Opini
Gaza dan Kebangkitan Umat: dari Luka Menuju Kemenangan
Oleh: Anggun Istiqomah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Kondisi Gaza hari ini kian memilukan. Ribuan korban jiwa berjatuhan, bangunan hancur, dan anak-anak menjadi saksi bisu kebiadaban penjajah. Berdasarkan informasi yang dilansir dari cnbcindonesia.com (29-06-2025) dalam artikelnya "Video: Korban Tewas di Gaza Naik Lagi Jadi 56.412 Jiwa", korban terus bertambah akibat agresi brutal Zionis, termasuk perempuan dan anak-anak yang tak berdosa.
Di sisi lain, dunia internasional hanya mampu mengutuk tanpa tindakan nyata. Bahkan para penguasa negeri-negeri Muslim justru sibuk menjaga hubungan diplomatik dan mencari “solusi damai” semu. Padahal, solusi ini sudah berulang kali gagal dan hanya menguntungkan pihak penjajah.
Fakta ini seharusnya membuka mata umat Islam. Selama puluhan tahun, solusi kompromi seperti “solusi dua negara” terus digaungkan. Namun realitasnya, tanah Palestina terus direbut, rakyatnya dibantai, dan Masjid Al-Aqsha dinodai. Dilansir dari republika.co.id (27-06-2025) dalam artikel "Poin Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza: Trump, Netanyahu, Saudi, Normalisasi, Tepi Barat Milik Israel", disebutkan adanya tekanan politik agar Palestina menerima skema solusi dua negara, yang pada hakikatnya hanya memperluas wilayah penjajah dan semakin menindas rakyat Palestina.
Umat harus menyadari bahwa perjuangan pembebasan Palestina bukan sekadar konflik wilayah, melainkan persoalan akidah. Tanah Palestina adalah tanah wakaf umat Islam, tanah yang telah dibasahi darah para syuhada. Tidak selayaknya ada kompromi apapun untuk menyerahkan sejengkal pun kepada penjajah.
Kenapa Solusi Barat selalu Gagal?
Barat selalu menawarkan jalan diplomasi dan perundingan, seolah-olah itu jalan damai yang terbaik. Padahal, sejarah telah membuktikan, perundingan demi perundingan hanya menjadi celah bagi penjajah untuk semakin memperluas kekuasaannya.
Lihatlah bagaimana perjanjian damai yang dibuat selama ini justru mempersempit wilayah Palestina dan memperkuat posisi Israel. Wilayah Gaza terus dipersempit, blokade diperketat, dan rakyat Palestina dijadikan tawanan di tanah mereka sendiri.
Berharap pada solusi Barat sama saja dengan mempercayakan nasib umat kepada mereka yang selama ini menjadi bagian dari masalah. Akibatnya, umat Islam terus dilemahkan, dijauhkan dari identitasnya, dan dibuat ragu pada kekuatan sendiri. Allah Swt. sudah memperingatkan: "Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka..." (TQS. Al-Baqarah: 120)
Solusi Hakiki: Kembalinya Kepemimpinan Islam
Islam telah memberikan jawaban tegas tentang bagaimana membebaskan wilayah yang dijajah. Rasulullah ﷺ dan para sahabat telah mencontohkan dengan jihad yang dipimpin oleh satu kepemimpinan pusat, yaitu Khilafah.
Khilafah bukan sekadar simbol politik, melainkan institusi syar’i yang menjadi perisai bagi umat. Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai, di mana orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya." (HR. Muslim).
Tanpa adanya satu kepemimpinan yang mempersatukan seluruh kekuatan kaum Muslimin, perjuangan hanya akan sporadis dan tidak terarah.
Dalam sejarah kejayaan Islam, Khilafah mampu melindungi dan membebaskan berbagai wilayah yang ditindas. Salahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Al-Quds bukan lewat meja perundingan, melainkan dengan jihad yang dipimpin oleh negara Islam. Demikian pula Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel, beliau bergerak dengan kekuatan penuh yang terhimpun di bawah satu kepemimpinan. Semua itu tidak mungkin tercapai dengan diplomasi lemah atau sekadar mengandalkan belas kasih musuh. Sejarah sudah mengajarkan kita bahwa kekuatan dan persatuan umat di bawah Khilafah adalah kunci kemenangan.
Umat Harus Bergerak dan Sadar
Pembantaian di Gaza seharusnya menjadi momentum kebangkitan kesadaran. Selama umat terus berharap pada solusi Barat, penderitaan tidak akan pernah berhenti. Umat Islam harus percaya pada kekuatan ideologinya sendiri: Islam yang kaffah. Langkah nyata menolong Gaza bukan hanya mengirim bantuan kemanusiaan atau sekadar menggelar aksi solidaritas. Walaupun itu baik dan menunjukkan empati, namun tidak cukup untuk menghentikan penjajahan. Yang lebih utama adalah mendukung perjuangan tegaknya Khilafah, yang akan mengerahkan seluruh potensi kaum Muslimin baik ekonomi, politik, maupun militer untuk membebaskan Palestina dan melindungi seluruh negeri-negeri Islam.
Umat juga harus terlibat aktif dalam gerakan dakwah yang menyerukan penerapan Islam secara menyeluruh. Ini adalah bukti kecintaan dan loyalitas sejati kepada saudara-saudara kita di Palestina. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi penonton tragedi, melainkan turut menjadi bagian dari solusi hakiki yang ditawarkan Islam. Lebih dari sekadar membebaskan Palestina, tegaknya Khilafah akan mengangkat kehormatan seluruh umat Islam. Saat Khilafah tegak, umat akan kembali hidup dalam keadilan, keberkahan, dan kemuliaan, sebagaimana pernah dirasakan di masa-masa kejayaan Islam dahulu.
Fajar Kebangkitan Sudah di Depan Mata
Terlalu lama umat Islam terpecah dan lemah karena sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Terlalu lama kita dibodohi dengan solusi palsu yang justru menjauhkan kita dari ajaran Islam yang hakiki. Kini, saatnya kembali kepada sistem yang diwariskan oleh Rasulullah ﷺ, yaitu Khilafah Islamiyah. Dengan Khilafah, umat Islam akan memiliki pemimpin sejati yang berani, tegas, dan hanya takut kepada Allah Swt.
Semoga penderitaan di Gaza menyadarkan kita bahwa kemenangan tidak akan datang dari kompromi dengan musuh, melainkan dari pertolongan Allah Swt. yang diberikan kepada umat yang bersatu di bawah satu kepemimpinan Islam. Fajar kebangkitan umat sudah di depan mata. Tinggal kita memilih: menjadi bagian dari kebangkitan, atau terus tertipu dan tenggelam dalam tipu daya sistem kufur.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Via
Opini
Posting Komentar