Cerbung
Getar-Getar Rasa Keluarga #1
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah karya Muhammad Fauzil Adhim menjadi tanda pengikat waktu khitbah, rasanya semakin bermakna dibaca setelah menikah. Benar kata orang bijak, jangan pernah merasa menjadi perahu yang hebat, jika tidak berani melaut ke luasnya samudera rumah tangga. Hayati adalah jodoh terbaik, bukan karena pilihan laki-laki bernama Furqon, tetapi doa terbaik dari orang tua dan orang-orang yang membersamainya.
“Aku harus panggil kamu apa ya? Ummi aja ya?” tanya Furqon saat sarapan pagi. Meskipun hanya air teh manis hangat, jika istri yang menyediakannya serasa nikmat luar biasa.
“Loh... kan kita belum punya anak, teteh aja biar serasa pacaran halal gitu,” jawab Hayati sambil menyeka keningnya.
“Biar jadi doa agar segera dikasih momongan. Tujuan menikah kan salah satunya agar mendapatkan keturunan bukan?” Furqon menegaskan, suasana pagi kalau sudah menikah rasanya selalu indah. Meskipun Furqon belum mendapat pekerjaan tetap, hanya mencoba memasarkan produk MQS, buku-buku dakwah Aa Gym.
“Ya udah terserah abi aja, semoga doanya dikabulkan. Aamin. Oh iya pagi ini umi kerja di swalayan sampai sore gak apa-apa ya?” tanya Hayati.
“Gak apa-apa Mi, nanti dijemput abi setelah anterin pesanin buku ke alamat om Rudi,”sahut Furqon.
Mereka hanya punya kendaraan satu motor. Jadi jika ada agenda keluar harus gentian atau biasanya antar Hayati ke tempat kerja dulu.
Kehidupan rumah tangga seperti bahtera yang mulai melaju ke tengah samudera, awalnya akan selalu indah karena yang dihadapi baru ombak-ombak kecil. Bagi Furqon yang masih tinggal di rumah mertua, kepikiran untuk cari rumah kontrakan agar bisa belajar mandiri, namun mengingat belum ada penghasilan yang cukup, mencoba bertahan sementara.
Saat siang hari, Furqon masih berkendara di luar. Ia selalu ingat istrinya, barangkali belum makan siang karena jam istirahat kantor menjelang zuhur.
“Mi, apa sudah makan siang, nih abi masih di jalan, mau mampir ke kantor umi dulu ya?” ucap Furqon menelepon Hayati.
“Belum, tadi pagi bawa bekal dari rumah, jadi gak akan keluar cari makanan. Lagian ba'da zuhur abi kan jadwal liqo dengan ustadz Hasan?” jawab Hayati sembari mengingatkan suaminya karena siang itu Furqon biasanya liqo di harokahnya.
“Masya Allah, terimakasih sudah diingatkan. Maklum tadi ternyata banyak pesanan buku. Eh Ummu Santi, istrinya Ustadz Hasan suka nanyain loh, kapan sama juga liqo hehe.”ujar Furqon seolah menawari Hayati untuk juga ngaji di harokahnya.
“Ehmm....ceritanya promo nih. Salam buat Ummu Santi, nanti deh diajak juga halaqoh...hihi.” Jawab Hayati, lalu mereka menutup percakapan teleponnya.
“Abi hati-hati di jalan jangan suka lirik kiri kanan loh?” pinta Hayati sebelum menutup telepon.
“Lah...nih lagi di lampu merah, kalau gak lirik kiri kanan, mana bisa tahu lampu sudah hijau.” Furqon memang pandai bercanda membuat hati Hayati bergetar-getar.
Bersambung....
Via
Cerbung
Posting Komentar