaulat dengan menerapkan aturan Allah Swt.. Satu-satunya solusi adalah dengan adanya Khilafah, sebagai negara dan pemerintahan yang independen dan tidak bergantung kepada negara penjajah.
Jangan lengah dan mudah tergoda dengan iming-iming investasi, kerja sama internasional, bahkan sampai keterikatan pada aturan yang dibuat negara lain. Selama berada dalam sistem kapitalisme, semua ini adalah bentuk penjajahan yang tersistematis.
Wallahu 'alam bishawab.
Via
Opini
Posting Komentar