Opini
Gelombang Pengangguran Anak Muda Menghantam Berbagai Belahan Dunia, Kapitalisme Dalang Utama
Oleh: Rus Ummu Nahla
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Gelombang pengangguran tengah meluas di berbagai belahan dunia. Peningkatan tajam terlihat dari kawasan Eropa, Afrika, hingga Asia, menegaskan rapuhnya upaya pemulihan ekonomi global. Lonjakan inflasi, turunnya arus investasi, serta instabilitas politik menjadi rangkaian faktor yang menekan pasar tenaga kerja.
Kondisi ini tak hanya menggerus daya beli masyarakat, tetapi juga berisiko menyalakan gejolak sosial yang besar.
Jerman mencatat 3,02 juta penganggur pada Agustus 2025 atau 6,4%, tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir akibat lemahnya ekspor dan investasi. Afrika Selatan menorehkan 33,2% pada kuartal II-2025, salah satu yang tertinggi di dunia. Di Inggris, pengangguran naik menjadi 4,7%, level tertinggi sejak pandemi 2021, dengan pengangguran pemuda mencapai 15,2%. Tiongkok menghadapi fenomena “pura-pura kerja” yang menandakan sulitnya generasi muda masuk pasar kerja. Prancis menambah 52.900 penganggur pada Juli 2025 sehingga totalnya 3,03 juta, termasuk 19.200 pemuda di bawah 25 tahun. Amerika Serikat relatif lebih stabil dengan 4,2% atau 1,8 juta orang pada Juli 2025. Sementara itu, Indonesia mencatat tren penurunan menjadi 4,76% pada Februari 2025, meski pengangguran pemuda usia 15–24 tahun masih tinggi, yakni 3,6 juta orang atau hampir separuh dari total nasional (CNBC Indonesia, 5-9-2025).
Ledakan pengangguran di kalangan pemuda dunia jelas tidak bisa dipandang sekadar data statistik. Fenomena ini menunjukkan bahwa kondisi generasi muda dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kondisi ini sekaligus mengindikasikan bahwa ada persoalan serius yang mengancam keberlangsungan hidup mereka dalam tatanan perekonomian global. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Problem Munculnya Pengangguran Global
Jika ditelusuri, salah satu penyebab utama krisis pengangguran pemuda global adalah adanya revolusi industri dan perkembangan teknologi. Banyak perusahaan kini lebih memilih menggunakan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), dibanding tenaga manusia dengan alasan efisiensi. Contohnya di Amerika Serikat, dominasi penggunaan teknologi dalam sektor industri menjadi salah satu faktor yang mendorong meningkatnya angka pengangguran.
Faktor berikutnya adalah ketidakseimbangan antara ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah lulusan baru setiap tahun. Tingginya angka kelulusan, tidak berbanding lurus dengan peluang kerja yang tersedia. Bahkan, satu lowongan pekerjaan bisa diperebutkan oleh sembilan orang sekaligus.
Ketimpangan ini membuat banyak anak muda akhirnya menganggur, bekerja di luar bidang keahliannya, atau terpaksa menerima pekerjaan dengan upah rendah, misalnya menjadi pengemudi ojek online, driver atau pekerja lapangan seperti pasukan oranye. Kondisi ini tidak hanya menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memunculkan persoalan sosial yang lebih dalam. Lebih jauh, tekanan hidup yang dihadapi membuat sebagian besar generasi muda rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Ini fakta yang terjadi di Indonesia.
Yang ketiga adalah akibat kebijakan sektor non-riil, yang terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain. Pertumbuhan sektor non-riil meningkat sangat drastis dibandingkan sektor riil. Padahal, sektor riil mencerminkan kegiatan ekonomi nyata, seperti perdagangan, industri, jasa, dan pertanian. Berbeda dengan itu, sektor non-riil lebih banyak terlihat pada aktivitas perbankan, obligasi, saham, judi online, maupun pinjaman online. Saat ini, sekitar 99 persen perputaran uang berada di sektor non-riil, sementara hanya 1 persen yang benar-benar bergerak di sektor riil. Akibatnya, perputaran uang menjadi tersendat karena hanya berputar di sektor saham dan obligasi yang akhirnya terkonsentrasi di kantong segelintir orang saja.
Di samping itu, dari sisi politik, pemerintah saat ini hanya berperan sebagai regulator. Hal ini menimbulkan kompromi antar pengusaha dalam penyusunan aturan yang lebih menguntungkan kepentingan mereka sendiri. Selain itu, banyak negara kini memberlakukan liberalisasi perdagangan bebas, sehingga perputaran uang cenderung mengalir keluar negeri dibandingkan beredar di dalam negeri sendiri. Sehingga ekonomi dalam negeri kurang berkembang.
Inilah penyebab pengangguran makin mencengkeram dunia, problem pengangguran masih menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah di banyak negara, termasuk di Indonesia. Karena Pengangguran berkaitan erat dengan kemiskinan, yang pada gilirannya memicu berbagai kerawanan sosial dan menjadi cerminan rendahnya kesejahteraan masyarakat.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal ini. Namun, tampaknya dari satu periode pemerintahan ke periode berikutnya, pengangguran tetap menjadi persoalan yang sulit diatasi dan cenderung diwariskan. Kondisi ini juga sejalan dengan ketidakstabilan ekonomi global yang semakin kompleks dari waktu ke waktu.
Islam sebagai Solusi
Dalam Islam negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja yang halal dan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Caranya antara lain dengan membuka akses luas terhadap sumber ekonomi yang sah, serta mencegah penguasaan kekayaan publik oleh segelintir orang atau pihak asing. Selain itu, sektor-sektor vital seperti pertanian, industri, perikanan, perkebunan, dan pertambangan dikelola secara serius dan merata sesuai potensi daerah masing-masing.
Kebijakan industri nasional diarahkan pada pengembangan industri berat, yang selanjutnya mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain dan menyerap tenaga kerja terampil yang dihasilkan dari sistem pendidikan Islam. Negara juga dapat memberikan bantuan modal dan pelatihan kepada rakyat yang membutuhkan, sementara mereka yang tidak mampu bekerja tetap mendapat santunan agar kesejahteraan dapat dirasakan oleh semua.
Layanan publik difokuskan agar mudah diakses dan bahkan digratiskan, sehingga setiap orang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan hidup layak tanpa halangan. Hal ini meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Semua hal di atas tentu tidak bisa berdiri di dalam sistem kapitalisme yang sumbernya bukan dari Allah. Hanya sistem Islam yang mampu merealisasikan konsep tersebut dengan penerapan sistem Islam yang bersumber dari Wahyu Allah. Sehingga krisis pengangguran global yang mencengkeram anak muda saat ini tidak akan terjadi.
Wallahu ‘alam bishshawab.
Via
Opini
Posting Komentar