Opini
Antara Pernikahan dan Kematian
Oleh: Kartika Soetarjo
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Dalam Islam, konsep tentang pernikahan dan kematian seringkali digambarkan sebagai dua pintu besar yang akan dilalui oleh setiap manusia. Pernikahan adalah pintu awal untuk membangun kehidupan baru, dan melanjutkan keturunan.
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari ( jenis) dirimu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (TQS Ar-Rum: 21)
Sementara kematian adalah pintu awal menuju kehidupan akhirat. Pernikahan dan kematian adalah dua pintu yang berbeda. Dua pintu yang berbeda ini akan dilalui oleh setiap manusia, dan mempersiapkan diri untuk melaluinya adalah kewajiban setiap muslim.
Pertama, pintu pernikahan. Ketika akan memasuki pintu pernikahan, setiap muslim harus mempersiapkan diri secara maksimal. Mulai dari persiapan mental, finansial, dan ilmu agama.
Persiapan mental sebelum menikah sangat penting untuk memastikan kelancaran dan kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan. Persiapan ini melibatkan pemahaman tentang hakikat pernikahan, kesiapan diri menerima perubahan, pengelolaan emosi, dan kemampuan komunikasi, serta penyelesaian konflik.
Pernikahan bukan hanya tentang cinta dan romantisme, tetapi tentang tanggung jawab, komitmen, dan membangun kehidupan yang harmonis dan agamis agar menjadi keluarga yang sempurna dan terpuji di mata Allah Swt.
Ilmu adalah hal yang paling penting yang harus dipersiapkan ketika akan memasuki pintu pernikahan. Persiapan ilmu ini mencakup tentang hak dan kewajiban suami istri, cara berkomunikasi yang efektif, cara pengelolaan keuangan, dan cara menghadapi permasalahan dalam berumah tangga, termasuk juga bagaimana cara mendidik anak, serta bagaimana agar rumah tangga ini bernilai ibadah.
Namun, kebanyakan dari kita mempersiapkan diri memasuki pintu pernikahan itu hanya seputar gengsi duniawi saja, dari mulai menetapkan tanggal pernikahan, cetak undangan, fitting baju pengantin, menyiapkan dekorasi pelaminan, dan memikirkan berbagai hidangan, serta hal-hal duniawi lainnya. Semua di rancang sedemikian rupa agar indah dan sempurna di mata manusia. Makanya, tidak heran banyak usia pernikahan yang baru seumur jagung sudah dilanda perceraian, dikarenakan mental mereka tidak siap dalam menghadapi problem serta konflik dalam berumah tangga.
Kedua, pintu kematian, Kullu nafsin dzaaiqatul maut, tsumma ilainaa turjaun.
"Semua yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian hanya kepada kamilah kamu akan dikembalikan." (TQS Al-Ankabut: 57)
Dari firman Allah tersebut, kita semua harus meyakini bahwa kematian adalah sebuah kepastian. Pasti semua makhluk yang bernyawa akan mengalaminya. Tdak menunggu dewasa atau menunggu tua, tidak harus sakit dulu, dan tidak menunggu tobat serta taat dulu, yang namanya ajal datang tidak tahu waktu. Orang sehat tiba-tiba wafat, anak muda seketika bisa binasa, dan yang maksiat belum tobat tiba-tiba sekarat. Nauzubillah.
Oleh karenanya, kita sebagai Muslim harus senantiasa mempersiapkan diri dalam kehidupan sehari-hari untuk memasuki pintu kematian yang diridhai Allah Rabbul ijjati.
Adapun, persiapan memasuki pintu kematian dalam islam meliputi beberapa hal. Di antaranya: peningkatan Iman, peningkatan amal saleh, dan persiakan diri secara spiritual untuk kehidupan akhirat. Ini melibatkan ibadah yang konsisten, perbaikan hubungan dengan sesama, serta memperbanyak amal jariyah, seperti sedekah dan ilmu yang bermanfaat bagi sesama.
Jika persiapan menuju pintu pernikahan saja dirancang sedemikian rupa dari jauh-jauh hari, tidur tidak nyenyak karena undangan belum beres dicetak, tidak berselara makan karena fitting baju pengantin belum dilaksanakan. Semua diatur dengan rapinya agar indah, agar puas serta sempurna dimata manusia. Padahal pernikahan itu bisa saja gagal, tidak terlaksana.
Lalu kenapa, banyak orang tidak mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari untuk menyambut kematian?. Makan masih berselera dan nikmat padahal salat sering terlewat. Tidur selalu nyenyak mendengkur padahal hidup jauh dari taat kepada Allah yang maha mengatur. Padahal kematian pasti akan terjadi. Walaupun tidak bisa satu orang pun menentukan tanggalnya, tetapi kematian akan pasti kedatngannya.
Oleh karenanya, persiapkan pernikahan dengan mental dan ilmu agama, agar tercipta pernikahan yang sakinah mawaddah wa rahmah. Persiapkan pula kematian sesempurna mempersiapkan pernikahan dengan cara memenuhi undangan Allah 5 kali dalam sehari tepat waktu, menghiasi diri dengan ilmu, amal dan adab, serta fitting baju takwa sedemikian pasnya dlm kehidupan kita. Agar apa? Agar sempurna di mata Allah Subhanahu wataala, dan mendapatkan kematian yang husnul khatimah.
Aamiin ya Rabbal alamin
Wallahu alam bisshawwab.
Via
Opini
Posting Komentar