IBRAH
Kuat di Balik Luka
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Kekuatan sering dipahami sebagai tubuh yang tegap, otot yang keras, atau harta yang melimpah. Namun, ada kekuatan lain yang lebih agung. Kekuatan yang lahir dari luka, kesabaran, dan iman.
Di lorong-lorong rumah sakit, kita melihat wajah-wajah itu. Wajah yang pucat, tubuh yang rapuh, tetapi hati mereka tetap hidup. Mereka bukan tokoh besar, bukan pula orang yang memiliki kuasa. Namun, mereka adalah orang-orang kuat.
Ada anak kecil yang kehilangan kakinya, tetapi masih mampu tersenyum kepada ibunya. Ada seorang ibu yang tangannya terputus, tapi tetap memeluk anaknya dengan penuh kasih. Ada seorang ayah yang matanya buta, tapi hatinya tetap terang dengan iman. Mereka adalah saksi bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada tubuh, melainkan pada hati yang sabar.
Allah berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (TQS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini seolah menjadi cermin bagi mereka. Hidup dengan kekurangan, kehilangan sebagian tubuh, atau bergantung pada alat medis bukanlah kelemahan. Itu adalah ujian, sekaligus jalan menuju derajat yang lebih tinggi di sisi Allah.
Sang Pejuang di Balik Mesin
Di salah satu sudut rumah sakit, ada seorang muslim berbaring. Usianya masih muda, tapi tubuhnya sudah lemah. Selang-selang menempel di kulitnya. Sebuah mesin di samping ranjang menyaring darahnya, menggantikan ginjalnya yang tak lagi bekerja.
Setiap tarikan napas adalah perjuangan. Setiap tetesan darah yang mengalir melewati mesin itu adalah doa tanpa kata. Dari matanya, tampak lelah. Dari tubuhnya, tampak rapuh. Namun, dari hatinya, tampak tegar.
Dia tidak kalah. Dia sedang berjuang.
Kesakitannya mungkin tidak bisa dibagi kepada siapa pun. Namun, sabarnya menjadi cahaya bagi banyak orang. Dia sadar, sakit ini bukan akhir. Justru sakit ini adalah jalan menuju pengampunan.
Rasulullah saw. bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah berupa kelelahan, penyakit, kesedihan, kesusahan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dosa-dosanya dengan sebab itu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini seakan ditujukan untuknya. Bahwa setiap rasa sakit yang dirasakannya, setiap malam panjang di ranjang rumah sakit, adalah penghapus dosa.
Kesabaran yang Membawa Kemuliaan
Kesabaran tidak berarti tidak merasakan perih. Kesabaran adalah menerima takdir dengan lapang, sambil tetap berjuang. Itulah yang dilakukan orang-orang kuat di balik luka.
Seorang anak kecil yang tak bisa berlari lagi, tetap belajar tersenyum. Seorang ibu yang kehilangan tangan, tetap berusaha menyiapkan makanan untuk keluarganya. Seorang ayah yang tak bisa melihat, tetap membimbing anak-anaknya dengan nasihat.
Mereka adalah orang-orang yang oleh dunia dianggap lemah, tapi di sisi Allah mereka sangat mulia.
Allah berjanji:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (TQS. Az-Zumar: 10)
Janji ini bukan janji kecil. Pahala tanpa batas. Tidak dihitung dengan angka, tidak ditimbang dengan ukuran manusia. Pahala yang hanya Allah tahu betapa luas dan agungnya.
Kekuatan Hakiki
Orang-orang yang kuat bukan mereka yang tidak pernah jatuh, tetapi mereka yang tetap bangkit meski berkali-kali terhempas. Mereka yang hidup dengan tubuh tak sempurna, tapi tidak berhenti berharap kepada Allah. Mereka yang kehilangan kebebasan karena terikat dengan mesin medis, tapi hatinya tetap bebas dalam iman.
Kekuatan sejati bukan diukur dari apa yang kita punya, melainkan dari bagaimana kita tetap sabar ketika semua itu diambil.
Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa ridha, maka baginya keridhaan Allah. Barang siapa murka, maka baginya kemurkaan Allah.” (HR. Tirmidzi)
Ujian itu tanda cinta. Sakit itu tanda Allah masih peduli. Karena dengan sakit, dosa terhapus, dan dengan sabar, derajat ditinggikan.
Belajar dari Mereka
Kita yang masih bisa berjalan bebas, seringkali lupa bersyukur. Kita yang masih bisa menghirup udara tanpa alat bantu, kadang lupa menyebut nama Allah. Padahal, di luar sana, ada yang setiap detik hidupnya bergantung pada mesin, tapi imannya tak pernah padam.
Mereka adalah guru kehidupan. Mereka mengajarkan arti sabar, arti syukur, dan arti kuat.
Kita sering mengeluh karena lelah bekerja, karena urusan kecil, atau karena kehilangan hal sepele. Sementara mereka—yang kehilangan anggota tubuh, yang berbaring di ranjang bertahun-tahun—masih bisa tersenyum, masih bisa berdoa, masih bisa berkata:
“Alhamdulillah.”
Mereka bukan hanya pasien. Mereka adalah pahlawan sabar. Nama mereka mungkin tidak tercatat di buku sejarah, tidak dipuji media, tapi Allah mencatat setiap tetes air mata, setiap sabar, setiap doa mereka.
Penutup: Doa dan Harapan
Kita semua, cepat atau lambat, akan diuji. Ada yang diuji dengan kesehatan, ada yang diuji dengan kehilangan, ada yang diuji dengan rasa sakit. Namun, yang membedakan adalah bagaimana kita merespon ujian itu.
Mereka yang kuat bukanlah yang tak pernah sakit, melainkan yang sabar dalam sakit.Mereka yang mulia bukanlah yang tubuhnya sempurna, melainkan yang hatinya tetap teguh bersama Allah.
Semoga kita bisa belajar dari mereka. Semoga kita bisa bersabar seperti mereka. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang disebut dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (TQS. Al-Baqarah: 153)
Aamiin.
Via
IBRAH
Posting Komentar