Resensi
Kehidupan Keluarga Aktivis Dakwah
Oleh: Maman El Hakiem
Judul: Meretas Sinar Hidayah
Penulis: Naila Ahmad & Nur Salamah
Genre: Novel Keluarga, Religi
Tebal: 248 halaman
Jumlah Bab: 37
Penerbit: Renjana Publishing, Bogor
Cetakan: Pertama, Mei 2025
Pembuka
TanahRibathMedia.Com—Meretas Sinar Hidayah adalah novel keluarga yang menyuguhkan kisah penuh makna, dibalut dalam keseharian yang realistis dan menggugah. Cerita berpusat pada pasangan Ari dan Shela—dua insan yang disatukan sejak masa kuliah, kemudian menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh liku, mulai dari dinamika cinta, perjuangan mencari nafkah di tanah rantau, hingga pencarian makna hidup yang berujung pada hijrah dari sistem ekonomi ribawi menuju kehidupan Islami yang lebih tenang dan berkah.
Dengan menggunakan latar budaya Jawa yang kental, novel ini menyuguhkan nuansa lokal yang autentik. Penulis memadukan bahasa Indonesia dengan kutipan-kutipan dalam bahasa Jawa yang memberikan warna dan kedalaman emosi tersendiri dalam percakapan antar tokoh.
Keunikan dan Gaya Penulisan
Gaya penulisan dalam Meretas Sinar Hidayah terasa sederhana namun menyentuh. Setiap babnya diberi judul singkat yang mampu merangkum konflik atau nuansa batin tokoh secara padat, seperti Cemburu, Sandiwara, Mbambung, hingga Prahara. Satu bab yang menjadi sorotan khusus adalah Bab 30: Dua Bidadari Kecil Pengikat Cinta, yang mengangkat kisah menyentuh tentang anak-anak Ari dan Shela—Adiba dan Ziya—yang menjadi perekat cinta orang tuanya di tengah ujian rumah tangga.
Nilai-nilai dan Tema Utama
Novel ini menyajikan beragam nilai kehidupan, di antaranya: Pertama, keteguhan dalam membina rumah tangga di tengah badai kehidupan.
Kedua, perjuangan ekonomi dan spiritual, menggambarkan peralihan dari gaya hidup konvensional menuju gaya hidup Islami.
Ketiga, gambaran hijrah dan perubahan diri, khususnya dalam muamalah dan peran keluarga dalam proses tersebut.
Keempat, peran wanita sebagai istri dan ibu, ditampilkan melalui tokoh Shela yang gigih, sabar, dan mendalam secara emosional.
Jika dicermati lebih dalam, novel ini tampak seperti cerminan perjalanan hidup para penulisnya sendiri, menyatukan pengalaman sebagai ibu dan anak dalam satu benang merah cerita. Ini menjadikan narasi terasa otentik, emosional, dan menyentuh hati.
Dengan demikian, kelebihan novel ini terasa budaya lokal yang kuat: Kutipan bahasa Jawa memberi identitas khas yang jarang ditemui dalam novel keluarga lainnya. Selain itu, cerita realistis: Tidak berlebihan atau dibuat-buat; konfliknya sangat mungkin terjadi dalam kehidupan nyata.
Nuansa religi yang mendalam: Tidak menggurui, tetapi menyentuh dan mengajak pembaca merenung. Penyusunan bab yang cerdas: Judul pendek, tetapi menggugah rasa ingin tahu.
Ada pun kekurangan dari novel cetakan pertama ini, kurang menariknya ilustrasi dan cover yang kurang menjiwai isi novel. Bagi pembaca yang tidak familiar dengan bahasa Jawa, cukup terbantu dengan adanya catatan kaki sebagai terjemahan dari percakapan para tokoh cerita. Alur yang reflektif dan penuh kontemplasi mungkin terasa lambat bagi pembaca yang terbiasa dengan konflik cepat dan intens.
Penutup
Dengan demikian, Meretas Sinar Hidayah bukan sekadar novel keluarga biasa, tetapi sebuah karya penuh pesan kehidupan yang disampaikan dengan jujur, hangat, dan membumi. Lewat perjalanan Ari dan Shela, pembaca diajak merenungi arti cinta, pengorbanan, dan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan diridai Allah Swt.
Dibalut dengan nuansa lokal dan religi, novel ini layak dibaca oleh siapa pun yang tengah menapaki jalan kehidupan rumah tangga, pencarian jati diri, maupun mereka yang ingin menyelami dinamika hijrah secara emosional dan spiritual.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Resensi
Posting Komentar