IBRAH
Empat Sahabat, Satu Visi Peradaban(Sebuah cerita fiksi-naratif)
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Pagi itu, udara terasa bersih, menyegarkan. Sinar mentari Muharram menyelinap lembut ke halaman sebuah ruang pertemuan. Di layar monitor terbaca tulisan sederhana: “Spirit Muharram Hijrah, Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam Kaffah.”
Empat orang sahabat kembali bertemu. Wajah mereka tak asing satu sama lain, walau waktu telah memisahkan mereka sekian lama. Seorang pengusaha, seorang dokter, seorang akademisi, dan seorang aktivis Islam masing-masing dengan jalan hidup yang berbeda, tapi satu tujuan: ingin berbuat lebih bagi umat.
Mereka duduk berdampingan, mengikuti kajian pagi. Sang ustaz menyampaikan makna hijrah dengan suara tenang tapi menghujam:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (TQS. Al-Baqarah: 218)
Hening. Keempatnya saling berpandangan. Seolah ayat itu menjawab kegelisahan yang selama ini bersemayam di dada mereka. Bahwa hijrah bukan hanya tentang berpindah tempat, tetapi berpindah orientasi hidup dari sekadar mengejar dunia menjadi pelayan misi langit.
Seusai acara, diskusi kecil mereka bergulir. Mereka berbicara tentang ukhuwah yang bukan hanya basa-basi silaturahmi, tapi pertautan jiwa dalam satu cita besar: kebangkitan Islam. Bahwa peran mereka di masyarakat tidak boleh sekadar rutinitas, tapi harus menjadi bagian dari perubahan.
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..." (TQS. Ali Imran: 103)
Salah satu dari mereka berkata, “Kita ini ibarat potongan-potongan kecil. Tapi jika disatukan dalam satu arah perjuangan, kita bisa membentuk sesuatu yang besar.”
Yang lain menjawab, “Kita tidak bisa terus menunggu. Umat butuh solusi. Dan Islam telah membawa sistem itu. Tinggal siapa yang mau memperjuangkannya.”
Mereka pun bersepakat. Bahwa masing-masing akan mengambil perannya. Menjadi penggerak, penguat, penyambung, dan penyeru. Bukan demi nama, bukan demi pujian. Tapi demi janji Allah bahwa Islam akan kembali berjaya di muka bumi.
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi seperti Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa." (QS. An-Nur: 55)
Hari itu, empat sahabat itu tak hanya pulang dengan semangat baru, tapi dengan ikatan yang lebih kokoh: ukhuwah dalam perjuangan. Mereka bukan siapa-siapa. Tapi mereka yakin, jika Allah rida, maka langkah mereka akan menjadi bagian dari terwujudnya peradaban Islam yang kaffah.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
IBRAH
Posting Komentar