Opini
Panji yang Salah Kibaran
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Delapan puluh tahun Indonesia merdeka. Merah putih berkibar di mana-mana. Anak-anak lomba, ibu-ibu menghias kampung, bapak-bapak ikut karnaval. Tak terkecuali kampung-kampung menyala dengan lampu hias, tetapi ada yang mencuri pandang. Dalam deretan kibaran bendera bangsa, terlihat pula kain hitam bergambar tengkorak bertopi Jerami, bendera bajak laut One Piece.
Awalnya mungkin terlihat lucu, unik, atau sekadar gaya. Namun, di balik simbol dari anime Jepang tersebut, justru menjadi tren ungkapan rasa dan dikibarkan dengan penuh semangat. Sebagian menyebutnya simbol perlawanan. Luffy, sang kapten bajak laut, dianggap pahlawan bagi mereka yang muak dengan ketidakadilan. Ia melawan tirani, menyelamatkan yang tertindas, dan menolak tunduk pada kekuasaan bengis.
Namun, tunggu dulu, mari sejenak kita renungkan: apa benar perlawanan dibangun di atas dunia fiksi?
Apakah simbol kartun cukup untuk menjadi lambang perjuangan melawan kezaliman nyata?
Kita sedang haus keadilan. Masyarakat jenuh dengan wajah kekuasaan yang makin jauh dari nurani. Tapi menyambut keresahan itu dengan simbol yang salah justru menyesatkan arah. Simbol penting, iya. Tapi ia harus berpijak pada makna yang benar.
Kita, umat Islam, punya simbol perlawanan yang nyata. Bukan fiksi. Bukan khayalan. Tapi bendera Rasulullah saw.
“Panji Rasulullah berwarna hitam, benderanya putih.” (HR. Abu Dawud)
Ar-Rayah dan Al-Liwa. Bendera yang pernah dikibarkan Hamzah, Zubair, Khalid bin Walid. Panji yang dibawa dalam dakwah dan jihad. Simbol kekuatan, keberanian, dan ketundukan pada hukum Allah. Bukan sekadar kain, tapi penanda peradaban.
Kalau hari ini kita mengangkat bendera bajak laut karena kecewa pada penguasa, itu wajar. Tapi alangkah sayangnya jika kekecewaan itu justru membuat kita berlari ke simbol yang tidak bisa memberi arah. Luffy tidak akan datang menolong. Dunia One Piece tidak akan menyelamatkan kita dari krisis ekonomi, moral, dan politik.
Perlawanan sejati butuh sistem sejati. Itu hanya mungkin jika kita kembali kepada Islam. Bukan sekadar agama ibadah, tapi sistem hidup yang utuh: mengatur kekayaan, menjaga keadilan, dan menghukum yang zalim.
Kini saatnya berhenti bermimpi dalam dunia animasi. Saatnya kembali pada panji yang pernah dikibarkan Rasul. Bukan untuk nostalgia, tapi untuk perjuangan baru.
“Telah datang kebenaran, dan lenyaplah kebatilan. Sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.” (QS. Al-Isra: 81)
Oleh karena itu, kibarkan panji yang benar. Di bawahnya, peradaban Islam akan tegak kembali.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar