Darurat Kesehatan Mental

TanahRibathMedia.Com—Kasus gangguan kesehatan mental pada anak-anak usia muda adalah fakta hari ini yang banyak terjadi di lingkungan sekitar kita. Begitu kata Ustadzah Mariyati mengawali pemaparan materi dengan topik "Darurat Kesehatan Mental" pada agenda rutin bulanan Majelis Taklim Kaisha pada Ahad (31 Agustus 2025) yang bertempat di Leces serta dihadiri oleh ibu-ibu.

Ia berpendapat, gangguan mental ini terjadi karena disebabkan beberapa factor, di antaranya faktor genetik, kemiskinan, abainya keluarga sebagai orang terdekat, trauma, lingkungan yang tidak baik, tekanan hidup, sistem pendidikan yang sekuler, dan lemahnya iman. Faktor-faktor penyebab ini, membuat mereka lari pada pemakaian obat-obatan terlarang, yang justru berdampak semakin parah yaitu, stres, halusinasi, depresi, stimulan, dan kriminalitas. Akibatnya bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. 

"Solusi hakiki dalam masalah ini adalah kembali kepada Islam. Penerapan Islam bisa menjadi pondasi atau akidah yang kokoh sekaligus sebagai sistem imun yang paling kuat. Menjadikan Allah sebagai sandaran, meyakini adanya hari pembalasan, dan qodho qodar, “ tuturnya.

Ia juga menjelaskan, bahwa peran keluarga dalam mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental pada anak sangat penting. Sebab keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama. Keluarga juga menjadi peletak pondasi kepribadian anak, sekaligus membentengi anak dari pengaruh negatif. 

Begitu pun peran masyarakat, dan kepedulian terhadap sesama juga tidak kalah penting. Adanya peran negara menjadi bagian yang paling krusial juga, negay akan meri'ayah rakyatnya baik lahir maupun batin. Hal itu turut memiliki andil  dalam menjaga kesehatan mental anak sebagai generasi bangsa dengan berlandaskan pada syariat Islam.

“Penerapan sanksi Islam oleh negara akan menjadi benteng yang bisa memberikan efek sebagai penebus dosa pelaku (jawabir) dan pencegah dari pelanggaran (zawajir). Hal ini akan meminimalisir terjadinya kemaksiatan dan pelanggaran hukum syara di dalam kehidupan,” pungkasnya.[] Siti Utari