Opini
Menunda Ngaji Demi Karir, Emang Boleh?
Oleh: Tini Suhartini
(Komunitas Ibu Peduli Generasi)
TanahRibathMedia.Com—Umat Islam tahu benar, mengaji dan mengkaji Islam itu wajib atas semua kalangan. Di era modern saat ini, arti sukses, ditentukan hanya capaian materi. Terutama bagi seorang perempuan sangat sempit memaknai arti kesuksesan.
Sukses versi ala modern, jelas berakar dari peradaban Barat. Terobsesi ingin sukses, kerja mapan, punya uang banyak, dan bisa pergi keluar negeri. Sehingga tak sedikit, perempuan Muslimah lupa akan kewajibannya sebagai pendidik generasi muda, ummu wa robbatul bait, dan kewajibannya dalam menuntut ilmu, dan aktivitas dakwah sebagai jalan perbaikan umat. Perbuatan yang terlupakan ini, baru sebagian dari fakta yang ada.
Tak sedikit pula, mereka memutuskan untuk tidak mengaji dan mengkaji apa yang menjadi kewajibannya. Menunda ngaji demi sebuah karir, sudah banyak ditemui di kalangan masyarakat.
Padahal keputusannya memilih dunia, sama saja menyerah pada keputusasaan yang terjebak pada belenggu sekularisasi yang memaksa jutaan wanita karir berpikir parsial dalam kebidangannya. Seandainya hal ini terus terjadi, lantas apa yang menyebabkan lebih memilih menjadi wanita karir? Kebingungan ini sering banget dirasakan oleh sebagian besar, menimpa para muslimah di belahan negeri.
Cita-cita sudah pasti harus tinggi, luhur, dan mulia. Itulah alaminya manusia bercita-cita. Ingin menjadi dokter, insinyur, guru, dosen, pilot, dan seabreg profesi yang lainnya. Menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan agama, slogan yang indah. Hingga pada akhirnya nyaris terdengar klise.
Memang saat ini banyak di antara masyarakat, ngaji itu dianggap tidak penting. Lebih condongnya hanya untuk mengejar cita-cita saja. Hanya meraih kesuksesan di dunia semata. Melihat hal ini, setiap masalah yang menimpa pada kerusakan generasi muda, tidak bisa kita menyalahkan sepenuhnya kepada anak, remaja.
Sejatinya, berawal dari kesalahan yang ada di beberapa pihak. Sudah jelas pola pikir masyarakat yang luas, ada di bawah bayangan sistem, dan peradaban yang bukan dari sistem Islam.
Akarnya kesalahan sistem, yang sangat memengaruhi peran pendidik di rumah yaitu orang tua sebagai madrasah ula, kurang memperhatikan anaknya dari pendidikan Islam.
Justru orang tua, malah sibuk masing-masing. Bahkan, agar tidak terganggu anaknya diberikan hp. Tanpa disadarinya dan tidak pernah dipikirkan bahwa handphone awal kebobrokan mental anak. Apalagi anak usia dini, gampang meniru apa yang ada di handphone (medsos).
Tuntutan kepada anak agar cerdas, tak sedikit seorang anak menjadi stres yang mengakibatkan dirinya menjadi pembunuh ayah dan neneknya. Terjadi beberapa bulan ke belakang. Selain itu, perbuatan yang sudah dianggap lumrah yaitu menyuap masuk kerja. Ketika tamat sekolah, si anak dituntut orang tuanya harus sukses. Punya banyak uang, tidak peduli kerjanya kurang halal, seperti di bank dan perpajakan. Dengan jalan curang, orang tuanya malah bangga anaknya bisa kerja di tempat tersebut.
Seandainya kita yakin pada aturan Allah Swt. Tentu tidak ada keraguan dalam firman-Nya yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepadanya, dan berjihadlah (berjuang) dijalan-Nya, agar kamu beruntung." (TQS Al-Maidah ayat 35)
Pekerjaan hasil dari kejujuran, awal dari keberkahan. Otomatis sebagai jalan wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena apa yang kita lakukan sesuai dengan syariat Islam. Ini berarti melakukan tindakan yang diridai Allah Swt. supaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Wasilah harus berlandaskan dengan ajaran Islam. Bukan mengambil dari jalan tradisi atau kebiasaan.
Begitu pun dengan dua di antara pilihan, berkarir atau menunda ngaji. Jika kita sudah tunduk, dan pasrah kepada Islam sebagai agama keyakinannya, akhirat yang dipilihnya InsyaAllah tidak akan merasa bersedih dan takut. Sebaliknya derajat dunia akan diraihnya pula.
Memilih untuk mengkaji Islam suatu kewajiban yang harus dipaksakan. Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya:
"Padahal, hanya kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan." (TQS Ali Imran ayat 83)
Namun semua itu akan mudah, jika sistem Islam kembali berjaya lagi. Yang akan mengembalikan kehidupan masyarakat secara Islami. Maka, perjuangkanlah!
Wallahuallam bisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar