Opini
Kapitalisme Penyebab Generasi menjadi Rusak dan Tak Berakhlak
Oleh: Nindya Ayu Zulkarnain, S.E.
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Generasi muda adalah sebuah kelompok yang dari umurnya dianggap sebagai penerus dan memiliki peran penting dalam melanjutkan kehidupan bangsa.
Namun faktanya, generasi muda saat ini begitu miris. Beberapa kasus belakangan ini menjadi bukti bahwa generasi saat ini sudah sangat rusak. Kasus narkoba, pemerkosaan, tawuran, pergaulan bebas hingga kasus pembunuhan telah mewarnai kehidupan generasi muda saat ini khususnya remaja.
Seperti yang diberitakan dari laman detik.com (11-8-2025), seorang bocah kelas 4 SD berinisial JN (9) menusuk leher siswa kelas dua MTs, RI (13) menggunakan gunting. Menurut Kasat Reskrim Polres Muratara Iptu Nasirin, aksi penusukan tersebut dipicu dari perkelahian hingga pelaku emosi dan menusuk korban hingga tewas. Penusukan ini terjadi di pinggir jalan dekat rumah pelaku di Dusun II, Desa Pauh, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) Sumatra Selatan (Sumsel) pada Jumat (8/8) pukul 12.10 WIB. Saat ini polisi masih menyelidiki penyebab perkelahian tersebut.
Tak dimungkiri, di era digital yang saat ini makin berkembang, menjadikan masyarakat khususnya para remaja bebas mengakses apa saja yang mereka inginkan tanpa mempedulikan lagi halal maupun haram. Ditambah lagi tayangan dengan konten kekerasan dan seksual sudah menjadi bahan konsumsi sehari-hari sehingga wajar generasi saat ini menjadi pemuda perusak dan gemar melakukan kerusakan.
Melihat fakta yang terjadi hari ini membuat kita mengelus dada. Itu hanya salah satu fakta bagaiamana rusaknya generasi saat ini. Jika kita telusuri akan banyak kita jumpai kasus-kasus lain yang serupa yang tidak terjamah oleh media.
Sungguh, kenyataan ini menunjukkan bahwa generasi muda saat ini dalam kondisi tidak baik. Mereka seakan telah jauh dari agama hingga tak takut lagi dengan dosa. Inilah potret rusaknya generasi saat ini akibat sistem kapitalisme sekuler. Kenyataannya hidup di zaman ini sangat didominasi oleh asas kemanfaatan dan materi.
Dalam sistem kapitalisme sekuler ini, materi ditempatkan sebagai standar kebahagiaan sehingga hidup hanya untuk mencari harta dan kesenangan belaka. Selain itu, sistem ini dibalut cantik atas nama HAM sehingga generasi saat ini bebas bertindak dan berprilaku semaunya. Ditambah dengan sistem pendidikan yang diterapkan dengan kurikulum yang jauh dari nilai-nilai agama. Karena mata pelajaran agama hanya berdurasi dua jam dalam sepekan sehingga tak cukup untuk membangun generasi yang berkualitas dengan keimanan dan ketakwaan.
Maka wajar jika hari ini banyak anak-anak tumbuh dengan lingkungan yang penuh dengan kebebasan tanpa pengontrol bahkan jauh dari keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Mereka bebas mencari kesenangan di luar tanpa tahu baik buruknya. Bahkan, masyarakat yang seharusnya sebagai tempat anak bersosialisasi menjadi penentu baik buruknya karakter mereka malah justru tak bersahabat.
Sejatinya, jika lingkungan didominasi para remaja ataupun pemuda bermental anarkis, tawuran, minum minuman keras, narkotika, bahkan pembunuhan sudah dianggap lumrah, maka bisa dipastikan pembentukan karakternya tidak akan jauh dari hal yang demikian. Itulah pentingnya budaya amar ma'ruf nahi mungkar dalam lingkup masyarakat. Maka semua orang akan memilih perkara-perkara yang akan membawa pengaruh positif bagi pendidikan generasi.
Saat ini, generasi hanya dididik menjadi sosok yang pandai dan cerdas dalam ilmu alat, tetapi minim dalam keimanan dan akhlak. Akibatnya, lahirlah generasi yang memiliki moral bejat, meski masih duduk di bangku SMP atau SMA, mereka sudah menjadi pelaku kriminal, seperti pemerkosa atau pelaku tawuran. Semua itu terjadi karena di dalam benak generasi tidak ada rasa takut terhadap dosa dan tidak takut akan azab Allah Swt..
Di sisi lain, lingkungan yang sekuler juga sangat memengaruhi kualitas pembentukan kepribadian generasi. Perilaku individualis dan liberal masyarakat, menjadi ruang bagi generasi untuk berbuat kemaksiatan.
Sangat berbeda jika kehidupan diatur dengan sistem Islam yang diterapkan secara praktis oleh negara khilafah. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk tidak memisahkan aturan Allah Swt. dari kehidupan. Justru sebaliknya, Islam mewajibkan agar semua hal dikaitkan dengan aturan Allah Swt. sehingga keberadaan negara khilafah adalah sebagai instansi yang menerapkan hukum Allah Swt.
Islam memandang generasi sebagai aset peradaban. Oleh karena itu, Islam memerintahkan negara berperan untuk menjaga, mendidik, dan membentuk generasi yang berkualitas. Strategi efektif yang digunakan untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui pendidikan. Karena, melalui pendidikan manusia bisa mendapatkan ilmu dan dengan ilmu itu mereka bisa terbebas dari kebodohan dan kekufuran. Negara khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang berasas akidah Islam.
Selain itu, salah satu indikator kurikulum sistem pendidikan Islam bertujuan mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam. Kepribadian Islam akan menuntun generasi memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai syariat Islam. Standar mereka bukan lagi kepuasan, akan tetapi, untuk meraih rida Allah Swt. Mereka akan ikhlas dan bersabar dalam mengamalkan apa yang diperintahkan Allah Swt. serta menjauhi apa yang dilarang Allah Swt. Mereka akan berupaya terus-menerus berlomba dalam amal shalih. Di saat yang sama, mereka juga bersemangat meninggalkan kemaksiatan.
Waallahu a’lam.
Via
Opini
Posting Komentar