Motivasi
Belajar Kesabaran dan Keteguhan Iman dari Ibu-Ibu Gaza
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
TanahRibathMedia.Com—Beredar video ibu-ibu Gaza dengan kerudung lusuh tapi tetap senyum manis merekah, bahu-membahu menggotong sekarung tepung. Bukan buat buka toko kue, bukan buat jualan donat, tapi buat bertahan hidup.
Di tengah reruntuhan, suara drone, dan bom yang bisa meletus kapan saja, mereka bisa tersenyum dan bersyukur karena sukses dengan selamat mendapatkan tepung. Ya Allah kalau bukan karena iman kelas kakap, ya apalagi?
Video singkat itu viral. Tapi bukan karena lucu-lucuan atau joget-jogetan. Ini bukan TikTok prank atau prank minta maaf. Ini video yang bikin kamu senyum getir sambil pengen lempar HP karena nggak kuat nahan perasaan. Karena di balik senyum mereka ada pelajaran besar, yaitu sabar level langit ke tujuh.
Dunia melihat dan paham bahwa apa yang terjadi di Gaza tuh udah nggak masuk akal. Zion*s dan antek-anteknya kayak, ya entahlah, bahkan binatang pun ogah dibandingkan. Mereka bukan cuma ngebom. Mereka nge-set strategi pelaparan. Beneran.
Rakyat Gaza dibiarkan kelaparan pelan-pelan. Gak ada makanan, gak ada air, gak ada obat. Cuma ada kesabaran dan keteguhan iman.
Padahal, bukan hoax. Bukan fiksi. Total 61.430 orang tewas. 153.213 luka-luka. Anak-anak, balita, bayi-bayi unyu semua kena getahnya. WHO bilang ada 12 ribu anak di bawah 5 tahun kena malnutrisi. 217 orang mati kelaparan. Yes, mati karena nggak makan. Sementara itu dunia? Ribut di Twitter, rame di demo, tapi penguasanya? Sibuk dandan buat konferensi pencitraan. Bahkan ada yang dengan santainya minta para pejuang Gaza nyerah, lepas senjata. Hello? Kalian kira ini sinetron? Ganti channel trus masalah kelar?
Misi: Bikin Lapar Sampai Mati
Mereka set strategi. Hancurin pasar, rumah sakit, sekolah. Dokter-dokternya dibantai. Bantuan ditahan, ditumpuk di gudang, dijagain tank dan tentara. Kalau ada yang nekat datang buat ambil makanan? DOR! Langsung dihajar. Bahkan PBB mencatat lebih dari seribu orang tewas cuma gara-gara berusaha tertib antri menunggu pembagian makanan.
Ini bukan sekadar perang. Ini genosida, tapi versi modern. Pakai jas rapi, tandatangan di meja bundar, lalu meledak di perut anak-anak.
Dan di tengah semua itu, ibu-ibu Gaza berdiri, di garda terdepan. Mereka jadi tentara buat keluarga sendiri. Bukan karena ingin, tapi karena laki-lakinya sudah syahid, ditangkap, atau hilang. Gak ada waktu buat nangis-nangis sinetron. Mereka harus hidup, harus bertahan, harus jadi superwoman sejati.
PBB yang punya bagian khusus perempuan? Cuma bisa bilang, "Kami prihatin." Prihatin? Waduh, mbok ya jangan kayak penonton bola yang cuma bisa komen, "Semangat," tapi gak pernah bantu beneran.
Lembaga-lembaga perempuan di negara kita? Sibuk debat definisi patriarki tapi lupa ada ibu-ibu Gaza yang rela ditembak demi segenggam tepung. 70% korban di Gaza itu perempuan dan anak-anak loh.
Sistem Kapitalis Emang Rusak
Faktanya, negara-negara Muslim, yang jumlahnya ratusan juta, diem aja. Pada takut, sibuk dagang, atau malah ikut nyuplai senjata ke penjajah. Padahal dulu, zaman khilafah, satu Muslimah dilecehkan aja, tentara dikerahkan sampai ujung bumi. Sekarang? Ibu-ibu Gaza dilecehkan, dibantai, anaknya dibuat kelaparan, dibom rumahnya, tapi dunia cuma nonton sambil ngopi.
Negara-negara kita tunduk sama sistem kapitalisme sekuler. Uangnya diambilin, kekuasaannya dibagi-bagi, terus kita dibilang "Merdeka". Padahal kenyataannya kita budak dengan bendera berbeda.
Khilafah dan Jihad Satu-Satunya Harapan
Bayangin kalau umat Islam disatuin lagi. Gak pakai batas negara, gak pakai paspor. Satu khalifah, satu komando. Kalian ganggu satu warga Muslim, berarti kalian ngajak ribut satu umat. Itu baru adil. Itu baru kuat. Itu baru Islam.
Khilafah bukan utopia. Ini sejarah. Dulu, rakyatnya sejahtera sampai zakat bingung mau disalurkan ke mana. Yang miskin nggak ada. Rumah sakit gratis, sekolah gratis, keamanan dijamin. Coba bandingkan dengan sekarang, yang gratis cuma hoax.
Belajar dari Ibu Gaza
Lihat ibu-ibu Gaza. Mereka nggak nunggu dunia berubah. Mereka berubah duluan.
Mereka jadi perisai terakhir anak-anak mereka. Mereka adalah kisah hidup dari ayat ini,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (TQS. Al-Baqarah: 218)
Mereka bukan cuma sabar. Mereka pejuang. Mereka adalah shahabiyat modern. Di tengah segala keterbatasan dan kesulitan yang mendera, mereka tetap teguh memegang keimanan dan syariat Islam.
Mereka hanya fokus mencari rahmat Allah. Sehingga mereka siap mengorbankan harta, tenaga, bahkan nyawa untuk kemuliaan dan kejayaan Islam. Mereka melahirkan, menjaga, dan mendidik anak-anak mereka untuk menjadi penjaga dan pembela Islam yang tepercaya. Mereka bangga menjadi umat Muhammad saw. dan menjadikan cita-cita tertingginya adalah untuk syahid di jalan Islam. Kalau mereka bisa kuat di tengah kehancuran, masa kita masih alasan lemes cuma karena sinyal Wi-Fi lemah?
Belajarlah dari ibu-ibu Gaza. Belajar jadi umat yang kuat iman, tetap taat syariat dan sadar. Sadar kalau Islam kafah itu bukan pilihan, tapi satu-satunya jalan buat membebaskan, bukan cuma Gaza, tapi seluruh umat dari belenggu sistem zalim yang hari ini menguasai dunia.
Karena dunia ini rusak bukan karena kurang harta, tapi karena hilangnya kepemimpinan Islam. Maka jangan cuma nangis. Jangan cuma emosi. Saatnya kita bangkit dan bergerak, untuk Gaza, untuk Islam, untuk dunia yang lebih berkah dibawah naungan Daulah Khilafah.
Via
Motivasi
Posting Komentar