OPINI
Kerusakan Moral Remaja Buah Sistem Sekulerisasi
Oleh: Yetti
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Akhir-akhir ini media tidak pernah kosong dari berita kekerasan rumah tangga, kerusakan moral remaja, bahkan aneka macam pembunuhan dengan motif yang membuat kita geleng-geleng kepala.
Baru-baru ini seorang remaja 16 tahun di Pacitan, Jawa Timur tega membacok nenek angkatnya karena sakit hati sering disebut “cucu pungut” (beritasatu.com, 16 Oktober 2025). Di Cilincing, Jakarta Utara seorang remaja mencabuli dan membunuh anak perempuan berusia 11 tahun hanya karena sakit hati ditagih utang oleh ibu korban (beritasatu.com, 15 Oktober 2025). Seorang pelajar SMP di Grobogan meninggal akibat dikeroyok oleh teman sekolahnya (beritasatu.com, 16 Oktober 2025). Sementara itu, sebanyak 630 siswa di SMAN 1 Cimarga, Lebak Banten melakukan aksi mogok karena tidak terima kepala sekolahnya menampar seorang siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah, bahkan kepala sekolah tersebut dilaporkan ke polisi oleh orang tua siswa (news.detik.com, 16 Oktober 2025).
Inilah sekelumit berita yang menggambarkan potret buram moral anak-anak remaja masa kini. Mereka merasa punya kebebasan untuk bertindak di luar batas tanpa peduli akibat dan konskuensi. Seringkali mereka terjebak dalam aksi perundungan dan kriminalisasi, bahkan tak sedikit dari mereka yang berujung di dalam bui. Mereka tidak lagi mampu membedakan antara benar dan salah, antara keberanian atau arogansi. Etika dan daya pikir yang seharusnya menjadi penuntun dalam bertindak, kini tenggelam oleh kendali nafsu dan emosi. Mereka lebih mudah tersulut amarah daripada berpikir jernih, lebih senang mencari sensasi daripada membangun prestasi.
Inilah buah pahit dari sistem pendidikan yang berlandaskan sekulerisasi. Sistem yang menjadikan kecerdasan intelektual sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan pendidikan, tanpa peduli pada kerusakan moral dan akhlak yang ditinggalkan. Kebebasan berfikir dan bertindak dijadikan landasan dalam membangun karakter bangsa, gemerlap materialisme dunia dijadikan ukuran kesuksesan. Moralitas dikesampingkan, agama dikebiri dan dituduh sebagai faktor utama yang menghambat kemajuan negeri. Akibatnya, pendidikan kehilangan ruhnya sebagai pembentuk manusia beradab dan mulia. Pendidikan hanya berperan sebagai pabrik pencetak tenaga kerja, sekaligus menghasilkan kacung bodoh yang dijadikan pion-pion untuk membangun tonggak peradaban penjajah di negeri kita tercinta.
Sistem Pendidikan Berbasis Islam
Sungguh berbeda dengan sistem pendidikan berbasis Islam. Islam memandang pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, tetapi juga pembentukan kepribadian yang berlandaskan iman dan takwa. Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat dan negara.
Ketakwaan yang tertanam dalam diri remaja akan menjadi kompas moral yang menuntun cara berpikir dan bertindak mereka. Dari pendidikan seperti inilah lahir generasi mulia, yaitu generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga matang secara spiritual dan keluhuran akhlak. Selain itu mereka juga terdepan dalam kemajuan sains dan teknologi.
Hal ini bukan hanya sekedar fiksi, melainkan telah terbukti selama lebih dari 1300 tahun ketika sistem pendidikan Islam yang memimpin dan menguasai dunia. Dari rahim peradaban Islam ini lahir tokoh-tokoh besar seperti Umar bin Abdulaziz, Harun Ar-Rasyid, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, al-Khindi, Fatimah al Fihri dan banyak lagi tokoh lainnya yang menjadi inspirasi bagi para pemimpin dan ilmuwan Barat. Mereka tidak hanya unggul dalam penemuan-penemuan sains dan teknologi, tetapi juga tersohor karena keimanan, akhlak, dan kepedulian sosialnya.
Banyak di antara mereka yang berperan besar dalam struktur kemasyarakatan seperti sebagai khalifah, qadhi, ahli fiqih, cendekiawan, pelopor ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Mereka-mereka inilah yang menjadi tonggak kejayaan peradaban Islam di zamannya.
Begitulah dalam Islam, Allah telah menjanjikan untuk meninggikan derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Al-Mujadilah ayat 11:
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Janji ini tidak hanya berlaku bagi individu saja, tetapi juga bagi sistem dan peradaban yang menegakkan nilai-nilai ilmu berbasis keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Dalam sistem Islam, negara memiliki peran utama dalam menyediakan pendidikan yang bermutu dengan fasiltas gratis dan modern. Selain itu, negara juga menyediakan dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang berbasiskan agama dan kemajuan peradaban. Dengan demikian, pendidikan dalam Islam bukanlah komoditas ekonomi atau alat produksi seperti halnya dalam sistem pendidikan kapitalis saat ini, melainkan sebagai sarana pembentuk jiwa kehidupan. Ia menjadi jantung peradaban yang melahirkan manusia yang berilmu, berakhlak mulia serta tunduk kepada Sang Pencipta, sekaligus melahirkan generasi emas yang siap menjadi tonggak estafet mercusuar peradaban dunia.
Via
OPINI
Posting Komentar